01

35 7 2
                                    

Senin pagi yang cerah, hari pertama bagi seorang Nevan Alden Derandra bersekolah di SMA Wismagama.

Selama 3 tahun terakhir, sejak usianya mulai beranjak 14 tahun laki-laki itu bersekolah di luar negeri, jauh dari tempat asalnya.
Tentu saja hal itu bukanlah keinginannya namun merupakan paksaan dari ayahnya.

Seminggu yang lalu Nevan kembali dari AS, sesuai perjanjiannya dengan sang Ayah dulu, ia hanya akan bersekolah selama 3 tahun disana.
Dan hari ini, laki-laki itu akhirnya memilih melanjutkan sekolahnya di SMA Wismagama.

"Nevan."

Laki-laki itu tidak menghiraukan panggilan itu, lebih memilih melanjutkan langkahnya untuk  bergegas berangkat ke sekolah.

"Nevan Alden Derandra!" teriak orang itu lagi memperingatkan, sungguh ia sangat kesal dengan sifat dingin dan keras kepala laki-laki itu yang selalu menjadi-jadi.

Nevan menghentikan langkahnya lalu berbalik, menatap datar Kakak perempuannya itu, lebih tepatnya kakak tiri perempuannya itu yang sudah memasang raut wajah kesal sedari tadi.

"Apa?" tanya Nevan menatap datar perempuan yang tengah duduk menyantap makanan dimeja makan tersebut.

"Duduk dan ikut sarapan disini!" titah Aerly, kakak perempuannya yang berusia 5 tahun lebih tua darinya itu.

"Gak perlu, gue gak lapar," ujar Nevan lagi-lagi dengan nada datarnya.

"Serriously?!! Nevan, kamu kapan dewasanya sih?!! Walaupun kamu gasuka sama kakak, seenggaknya jangan buat tubuh kamu kena dampaknya juga!" Geram Aerly frustasi.

"Ga ada hubungannya."

"Ada! Cepat abisin sarapan kamu, kakak gak mau ada berita murid baru SMA Wismagama pingsan karena gak sarapan pagi!" tutur Aerly menasehati tapi dengan raut wajah kesalnya.

Laki-laki itu memutar bola matanya malas, "lebay, gua gak lapar dan gak perlu sok khawatir."

Nevan meninggalkan rumah itu setelah mengatakan demikian, Aerly hanya bisa menghela nafas pasrah, Sampai kapan Nevan akan bersikap seperti itu padanya? ia tau Nevan sangat membenci dirinya dan juga mamanya yang baru menikahi ayah Nevan beberapa bulan yang lalu, ia juga tau betapa rumitnya menjalani hidup berkeluarga seperti ini.

Tapi Aerly itu sudah dewasa, ia sudah seharusnya bertanggung jawab untuk hal yang seperti ini. Saat ini ia harus membuat Nevan mengubah sifat keras kepalanya, bagaimanapun caranya ia harus membuat Nevan menyingkirkan sifat buruknya itu. Kalau itu berhasil, ia yakin keluarga mereka perlahan akan membaik seiring berjalannya waktu.
***

Nevan mendecak kesal, ini hari pertamanya sekolah di SMA Wismagama dan moodnya sudah dibuat buruk.

Setelah memarkirkan motornya beberapa menit yang lalu, laki-laki itu langsung memasuki sekolah berniat mencari kantor kepsek untuk menanyakan letak kelasnya, namun saat ini laki-laki itu sudah dikelilingi banyak siswi mulai dari kelas 10 bahkan mungkin senior.

Sialan.

"Hai!"

"Murid baru ya?"

"Bagi no telepon kamu dong."

"Namanya siapa?"

"Mau dianterin ke ruang kepsek ga?"

"Sini sama aku aja!"

'arghh sialan, salah milih sekolah gua' batin Nevan menggeram kesal, ia sangat benci keramaian apalagi dikerumuni seperti ini dan menjadi pusat perhatian.

"Minggir." Satu kata namun dengan intonasi yang cukup mengintimidasi orang-orang itu.

Perlahan beberapa siswi yang berkerumun mulai mundur dan menjauh, hanya dengan satu kata itu mereka bisa melihat jelas sisi laki-laki itu yang sangat menyeramkan.

Oh My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang