03

24 5 1
                                    

lagi-lagi gadis itu membentur sesuatu.
Alena mengusap jidatnya yang lumayan sakit, sepertinya ia tidak menabrak sembarang orang.

"Lagi-lagi Lo."

'eh' mata Alena melebar, sungguh ia sangat tidak mengharapkan pertemuan yang ketiga kalinya dengan laki-laki brengsek ini.

"Sial." Alena menatap sinis dengan tangan yang masih mengusap jidatnya, ia menatap tajam laki-laki itu.

"Dasar cowok sial."

Laki-laki itu terkekeh geli, "bukannya harusnya gue yang bilang kayak gitu? Cewek sial," balas Nevan tak mau kalah.

Alena berusaha menetralkan emosinya, ia kemudian melanjutkan langkahnya berusaha menghiraukan laki-laki tak tau diri itu.

Nevan memandang kepergian Alena dari jauh hingga punggung gadis itu menghilang dari pandangan. Tatapannya datar dengan pandangan mata tidak suka, baru kali ini ia diabaikan seperti ini.

Beberapa kali Alena merutuki keadaannya, apa ada yang lebih sial dari bertemu dengan laki-laki brengsek itu?! sampai beberapa langkah sebelum keluar dari gerbang sekolah hujan turun deras membasahi tempat itu.

Alena berlari kembali ke sekolah sambil merutuki hujan yang datang tiba-tiba. 'sial sial sial arghh mati gue' gadis itu sudah terlihat putus asa.
Hari ini adalah hari yang sangat sial bagi seorang Alena.

Beberapa menit gadis itu menunggu hujan mereda tapi tidak ada tanda-tanda rintik hujan akan berhenti membuat Alena sungguh hampir putus asa, sampai kemudian sebuah mobil berhenti tepat didepan gadis itu, Alena mengernyitkan dahinya.

Kaca mobil mulai turun, menampakkan wajah tampan seorang Nevan Derandra dari dalam mobil. Alena tidak tau apa masalah laki-laki itu, kenapa selalu mengganggu dirinya?!!
Bahkan sebelum laki-laki itu melakukan sesuatu, Alena sudah lebih dulu merasa risih dan terganggu.

Se-menyebalkan itu.

Laki-laki itu menampilkan senyumannya, senyuman yang terlihat menjengkelkan di mata Alena, gadis itu memandang tidak suka. apa-apaan cowo sial ini?

"Ngapain lo?" Tanya Alena dengan sinis, sebenarnya ia tidak ingin menggubris laki-laki itu apalagi mengajaknya bicara namun jujur risih juga berhadapan dengan manusia itu.

"Gue nawarin tumpangan."

'EH?!' gadis itu sedikit terkejut, apa ia salah dengar barusan? Atau laki-laki itu baru saja terbentur sesuatu?

"Hah?"

"Lo budeg apa gimana, gue bilang gue nawarin tumpangan." Nevan berucap datar.

"Makasih, gak dulu." Alena memalingkan pandangannya kearah lain.

laki-laki itu terkekeh pelan.

"Gak usah sok jual mahal lo."

"Ck, Uda gue bilang gue gak ma-"

DWARR

Suara petir disertai kilat bergelegar hebat membuat ucapan Alena terputus, keduanya sempat terkejut sekilas.
Hujan kali ini memang sungguh luar biasa.

"Yakin, masih gak mau?"

Gadis itu diam terpaku, tubuhnya gemetaran.
Suara petir barusan membuat dirinya syok tiba-tiba.

Hening beberapa detik sampai kemudian Nevan bersuara, laki-laki itu menghela nafas pelan.

"Yaudah, gue tinggal."

Suara mesin menyala menandakan mobil akan segera berjalan, sampai beberapa detik tangan Alena menahan pintu mobil, membiarkan dirinya basah dibawah hujan deras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oh My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang