Bab 2 Mimpi di Kelas Dua

3.2K 224 6
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 10 dan Wang Yibo baru pulang. Kamar yang dia bagi bersama saudara kembarnya sudah gelap. Mungkin Zuocheng sudah tidur. Dengan perlahan, Yibo membereskan barang bawaannya dan menyalakan lampu tidur. Saat akan mengambil handuk, sebuah suara aneh terdengar.

"Ikeuh~"

Brukk!

Yibo tersungkur terjerat handuknya sendiri. "A-CHENG!!!"

Si adik kembar langsung keluar dari selimutnya dengan panik.

"Kau nonton nekopoi lagi???" amuk Yibo.

Zuocheng segera menutup mulut ember kakaknya. "Sst!!! Jangan keras-keras ah!"

Wang Yibo memicingkan matanya dan menjilat tangan yang ada dimulutnya. Sontak Zuocheng berteriak kaget sekaligus geli.

"Salahmu karena tidak ajak-ajak," ujar Yibo kemudian pergi ke kamar mandi setelah menjitak kepala adiknya.

*
Zuocheng menatap kakaknya dari tempat tidur susun. Dia yang kebagian ranjang atas bisa melihat jelas buku yang tengah dibaca kakak kembarnya itu. Buku psikologi.

"Kak, kau mau jadi psikiater apa psikolog?"

Yibo tetap berkonsentrasi pada bukunya, sesekali menulis yang dianggap penting di buku tulisnya. "Belum tahu," jawabnya. Kemudian dia balik bertanya, "memangnya kau tahu bedanya?"

Zuocheng tertawa garing. Dia memang tidak tahu. Yibo memutar bola matanya.

"Perasaan dulu kau mau jadi pembalap, kenapa tiba-tiba berubah?"

Yibo berhenti menulis. Pikirannya tiba-tiba saja melayang pada sosok guru cantik pujaan hatinya.

"Karena cinta," katanya sambil menatap geli adik kembarnya. Alisnya naik-turun.

Zuocheng di atas kasur langsung menatapnya illfeel. Tidak percaya pada kakaknya yang jelmaan kulkas bisa berkorban demi cinta. Please, dia bukan Romeo. Bantalpun melayang dan mendarat tepat di wajah tampan Wang Yibo.

*

Wang Yibo sudah kenal dengan Xiao Laoshi-nya semenjak masuk ke Gusu High School, tapi, dia baru mengajar Yibo di kelas dua. Saat itu, Yibo berpikir jika gurunya itu adalah guru paling ramah dan ceria. Dia bisa mengajar Sejarah tanpa membuat murid-muridnya tertidur. Walau Yibo yakin 90% karena mereka tidak bisa berpaling dari wajahnya yang tampan nan enak dipandang.

Begitu pun Yibo. Bohong jika dia tidak terpesona akan kecantikan Xiao Zhan. Dia memang tidak fanboying macam teman-temannya, tapi, dia diam-diam naksir gurunya itu. Ya, dia suka Xiao Zhan bukan hanya kagum, tapi, suka dalam artian romantis.

Jika saja para fans Yibo bisa membaca pikirannya, bisa dipastikan para gadis (dan juga laki-laki) itu akan kecewa pada idolnya itu. Coba bayangkan, bahkan semenjak Xiao Zhan melangkahkan kakinya ke dalam kelas, pikiran tidak senonoh sudah berputar-putar di kepalanya itu. Sungguh tidak pantas.

"Kau membayangkan apa?!" sahut Xiao Zhan kaget.

"Aku membayangkan meremas pantatmu saat kelas dua dulu," jawab Yibo enteng. Tangannya melingkar erat di pinggang gurunya itu.

Xiao Zhan langsung memukul tangan itu dan meneriakkan, "Yak! Dasar mesum!"

Yibo menampar pantat Xiao Zhan dan berkata, "Kata orang yang berfantasi jorok pada tiap orang di jalan."

Skakmat. Xiao Zhan tidak bisa membalas.

Xiao Zhan mendengus kesal pada akhirnya. Dia menarik selimut dan menutupi tubuhnya hingga kepala. Merajuk dia. Yibo hanya memutar matanya. Menatap atap dengan pikiran berkelana menembus ruang dan waktu.

Dia ingat dulu gurunya tidak sekurus ini. Dia ingat pipi chubby dan pantat bulatnya yang selalu dia perhatikan saat Xiao Laoshi berjalan mengelilingi kelas saat mengajar. Pernah satu kali Zuocheng yang duduk di sampingnya tertidur dan Xiao Zhan dengan usilnya berbisik seperti hantu di telinganya. Seketika Yibo tidak tahu harus iri atau bersyukur. Di satu sisi dia iri karena tidak dapat mendengar desahan di telinganya seperti Zuocheng, tapi, di sisi lain dia bersyukur karena mata Yibo disuguhi pantat montok Xiao Zhan yang harus menungging demi mengusili saudara kembarnya itu. Yibo langsung horny.

"Laoshi, mau satu ronde lagi?"

Xiao Zhan tak menjawab. Yibo dengan semangat 18-nya kembali memeluk gurunya itu. Berbisik di telinganya dengan seduktif. "Laoshi~ Mau satu ronde lagi?"

Xiao Zhan tetap tak bergerak. Yibo tak pantang menyerah. Tangannya merayap ke bawah dan mencengkram pantat yang lebih tua itu. 'Kurusan,' pikirnya.

"Laoshi~"

Terdengar geraman. Atau mungkin desahan. Dengan itu Yibo segera menyibak selimut itu dan mulai mempersiapkan krisan gurunya. Membuat pria itu tidak bisa menahan untuk mendesah nikmat. Smirk Yibo muncul, dalam hati dia senang. Impiannya untuk menyentuh gurunya saat kelas dua, tercapai saat dia mencapai kelas tiga.

"Terima kasih, Laoshiku yang cantik~"

*

Ketika Yibo selesai menulis, jam sudah menunjukkan pukul 6 dan sekolahnya mulai jam 8. Astaga, dia mengantuk parah!!!

Dengan malas, Yibo memasukkan bukunya ke dalam tas dan berjalan menuju kamar mandi. Meski mengantuk, membayangkan gurunya yang cantik pasti bisa membuatnya terbangun. Ya, kan, Wang Yibo Junior?

*

*

*


HypeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang