Dua

556 89 18
                                    

“ Arjuna „

Deru mesin menggerang, dengan kecepatan yang seolah membelah angin malam di Jakarta. Jalan raya yang tampak sepi layaknya arena sikuit, membuat Arjuna atau yang akrab dipanggil Juna ini lebih leluasa melaju dengan motor sport yang dikendarainya.

Waktu menunjukan pukul 2 dini hari, meski tak tau kemana tujuannya, saat ini Juna hanya ingin mengendarai motor kesayangannya sejauh mungkin. Melepas penat yang berkecamuk dalam benaknya.

Hingga fajar datang membuka hari baru, aktifitas jalan raya pun mulai terlihat padat. Juna segera mengendarai motornya menuju bengkel milik teman kenalannya, Bagas ㅡ anak lulusan Teknik Mesin yang kini justru membuka bengkel sendiri karena kegemarannya dengan otomotif, terutama kendaraan roda dua ini. 

Alih-alih pulang ke rumah, Juna lebih memilih kesini untuk sekedar mengganti pakaian dan berangkat ke Sekolah.

"Mas, aku nitip motor sek yo. Ngko muleh sekolah tak njupuk. [nanti pulang sekolah di ambil]" ujar Juna usai memarkirkan motornya, ia pun mengeluarkan pakaian seragam dari dalam tas yang ia bawa sejak tadi.

"duwe kendaraan ora di nggo, malah di titipke. [punya kendaraan gak di pake, malah di titipin.]" Bagas yang sedari tadi fokus dengan motor milik pelanggannya, pun menoleh sekilas kearah Juna, yang kini sibuk mengganti pakaian di balik tumpukan ban.

"Ga oleh nggowo kendaraan mas ke sekolah. Yowes aku mangkat, wes awan. [gak boleh bawa kendaraan mas][yaudah aku berangkat udah siang]"

"Yo, ati-ati."

"iyo mas." Juna merapihkan barang-barangnya dan beranjak dari bengkel milik Bagas. Ia berangkat menggunakan bus dari halte yang tak jauh dari sana. Sedikit padat memang, namun sudah menjadi makanan sehari-harinya.

Bus berhenti tak jauh dari sekolah mewah tempat Juna mengemban pendidikan. Hanya berjalan sedikit dari halte, untuk mencapai jembatan menuju gerbang yang menjulang tinggi milik sekolahnya.

Sesungguhnya yang jauh itu jarak dari gerbang menuju gedung utama sekolah, memang harus menggunakan kendaraan pribadi.

Untungnya pihak sekolah menyediakan sepeda untuk para murid yang berjalan kaki, dari pos pintu gerbang utama menuju gedung sekolah. Juna sebagai pelanggan utama yang meminjamnya, para penjaga pun sudah hapal betul dan tak lagi meminta kartu identitas siswa sebagai jaminan, jelas Juna akan selalu memulangkannya dengan aman. Andai rusak pun, Juna pasti akan menggantinya dengan yang baru. Jadi para penjaga sekolah sudah benar-benar percaya dengan siswa bertubuh ramping dan mungil ini.

TIIIINN

Suara klakson dari mobil di belakang Juna, cukup membuatnya yang mengendarai sepeda berjengit terkejut dan menghentikan laju sepedanya.

"minggir lo miskin!" ejek murid dari dalam mobil tersebut, lalu melewatinya begitu saja. Juna sedikit mengernyit heran. Pasalnya, ia mengendarai sepedanya jelas di jalur sepeda. Juna mendengus pelan dan kembali menggayuh sepeda yang ia pinjam itu.

Sesungguhnya ia berbohong mengenai 'tak boleh membawa kendaraan pribadi ' pada Bagas, ia hanya tak ingin membawanya. Tak ingin tampak terlihat bahwa ia pun orang yang pantas bersekolah di sini. Meskipun ia selalu jadi bahan gunjingan siswa dan siswi lain yang menilainya sebagai orang tak punya.

Juna memarkirkan dengan rapih sepeda itu di tempatnya. Dengan langkah yang terbilang santai, Juna menuju lokernya untuk mengambil beberapa buku. Namun naas, buku-buka di dalam lokernya sudah tak berbentuk. Ia menghela napas dan menutup kembali lokernya tanpa mengambil apapun dan kembali melangkah menuju ruang kelas yang terlihat riuh dengan suara gaduh dari para murid. Tak sedikit yang mencibir kearah Juna saat ia melewati kursi mereka.

Arjuna [JaeRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang