Lima

376 52 9
                                    

“ Arjuna „

Juna terdiam melihat pesan dari ibunya. Hari ini ia dibolehkan pulang dari rumah sakit, dan di hari ini pun ibunya tak bisa datang. Juna sungguh tak mempermasalahkan hal itu terlebih ia bukan sosok anak kecil yang harus merengek karena ibunya tak datang.

Ia hanya merasa bersalah saat ini, karena pikiran ibunya harus terpecah lantaran dirinya yang harus di rawat. Sisi lain ia berfikir bagaimana caranya ia pulang?

"Sus, kalo saya urus untuk pulang sendiri bisa?" tanya Juna saat suster yang memeriksa kondisinya sebelum pulang. "Bunda saya gak bisa datang, lagi diluar kota." tambahnya, kerena memang pesan dari ibunya mengatakan sedang ada tugas mendadak di luar kota.

"Bisa, nanti saya bantu ya. Tinggal serahin beberapa data aja kebagian billing dan kasir. Nanti saya bawakan berkasnya."

"Serahin data apa?" Juna menoleh mendengar suara intrupsi sosok yang baru datang. Sosok itu tak sendiri, bahkan masih mengenakan seragam sekolah.

"Oh ini, Pasien Arjuna sudah boleh pulang, mau  urus data adminitrasi untuk ke pulangannya."

"Bunda kamu belum dateng?"

"Gak bisa dat-"

"Biar saya yang urus Sus." Juna mendelik bahkan tak bisa mengucapkan apa-apa lagi saat Jamal langsung bergegas.

"Si anjir kita di tinggal," grutu Yudha saat melihat kepergiannya temannya itu. Padahal mereka bertiga baru aja sampai.

"Oh Arjuna yang ini toh." Tambah Doni yang lebih fokus melihat sosok yang duduk di atas tempat tidurnya. Juna hanya tersenyum canggung. Bisa-bisanya orang itu membawa pasukan, pikirnya.

"Duduk kak, ada air doang itu. camilannya di abisin sana tuh orang." ucap Juna merujuk pada sosok yang langsung pergi.

"Santai Arjun, gue mau ngikut penasaran doang si Jamal mau jenguk siapa sampe buru-buru banget keluar kelas kayak dikejar anjing."

"Panggil Juna aja,"

"Ini acemenewmenew si Jamal."

"Apaan si anjing, gak jelas banget lu." Doni tampak kesal dengan kode dari Yudha.

"Itu, sia anying lah masa gak paham."

Doni memberi isyarat pada Yudha untuk tak membahas hal itu di sini. Ia melihat wajah Juna yang  masih pucat itu tampak tak nyaman.

Benar, memang Juna tak nyaman. Namun bukan karena obrolan keduanya, justru ia canggung dengan kehadiran keduanya di hadapan Juna.

Tak banyak percakapan lagi dari mereka, hingga suster itu kembali datang untuk melepaskan infusnya dan Jamal yang tak lama datang dengan membawa obat setelah itu.

"Udah, Jun. Ayo siap-siap pulang." ucap Jamal yang langsung bergerak merapihkan barang-barang milik Juna.

"Gue mau pesen Grab dulu."

"Gak usah, gue bawa mobil. Sekalian aja gue anter." tawar Doni yang sesungguhnya ingin sekali Juna tolak. Namun Jamal seakan menyita semua barang-barangnya di tangan.

"Iya ayo di antar aja sama Doni."

Juna menggigit bibirnya semakin resah, bisa-bisanya Juna tak memberi sepatah kata pun atas perintah Jamal.

"Bisa jalan?"

"Gendong Mal." celetuk Yudha yang sontak membuat Juna bangkit, namun limbung seketika. Untungnya Jamal dengan sigap menangkap tubuhnya.

"Ambil kursi roda sana lu." Doni menyuruh Yudha yang langsung dengan sigap dikerjakan.  Dia pun cukup kaget, ucapannya membuat adik kelasnya itu seakan loncat dari tempat tidur.

Arjuna [JaeRen] On HoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang