Koja. Gadis itu pulang dengan lesu dan menunduk, ia menatap kosong kebawah. Ning serta sepupu lainnya mengernyit, Koja tak pernah menunduk didepan keluarganya.
"Sepupu, ada apa?" Tanya Ning lembut. Watak orang China memang begitu, lembut saat bicara dengan keluarga, dan kasar saat ada orang yg tak disukai.
"Tidak." Ketus Koja kembali menghadap depan. Ia sangat ingin menumpahkan seluruh keluh-kesahnya pada sepupunya. Namun, itu hanya angan-angan.
"Kalau ada sesuatu jangan dipendam, curahkan saja pada kami, Sepupu." Kata Xu Wei lembut, Xu Wei sesuai namanya, ia anak pungut yg tak sengaja orangtua Ning temukan.
Ia orang yg sangat munafik, tak tahu diri! Ia hanya bersikap baik saat para sepupu Koja ada, setelahnya ... yah, kalian tahu pasti.
"Kau diam saja!" Sentak Ken. Mata Xu Wei berkaca-kaca menghadap Hibbi. Hibbi mengalihkan mukanya gemas. (Ternyata ada yg gemes ama si anak PUNGOT guys!)
Xu Wei pergi keatas dengan mata berkaca-kaca dan kaki meng-hentak.
"Caper!" Sinis Koja dengan suara pelan.
"Sepupu, kalau kau ada masalah, cerita saja pada kami!" Seru Hibbi, Koja mengangguk malas lalu masuk ke kamar.
❄❄
Seorang gadis kini menatap monitor yg memperlihatkan seorang gadis yg sedang dipeluk seorang laki-laki.
"Leng cheamuoy phleung, mente?" Ucapnya menyeringai, dengan bahasa Khmer, atau bahasa Negara Vietnam. (Silahkan ditranslate sendiri😌)
❄❄
"Eunghhh ..." lenguh seorang gadis. Ia mengerjapkan matanya melirik sekitar, lalu netranya menangkap sebuah tangan yg bertengger diperutnya.
Ia terkekeh geli kala perutnya digelitik.
"Alee ... geliii!" Seru gadis itu, Raam. Alee mengerjap dan mencium pipi Raam.
"Alee, bagaimana kalau aku meninggalkan-mu?" Tanya Raam, matanya menatap sendu plafon kamar namun bibirnya tersenyum.
Alee menegang lalu mencengkram lembut tengkuk Raam, mengecup bibir Raam sekilas dan mendudukkan-nya di pangkuannya.
"Jangan bicara seperti itu ..." geram Alee lirih. Raam menggeliat lalu mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi.
Alee menarik selimut menutupi 'sesuatu' yg menegang disana. Ia mendesis sarkas. "Sial!"
❄❄
Cklek ...
"Ach--"
Bugh!
"AROON PUI AKMALEE!" Seru ayah Achara, Phon murka. Ibu Achara juga tak kalah terkejut.
"Roon!" Seru Achara. Aroon berdesis tajam.
"Ada apa ini?!" Tanya Khi. Ia mengusap lengan sang suami agar tak tersulut emosi.
Aroon melempar kertas dan dibaca oleh Phon. Phon menegang, Khi pun sama.
"A-chara ..." lirih Khi pelan dan hanya bisa didengar oleh Aroon dan Phon. Achara nengalihkan tatapannya kepada makanan yg ada di meja makan.
"Wuah! Permen!" Seru Achara. Ia buru-buru kesana dan membuka permen itu.
"Sayang ... apa kau tak rindu dengan ayah?" Tanya Phon.
"Tidak. Anak ayah kan kertas bukan Acha!" Sentak gadis itu sambil mengemut permen. Aroon ber-smirk seram. Tak sia-sia ajarannya selama ini. Hati Phon sakit mendengarnya. Ia tahu bahwa ia sangat teledor menjaga anaknya. Tapi, ia selalu memperhatikan Achara secara jauh.
"Acha ... kau juga tak merindukan ibu?" Tanya Khi berharap. Achara menggeleng, "seorang ibu pasti akan menyisihkan waktunya untuk bermain bersama anaknya. Tapi ... ibu tak seperti itu." Jawab Achara. Khi oleng, Phon menahan pinggang Khi. Ia juga sakit, tapi istrinya lebih sakit. Mana ada orangtua yg tidak sakit kala anaknya tak menyayangi mereka?
Achara pergi keatas dan menutup pintu kamarnya keras.
😌😌
"Gue tahu gue letoy sana-sini. Tapi, ya nggak cewek juga, Sat!" Frustasi seorang pria, eh salah, seorang gadis. Koja Jaipano, itu namanya. Banyak yg tidak tahu kalau dia adalah jiwa orang lain bukan jiwa asli Koja.
TBC ...
Sorry, telat update.
KAMU SEDANG MEMBACA
K̄heā ... Xạcc̄hrā
Short Story[REVISI SETELAH SELESAI] Achara Puritjama, gadis lugu dan manis. Orangtua Achara adalah orang yg overprotektif pada Achara. Dikarenakan, Achara memiliki penyakit leukimia. Walau sempat menyesali dahulu kala mereka gila kerja, kini orangtuanya-- Ayah...