--AURUM MAGNESIUM-Aurum salah satu gadis pencinta hujan atau istilahnya pluiviophiles.
Ia hanya merasa bahwa bau hujan sangat menyegarkan pernafasan serta membuat rileks. Sore ini hujan turun dengan lebat disisi halte terdapat banyak pengendara motor yang meneduh sesaat.Buku berjudul Pluvial itu masih terbuka menunjukkan halaman ke seratus. Angin hujan yang alami dibarengi dengan membaca novel Pluvial ini membuat Aurum selalu betah di kamar dua pukul empat jam.
"Hi ..."
"Hi, juga Argo."
"Saya rindu," ucap Argo melalui telepon.
Aurum terkekeh sejenak, "Sama aku juga. Gimana kabar kamu?"
"Baik, kamu juga 'kan di sana. Saya harap begitu, udah berapa halaman kamu baca novel karangan saya?" kata Argo. Selain menjadi dokter, pria itu termaksud seorang penulis yang karyanya dikenang semua orang.
"Kemarin aku ke gramedia lagi, beli series terbaru. Hujan, udara, dan terakhir Pluvial." Aurum mengganti telepon menjadi video call menunjukkan tumpukan buku karya Argo.
"Ngomong-ngomong saya juga sudah buat karangan untuk cerita kelanjutan dari Pluvial," ucap Argo. "Terinspirasi dari kisah kamu sama saya."
"Serius? Aku gak sabar banget nunggu kamu terbitin karya lagi," kekeh Aurum semangat. Wajar dia adalah pecinta karya Argo.
"Iyaa, spesial untuk simbol AU."
--AURUM MAGNESIUM-
Tangan Aurum dengan lincah menulis satu persatu kata pada buku bersampul pink.
Dia Argo dan segala kerumitannya.
Gadis itu telah menjalin hubungan satu tahun hingga kini Argo melanjutkan pendidikannya di Jepang. Bila dibilang berat, Aurum mengiyakan karna hubungan jarak jauh sangat menguji kadar kesetiaan pasangan.
"Woi periodik!! Ayo jalan kedepan. Pasar malem lagi buka," teriak Sin. Tetangga ajaibnya dan sekaligus teman sebangku dikelas.
"Sabar, gua ganti baju dulu."
Dari kejauhan Aurum bisa melihat banyak pengunjung memasuki pasar malem. Maklum pasar malem disini dua minggu sekali jadi jangan heran jika sekalinya buka seperti diskon seratus persen.
"Kasian masih LDR sama komet," celetuk Sin menunjuk salah satu stand cumi bakar.
"Cobalt bukan komet, beda jauh. Kalo komet itu benda langit yang mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuk lonjong, parabolis, atau hiperbolis." Sin memutar bola matanya malas. Punya teman terlalu pintar seperti Aurum membuat ia merasa kesal, beruntung, sekaligus malas.
"Ck! Gak dimana-mana pasti gua dapet ilmu dadakan dari lo," kata Sin. Keduanya sudah duduk di salah satu pusat taman kota dengan segelas Thai tea dan dua bungkus makanan.
"Jadi gimana, bagus gak novel buatan pacar lo?" lanjut Sin.
"Bagus banget. Setiap buku ada kaitannya sama buku sebelumnya jadi kalo lo mau baca saran gua baca dari hujan, udara, terakhir Pluvial."
Aurum melempar sisa sampah itu ke dalam tong sampah. "Gua beruntung bisa memiliki Argo di saat semua perempuan ingin punya dia, lebih dari gua. Justru dia sendiri yang milih netap di gua jadiin gua sebagai tempat dia pulang."
"Dan Argo pasti juga beruntung punya lo," sambung Sin.
"Gua kangen mie ayam gang mawar. Lo masih inget gak?" Aurum mengangguk, mana mungkin ia melupakan mie ayam yang terkenal dari dulu.
"Nanti kalo ada waktu kita ke Jakarta Selatan. Gua juga kangen banget, tapi gak tau mie ayam itu masih ada atau udah tutup. Soalnya emang udah lama banget dari jaman lo foto ala ala pake b612," kekeh Aurum.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURUM MAGNESIUM
Roman pour AdolescentsPada dasarnya kisah kamu dan aku tidak abadi. Tapi akan aku abadika dalam bentuk cerita dan akan di ingat para pembaca saat ini. Sebuah kisah untuk my syen.