Awal

13 3 2
                                    

'Teng teng teng' bel itu berbunyi menandakan waktu jam pelajaran hari ini telah usai, siswa manapun pasti bahagia mendengarnya tidak terkecuali aku. Ya walaupun aku sendiri belum pernah melihat bel itu.

"Eh ada si Rose, mau pulang Rose? Sendiri? Emang bisa? Haha, ke kantin aja dituntun mulu. Makannya kalau cacat sekolahnya ya disekolah orang cacat lah!"

"Shttt... Andin kamu ga takut ya ngeledekin si Rose mulu? Hati-hati loh, kan dia cantik-cantik berduri."

Cacian demi cacian berhasil kulewati.. lagi, entah untuk ke berapa kalinya. Dan aku tau ini tidak akan berakhir, jadi aku juga berpura-pura menjadi tuli. Walaupun kaki ini terasa berat untuk melangkah, tapi tetap ku lewati jalan koridor ini dengan perlahan namun pasti.

Namun langkah ku terhenti saat mendengar alunan melodi yang begitu familiar ditelingaku. Satu-satunya hal yang membuatku bersyukur karena setidaknya tuhan masih memberikan kesempatan kepadaku untuk mendengar lantunan indah itu.

Sudah 2 minggu sejak pertama kali aku mendengar nya, saat itu aku tak bisa pulang karna hujan turun dan tak sengaja aku mendengar alunan melodi itu saat melewati ruang musik. Suara rintik hujan dan alunan melodi yang menyatu itu berhasil membuatku hilang kendali.

Meskipun aku tak tau siapa orang yang memiliki tangan malaikat itu, yang jelas untuk ke sekian kalinya dia memainkan melodi yang sama namun tak pernah membuatku bosan karna saat ini melodi itu menjadi lagu favoritku. Lagu favorit yang bahkan tak ku ketahui judulnya. Dan.. 'Eh ko melodinya berhenti, aku tahu masih ada part lain setelah part ini, ah mungkin dia punya kesibukan lain yang mendadak.. mau bagaimana lagi.'

Meski sedikit kecewa aku tak memiliki pilihan lain selain pulang, lagi pula dia sudah berhenti bermain.
Akupun berbalik dan kembali melangkah, namun ternyata tuhan memiliki rencana lain untukku.

"Hai.. Mawar." Ucap seorang pria yang tak kukenal itu membuatku kembali berbalik

"Kamu sia.. "

"La vie en rose, lagu yang setiap hari aku mainkan. Lagu itu lagu klasik perancis kesukaanku”. Ujar
pria itu memotong pembicaraan ku

"Ka.. kamu tau aku?"

"Iya, aku tau. Kamu penonton setiaku kan? Oh iya kita belum kenalan, kamu Rose kelas XII IPA 4 ya? Aku Rain kelas XII IPA 1" jelasnya

"Tunggu-tunggu.. jadi selama ini kamu tau, aku sering liat kamu main piano?"

"Tau dong.. aku kan main piano buat kamu mawar".

"emm maksud kamu?"

-Flashback on-

{Author pov}

"Hadehh bagas jadi cowo rajin bener dah.. ya udah jangan lama-lama lu piket nya! gw tunggu diruang musik ya". Ujar Rain yang sedikit kesal karena harus menunggu teman nya piket

Siang itu mendung, hembusan angin
juga terasa begitu menusuk.. mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Rain berjalan santai melewati koridor sambil menggunakan hoodie nya. Tak terhitung berapa banyak siswi yang menyapa, syukurlah sebagian sudah pulang pikir nya.

Rain siswa yang begitu populer, siapa yang tak mengenal nya. Siswa blasteran indo jepang yang bukan hanya cerdas tetapi memiliki paras yang bisa dikatakan unreal. Kulit putih bersih, mata hazel yang sedikit sipit dihiasi dengan alis berwarna coklat yang datar namun tebal, jangan lupakan hidung nya yang mancung juga bibir ranum berwarna merah alami. Namun sayang nya dia begitu tertutup, jadi tak banyak orang yang bisa akrab dengan nya.

Sesampainya diruang musik Rain langsung memainkan piano, piano itu menghadap keluar ruangan, memperlihatkan tetes demi tetes air yang mulai turun. Jari-jemari nya dengan lihai memainkan lagu favoritnya.

Rain yang tadinya tertunduk fokus melihat rangkaian tuts kini mulai terganggu karna angin yang semakin lama semakin menusuk. Dia berniat menyudahi permainan nya namun saat ia mengangkat kepala nya dan melihat kearah luar mata hazel nya menangkap suatu momen yang sulit terlupakan. Momen yang membuat nya mengulang melodi yang sama hampir setiap hari tanpa bosan, berharap seseorang mendengar nya seperti saat ini. Gadis itu.

Gadis yang menari bersama hujan, ia membiarkan rambut hitam panjang nya terurai basah.. ia bahkan tak peduli dengan seragam nya yang basah kuyup. Kaki nya yang sudah tak beralas dengan lembut melangkah mengikuti alunan melodi yang Rain mainkan. Gadis itu tersenyum menatap langit, senyuman yang begitu indah. Namun Rain tak tau, meski tersenyum gadis itu juga tengah menangis dalam hujan.

{Author pov end}

-Flashback off-

"Rain? maksud perkataan kamu tadi apa? ko bengong?" Tanyaku

"eh... ngga kok bukan apa-apa. hmm rose, aku boleh ga panggil kamu mawar?"

"emang kenapa gitu ko mau manggil mawar?"

"ya gapapa biar beda aja dari yang lain.. anggep aja panggilan sayang gitu." Ujar nya dengan malu-malu

"panggilan sayang ga tuh." Ucapku sambil tertawa

"ih serius ini"

"iya-iya... boleh hujan."

"hujan? itu panggilan sayang buat aku?" Tanya nya dengan nada bingung

"entah." Jawabku sambil menaikan bahu

  ***

Rose RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang