2 bulan berlalu sejak perkenalan aku dan hujan, kami begitu dekat padahal hujan bilang dia tak mudah untuk dekat dengan orang lain.. untuk mengajak ku berkenalan saja dia butuh persiapan 2 minggu.
Semenjak aku mengenal hujan waktu berlalu dengan cepat. Walau tak sedikit cacian yang kuterima karna dekat dengan nya, aku tetap bahagia.
Semua kesibukan dan rangkaian hari yang melelahkan berhasil kita lewati bersama hingga tak terasa pesta perpisahan kita akan segera diselenggarakan."Mawar, kamu ikutkan ke acara perpisahan sekolah dipuncak besok malam?". Ucapnya, saat ini kami sedang teleponan.
"hmmm puncak ya, sebenernya sih aku takut. Kan permukaan tanah puncak ga rata."
"Mawar.. kamu ga perlu takut kan ada aku. Kamu harus dateng ya, aku punya sesuatu buat kamu." Paksanya namun membuatku tersenyum percaya bahwa aku aman bersamanya
"iya deh aku dateng.. tapi nanti aku pasti ngerepotin kamu"
"ngga mawar.. aku ga pernah ngerasa direpotin kamu kok, justru aku seneng bisa jagain kamu."
Kurang lebih seperti itu percakapan kami. Memiliki seseorang sepertinya didalam hidupku adalah hadiah terindah dari tuhan. Tuhan yang dulu kukira membenciku sampai-sampai ia tega mengambil kedua orang tua ku serta penglihatan ku diwaktu yang bersamaan. Namun kini ku tau, dia tidak membenci ku.. dia hanya menguji ku. Saat aku berhasil bersabar dan menerima semuanya, dia mengirimkan hujan sebagai hadiah. Dan tak henti-henti aku berdoa kepada-nya, biarkan hujan menemaniku sampai akhir, jangan ambil hadiah mu lagi.
***
17 Juli 2019, Puncak Bogor.Sekarang pukul 19.13 WIB ucap hujan, 47 menit sebelum acara perpisahan dimulai dia menuntun ku menjauh dari keramaian.
"Rose, kamu tau ngga kalau aku bersyukur mawar itu berduri." Ucap nya. Saat ini kami sudah duduk disebuah kursi namun entah dimana
"Ko bersyukur sih? kenapa gitu?” Tanyaku penasaran
"Karena duri itu yang membuat mawar spesial, berbeda dengan bunga lainnya dan itu yang membuat aku tertarik."Jawabnya
"Tapi kan banyak yang suka sama mawar walaupun berduri."
"Kata siapa? Cuma aku doang yang suka sama kamu, hujan. Cowo lain ga boleh!"
"Ishh apaan sih, gombal kamu." Ucap ku malu-malu
"Hujan.. aku ada satu permintaan, udah lama aku pengen ngelakuin ini tapi baru berani ngomong ke kamu sekarang.""Nge... ngelakuin apa.. mawar?" Tanya nya terputus-putus membuatku tertawa, pasti dia sedang memikirkan yang aneh-aneh.
"Kamu jangan mikir yang aneh-aneh ih... aku tuh pengen megang muka kamu. Selama ini aku cuma denger kata orang, aku pengen tau dari tanganku sendiri. Karna tanganku pengganti mataku."
Tanpa menjawab hujan memegang tangan ku, menuntun nya menyusuri paras itu satu per satu.
Aku bisa merasakan kedua alis nya yang tebal kemudian mata nya yang tak begitu besar, aku bisa membayangkan betapa indah nya mata ini jika terbuka dan menunjukan bola hazel nya seperti yang dikatakan orang-orang.
Bergeser sedikit kesamping aku bisa merasakan hidung nya yang mancung dengan ujung yang tak begitu lancip, proporsi yang sempurna.
Dan dengan perlahan ia menuntun turun ibu jariku menuju bibir nya, terasa begitu lembut.
Dia mengeratkan genggaman nya pada ibu jariku, menuntun nya mengusap bibir atas yang tipis itu dari kanan kekiri lalu bibir bawah yang begitu lembut dan tebal dengan amat sangat perlahan hingga sesaat kemudian tangan nya diam berhenti menuntun.Namun entah ada apa denganku, aku malah melepaskan genggaman tangan nya lalu kembali mengusap bibir itu secara perlahan ... ah tuhan setan mana yang membuatku berani melakukan ini
Saat ibu jariku telah sampai diujung bibir nya, dia menghentikan tanganku dan menguncinya digagang kursi. Lalu dia menarik daguku kedepan menggunakan tangannya yang lain.
Tuhannn aku bisa merasakan nafas nya yang hangat, aku yakin tidak ada jarak lagi antara kita berdua saat ini. aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, rasanya seperti aku menerima gelombang yang dia ciptakan.Dan kini tak kusangka bibirnya yang lembut menyentuh bibirku, aku kaget namun entah kenapa aku semakin terbawa oleh suasana nyaman yang ia buat. Perasaan ini tak pernah aku dapatkan sebelumnya, aku tak bisa menghentikan ini, aku ingin terus seperti ini.
Entah sudah berapa lama bibir kami bertaut yang jelas kini kami mulai tersadar dan melepas ciuman pertama kami. Tak lama setelah itu, hujan berbisik ditelingaku "I love you, you're mine Rose."
Hujan kembali menggenggam tangan ku, ia memakaikan sesuatu di jari tengahku.
"Nah kan pas... ini cincin mawar yang pengen aku kasih ke kamu, aku pasang dijari tengah ya. Nanti cincin selanjutnya aku pasang disini." Ujarnya sambil memegang jari manisku
Aku tak bisa berkata apapun, aku hanya bisa tersenyum. Kali ini bukan senyuman diatas luka, tetapi senyuman tertulus didalam hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Rain
Short StoryAkhir dari sebuah kisah tak selamanya harus bahagia ataupun sedih, terkadang kita bisa membuatnya menjadi tanya.