Donghyuck berkutik dengan sebuah buku lumayan besar yang terbuka dihalaman tengah. Mata bulat yang memakai kacamata itu tengah memfokuskan penglihatannya pada tulisan-tulisan yang tertulis di setiap lembaran buku tersebut.
"Hyung, bantu aku mewarnai.." Chenle merengek kali ini, membuat Donghyuck mengalihkan pandangannya pada Sang adik sebelum mencubit pipinya.
"Ayo." Ajak yang paling tua.
Chenle menarik pelan lengan abang nya, menuntun abang nya ke meja belajar berukuran sedang.
Disana terlihat jelas jika ada selembar gambar yang Chenle buat tadi, beberapa alat pewarna dan pensil serta alat gambar lainnya.
Donghyuck tertegun saat melihat apa yang digambar oleh adiknya.
Sebuah kuburan dengan dua pasang anak laki-laki yang tengah bergandengan tangan, menatap tersenyum ke arah depan.
Meski gambar tersebut tidak terlalu jelas, tapi Donghyuck bisa merasakan makna mendalam dari gambar yang adiknya buat.
"Le, kau menggambar apa?" Tanya Donghyuck seolah penasaran dengan gambar yang adiknya buat.
"Hyung.. aku bukan anak kecil lagi, umur ku sudah sepuluh tahun, dan aku tau kalau kau mengerti apa arti dari gambar yang ku buat."
Skak! Donghyuck dibuat bungkam seribu kata, otak adik nya terlalu cerdas untuk sekedar membaca raut wajah seseorang.
Kedua insan ini membungkam bibir mereka, atmosfer diantara nya bahkan terasa dingin. Kedua pasang mata kakak beradik itu menatap sebuah gambar dimana Sang adik yang menggambarnya.
"Huft.. aku merindukan papah hyung, bagaimana kabar nya sekarang?" Lirih Chenle karena sudah setahun yang lalu dirinya terakhir kali menjenguk Sang kepala keluarga tersebut.
"Apa kita bisa menjenguk papah kembali?" Lanjut Chenle, menatap Sang kakak dengan penuh harapan.
"Kita tunggu sampai keadaanmu pulih, Le. Akan ku usahakan untuk kita bisa keluar dari rumah ini." Jelas Donghyuck akhirnya.
"Karena aku anak yang kuat, aku akan pulih dalam waktu dekat!" Jawab Chenle semangat.
Hal kecil ini membuat hati Donghyuck merasa tenang, meski sudah mendapat banyak luka lebam maupun sayatan, Chenle tidak pernah menghilangkan senyuman terbaiknya.
"Sebaiknya kau tidur, Le, ini sudah larut." Ujar Donghyuck yang tentu saja diangguki adik nya.
Tubuh Chenle sudah 95% ditutupi selimut, karena anak itu hanya menyisakan kepalanya saja yang tidak terbalut selimut. Entah mengapa udara malam ini lebih dingin dari biasanya, membuat Chenle gelisah, sedangkan Donghyuck kembali menatap buku pelajarannya dulu.
Ah, berbicara tentang pendidikan. Donghyuck seharusnya sekarang sudah menduduki bangku 1 SMP, dimana dirinya akan berada disekolah baru, mendapat teman baru, dan mendapat guru baru. Tetapi takdir lebih memilih menempatkannya dirumah dengan berbagai siksaan yang menghujam. Saat sedang bersih-bersih, Donghyuck selalu menyempatkan diri untuk membuka buku paket milik Jeno atau bahkan Jaemin dan belajar beberapa menit, beruntung otak nya cepat tanggap sehingga ia mudah mengingat apa yang tertulis, terkadang pula Donghyuck membawa buku kosong untuk ia tumpahi berbagai tulisan angka maupun huruf.
Hal yang sudah Donghyuck lakukan sejak setengah tahun ini tidak dicurigai sama sekali oleh saudara maupun ibu tirinya, hal ini membuat Donghyuck bersyukur karena ia setidaknya mendapat ilmu baru dari sekolah Jeno.
-
"Papah baru tau, ternyata ibu tiri dan saudari mu, jahat pada kau dan Chenle hyuck. Maaf, papah baru mengetahuinya sekarang, secepatnya akan papah ceraikan dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella [Lee Haechan]
Fanfiction⚠mature content! ⚠boys love Simpel saja, Donghyuck bukan Cinderella yang akan dijemput oleh pangeran nya. Sampai kapan ia harus menanggung beban ini diusianya yang masih dibilang sangat muda?