Bab 2

125 26 1
                                    

Jika semalam Donghyuck sangat kelaparan, maka tidak untuk pagi ini. Entah apa yang terjadi pada Renjun dan juga Jeno, kedua kakak tirinya itu memberi Donghyuck banyak makanan dan menyuruh Donghyuck menghabiskan makanan itu dengan cepat.

Setelah memasak sarapan pagi untuk ibu dan kakak tirinya, Donghyuck segera disuguhkan dengan beberapa makanan lembut ataupun berkuah, seperti dakjuk, yachaejuk, seollongtang, kimchi jjigae.

Perilaku aneh saudaranya membuat Donghyuck bertanya dalam diam, meski perasaannya tidak enak ia tetap menyantap hidangan itu, sudah lama pula ia tidak memakan makanan sebanyak ini.

Jika dibilang Donghyuck melupakan adiknya, maka jawabannya tidak. Donghyuck sudah berniat untuk menyisakan makanannya nanti.

Renjun dan Jeno tersenyum sinis dalam diam, ia memperhatikan betapa lahapnya Donghyuck memakan semua itu, hingga akhirnya pandangan mereka bertemu kemudian menyeringai kembali.

Ceklek

Salah satu pintu kamar terbuka, membuat ketiga pemuda yang berada di ruang makan menoleh ke sumber suara.

Seo Jaemin keluar dengan tas ransel nya, ia menatap saudara-saudaranya bergantian, hingga akhirnya pandangan nya terkunci pada Donghyuck serta beberapa makanan dihadapan anak itu.

Astaga, rencana apa lagi yang saudaranya siapkan. Ia tak memperdulikan hal itu sebelum akhirnya meninggalkan ruang tengah terlebih dahulu, disusul dengan Renjun juga Jeno.

"Selamat bersenang-senang, Hyuckie.." bisik Renjun sebelum benar-benar pergi dari hadapan Donghyuck.

Bulu kuduk Donghyuck meremang, ia mulai merasakan sesuatu yang janggal pada tenggorokan nya.

"A-akh! K-kenapa sakit s-sekali!" Donghyuck menekan pelan tenggorokannya, ada sesuatu yang menancap di dalam tenggorokannya. Mengapa seperti banyak serpihan kaca yang menancap?

Sembari menahan rasa sakit di tenggorokannya, Donghyuck menatap tajam makanan-makanan dihadapannya, meneliti apa yang saudaranya campurkan pada makanan tersebut.

Sesuai dugaannya, serpihan kaca yang pecah tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil.

Makanan itu bubur dan berkuah, jadi Donghyuck tidak perlu mengunyah makanan tersebut. Bagaimana bisa otak dari saudaranya bisa sekejam ini?

"Aakh! Y-Ya Tuhan sakit sekali!"

Chenle yang baru kembali membersihkan halaman belakang terkejut mendapati kakak nya yang sedang menjerit tertahan.

"Hyung! Kau kenapa?!" Pekik Chenle segera menghampiri Donghyuck dan melempar asal Swivel Grass Shear juga gunting deluxe ke sembarang arah. Masih dengan sarung tangan karet latex nya Chenle memegang bahu Donghyuck yang gemetar.

"T-tenggorokan ku!" Seakan tercekik, Donghyuck kesulitan berbicara maupun bernafas.

"Uhuk! Uhuk!" Langkah kaki Donghyuck membawanya ke kamar mandi diikuti dengan Chenle yang panik dibelakangnya, Donghyuck berdiri menghadap wastafel sebelum memuntahkan sesuatu, bukan makanan ataupun yang lainnya, yang keluar justru cairan merah pekat, benar itu darah.

Chenle segera berlari ke ruang tengah dan memegang gagang telpon kabel setelah itu mengetikkan nomor disana.

"Halo, ada yang bisa sa--

"Paman Jaehyun! Paman! Tolong ke rumah ku sekarang! Donghyuck hyung menelan sesuatu hingga dia batuk darah! Cepat tolong dia!" Dengan napas terengah-engah, Chenle mengatakan keluhannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinderella [Lee Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang