i want to be a doctor

15 5 0
                                    

"Selamat siang mohon perhatian semua, untuk siswa atas nama Bagas Prayoga Adinaya diharapkan untuk segera datang ke ruang guru"

Kelas yang tadinya ribut, kini menjadi hening dan seluruh siswa-siswi kelas XII 3-A serempak menoleh ke arah Bagas yang tengah asik membaca buku. Sadar akan tatapan dari teman-temannya, Bagas mengedarkan pandangannya menuju tatapan bertanya yang dilemparkan oleh teman-teman sekelasnya.

"Gas, lu ada salah? sampe-sampe di panggil gitu" tanya Raka setelah mendengarkan pengumuman dan meletakkan ponselnya yang tengah memainkan lagu Holy milik Justin Bieber, idolanya.

Bagas menggeleng, meletakkan bukunya dan segera melangkahkan kakinya menuju ruang guru.

Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana, wajah yang ia angkat dan raut wajahnya yang tak berekspresi  menambah kesan tampan pada dirinya. Ia mengabaikan tatapan kagum dari para siswi di kelasnya bahkan tak segan-segan mengambil foto dirinya secara diam-diam.

Sebagai korban brokenhome, Bagas sama sekali tidak tahu bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, bahkan untuk mengontrol ekspresipun ia tidak bisa. Itu sebabnya ia selalu menampilkan wajah datar, banyak orang salah mengartikan ekspresi Bagas, mereka menganggap laki-laki itu sombong atau pernyataan negatif lainnya. Tak jarang ia mendapatkan bullying dari teman-teman yang tidak menyukai eksistensinya.
                 
                              *****

"Permisi pak, bapak memanggil saya?" Bagas mengetuk sopan pintu ruang guru, kakinya melangkah menuju sebuah sofa kosong di depan guru laki-laki dengan kumis tipis.

"Benar nak, silahkan duduk terlebih dahulu"

Bagaspun segera menduduki sofa yang berhadapan dengan wakil kepala sekolah tersebut. Matanya tertuju pada sebuah surat yang sedari tadi guru tersebut genggam, tak lama guru tersebut memberikan surat tersebut kepada Bagas yang membuat ia mengernyitkan keningnya.

'free scholarships in the US for outstanding students. All payments are borne by the university'

Bagas menyatukan alisnya bingung, besiswa? Seingatnya ia tidak pernah mengikuti program beasiswa sebelumnya, jujur ia sangat ingin mengikuti program ini apalagi menempuh pendidikan di negara impiannya. Hal ini adalah impiannya sejak ia kecil, menempuh pendidikan hingga universitas dan berkunjung ke Amerika negara impiannya.
Namun semua itu harus ia kubur dalam-dalam karena kondisi finansial yang ia alami dan juga Reya adiknya yang tengah sakit.

Menyadari ekspresi bingung Bagas, laki-lakisetengah abad itu tersebut tersenyum ia menjelaskan hal yang perlu dijelaskan.

"Mengingat kamu sangat berprestasi di bidang akademik terutama dalam  matematika, biologi dan fisika, bapak menyarankan kamu untuk mengikuti pertukaran pelajar di Amerika selama 4 tahun atau mungkin lebih, dan bapak juga sudah menilai kemampuan berbahasa inggris kamu juga sangat bagus hal itu dapat membuat mu mudah untuk menyesuaikan diri pada lingkungan baru" ucap guru tersebut.

"Benar nak Bagas, ibu rasa kamu berhak dan layak mendapatkan semua ini, atas semua kerja keras yang kamu lakukan selama ini, ibu juga mendengar kamu bercita-cita menjadi seorang dokter bedah bukan? Hal ini adalah kesempatan emas nak" tambah seorang guru yang duduk tak jauh dari Bagas.

"Saya setuju, cobalah pikir dengan matang semua ini, jangan gegabah dalam mengambil keputusan dan hal ini juga dapat mengharumkan nama sekolah karena sekolah memiliki siswa sepintar dirimu Bagas" tambah kepala sekolah yang tak sengaja melewati ruang guru.

Bagas hanya diam, perasaan bimbang menyelimuti hatinya ia memikirkan bagaimana nasib sang adik jika ia harus pergi selama empat tahun atau mungkin lebih, namun disisi lain ia merasa sangat bahagia mendapatkan program pertukaran pelajar ke negara yang ia impi-impikan apalagi cita-citanya menjadi seorang dokter akan tercapai.

little Happiness for my lil sisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang