"Kalo seandainya saya bisa memilih, saya lebih baik tidak punya anak dari pada harus mempunyai anak seperti kamu!" sarkas Naura-mama Maurel
sakit. Padahal sudah biasa, namun rasanya tetap sakit. Maurel hanya diam menunduk sambil menahan air mata yang ingin keluar melewati pipi chubby miliknya.
^•^
"Ga liat cucian numpuk? Enak banget pulang sekolah langsung tidur. Seharian ini udah bantuin saya apa? Lihat badan kamu udah kaya bab+ kerjaannya tidur terus, malu saya punya anak yang ga bisa ngerawat badan kaya kamu!"
Diam, lagi-lagi Maurel hanya diam saat Naura menyakiti hati nya untuk kesekian kalinya. Mungkin saat ini hati Maurel telah mati karena terlalu banyak luka di hatinya.
^•^
"Terkadang seseorang harus merasakan kehilangan, supaya mereka bisa menghargai apa yang nereka punya saat ini."
Maurel mendongak menatap manik laki-laki yang saat ini sedang menatap nya lembut. Netra mereka berdua bertemu, menceritakan rasa sakit yang mereka rasakan dengan tatapan mata.
"Tuhan ga jahat, tapi takdir yang terlalu kejam." sambung laki-laki itu.
^•^
hi guys, sebelum nya saya ini adalah penulis amatir dan cerita ini adalah cerita pertama saya, jadi maaf kalo terdapat kesalahan dalam penulisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is happiness? (kapan bahagia datang dan berpihak padaku?)
Short StoryWARNING!! CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR YANG TIDAK BOLEH DI TIRU! ^•^