Bimbang

2.1K 70 6
                                    

Part ini part terlahir di WP
Cerita ini sudah ada versi Ebook yah cari saja nama Galuh Arum untuk mencari e book judul ini

***
"Teteh." Ayumi memeluk Asti saat gadis itu sampai di kontrakkan kakak iparnya. 

Asti menyediakan minum hangat untuk Ayumi. Setelah berkirim pesan kemarin, Asti bersedia kalau gadis itu datang berkunjung.

Gadis itu menatap sedih kakak iparnya. Tidak menyangka kehadiran orang ketiga membuat Asti tersingkir begitu cepat.

Banyak ide di otak Ayumi untuk menyingkirkan Mawar. Namun, hal itu belum terlaksana karena Asti sudah keluar dari rumah sang suami.

"Yum, kamu makan siang sama malam bagaimana?" tanya Asti khawatir.

"Kakak, mencemaskan aku atau Apa Bayu?" 

"Ya, kamu."

"Aku, baik kok. Makan di warteg atau di mana ajalah. Yang penting makan, Teh."

Asti tidak tega mendengar penuturan Ayumi. Kini, Asti kembali memikirkan Bayu. Segala sesuatu dahulu dirinya yang melayani. 

'Bagaimana dengan Aa Bayu? Apa Mawar merawatnya dengan baik? Bagaimana makannya? Guman Asti dalam hati.

"Teh, apa sudah nggak cinta sama Aa?"

Pertanyaan Ayumi membuat Asti bimbang. Dirinya masih sangat mencintai sang suami. Walaupun, Bayu sudah membuatnya sakit hati, Asti yakin jika pria itu hanya terbawa emosi. 

Seandainya bisa, Asti ingin mengulang waktu. Membuat Mawar jera, dan mengusirnya ke luar dari rumah. Namun, kini hal itu sudah tidak mungkin baginya.

"Teteh, nggak tahu, Yum." Hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir Asti. 

"Teh, kok, aku curiga sama Mami, kalau ada sesuatu diantara Mawar dengannya."

"Curiga, apa?"

"Entah, perasaan saja, sih."

Puas berbincang, Ayumi pamit untuk pulang. Sudah hampir malam, dirinya langsung ke kontrakan Asti sebelum pulang ke rumah.

**

"Astaga, Mawar! Kalau nggak bisa masak jangan dipaksakan. Kamu kira enak makan sayuran pahit seperti ini. Aku nggak suka pare." Bayu membuang wajah saat Mawar menatap penuh iba.

"Bay, hargai istrimu. Dia sudah susah payah memasak." Rahayu membela Mawar.

"Mih, coba aja, deh. Pahit, apa yang mau di makan? Sebelumnya kamu tahu nggak kalau itu pahit?"

"Nggak, tahu. Yang aku lihat di youtobe, makanan itu enak. Aku beli saja di pasar."

"Kamu coba aja sendiri. Bisa gila aku kalah kaya gini! Semenjak nggak ada Asti, semuanya kacau." Bayu mengusap wajah kasar. 

Netra Mawar mulai berembun, dirinya tidak terima sang suami masih memuji istri pertamanya. Padahal, ada dirinya di rumah. 

Mawar tidak berani menatap Bayu. Wanita pilihan sang ibu untuk menjadi wanita keduanya hanya bisa menatap kosong. Bingung harus berbuat apa untuk meredam emosi sang suami.

"Bay, ada apa ini?" tanya sang ayah.

"Mawar, tidak bisa apa-apa. Pusing aku tiap hari kalau mau makan." 

Bayu mengomel saat makan makan. Selera makannya hilang hanya karena pare. Lidahnya terasa pahit, pria itu kembali bangkit meninggalkan meja makan. 

"Bay, Papa ingin berbicara."

"Di ruang kerja saja, Pa."

Kedua pria dewasa itu melangkah beriringan ke ruang kerja. Sementara, Mawar menatap masakannya yang masih tersisa banyak. Rahayu mengelus pundak Mawar, menguatkan dirinya agar kuat menghadapi Bayu.

"Harusnya jadi wanita yang pintar. Merebut suami orang dengan cara nggak baik, sama aja pelakor." Ayumi melangkah begitu saja di hadapan Mawar.

Gadis itu tertawa melihat kejadian seru di meja makan. Namun, kasihan juga melihat Bayu harus merasa lapar  karena ulahnya. Masih bagus, tidak di usir dari rumah.

Sementara, di ruang kerja, sang ayah mulai berbicara pada Bayu. Beberapa hari ini dirinya memperhatikan sang anak yang selalu berteriak pada istri mudanya. 

"Kalau kamu masih cinta sama Asti, kejar dia selagi masih masa iddah. Minta dia kembali, atau kalian bisa menikah lagi."

"Pa, apa Asti mau memaafkan Bayu?" tanya Bayu ragu.

"Kalau dia masih mencintai kamu, dia akan kembali. Asal kamu tidak mengulangi lagi."

Bayu bergeming, keputusan atas dasar emosi membuatnya menyesal. Dia sadar masih mencinta Asti, karena semua kebutuhannya hanya Asti yang mengerti. Kebiasaan bergantung pada istri pertamanya membuat Bayu merasa tidak bisa apa-apa tanpa wanita itu.

"Lebih bersabarlah menghadapi Mawar, kenapa kamu seperti membenci Mawar?"

Lagi, Bayu diam. Tidak ingin sang ayah tahu jika wanita pilihan sang ibu adalah wanita tidak baik. Ingin rasanya mengembalikkan pada keluarganya, tetapi dirinya merasa tidak enak dengan Rahayu.

"Mungkin Bayu lagi emosi, jadi semuanya kena imbas.*

"Sebagai seorang lelaki, jangan sampai kamu menyesal karena ego. Jika masih mencintai Asti, kejarlah, ingat, jangan mempermainkan lagi pernikahan kamu dengan Asti."

Bayu meresapi setiap kalimat yang disampaikan oleh sang ayah. Rasanya lega, setelah berbincang dengan pria berambut putih itu. 

**

Asti melipat mukena sehabis salat, lalu merapikannya. Dia beranjak mengambil ponsel di nakas. Melihat pesan masuk dari Ayumi. 

Bibirnya tersenyum lepas saat membaca isi pesan dari Ayumi tentang Mawar. Betapa tidak bahagia melihat Madunya menderita di marahi sang suami. 

Saat masih bersama Bayu, pria itu tidak pernah protes tentang masakannya. Bahkan, Bayu tidak segan memuji masakan Asti. Pantas saja Bayu marah, pria itu tidak suka masakan pahit. Seperti pare yang dimasak Mawar.

"Ya Allah kasihan sekali Aa Bayu. Bagaimana kalau penyakit maghnya kambuh." Asti masih saja mencemaskan suaminya yang menyebalkan.

Andai saja Bayu mau berkonsultasi ke Dokter Kandungan, dan melakukan beberapa cara untuk mereka mendapatkan anak. Namun, sampai saat ini dirinya merasa baik-baik saja. Padahal sampai detik ini dia tidak bisa memiliki anak.

Dirinya sehat saat di periksa. Tidak ada masalah dalam rahimnya. Bahkan keluarganya saja tidak pernah ada yang bermasalah. Apalagi dengan keturunan. Hanya saja Asti tak kunjung hamil juga.

Asti sudah berkonsultasi, masalah bayi tabung. Akan tetapi, ibu mertuanya tidak setuju karena mahal, dan belum tentu bisa berhasil dalam proses itu. 

"Kalau nggak berhasil, hanya buang-buang uang. Udah lebih baik Bayu menikah lagi."

Penuturan ibu mertunya membuat Asti seperti tersengat listrik si siang bolong. Hatinya terkoyak dengan hal itu. Teganya ibu mertua meminta dia berbagi suami dengan orang lain.

Asti kembali membuka pesan masuk yang dia pikir dari Ayumi. Namun, dia terhenyak saat melihat pesan itu.

"Asti, kamu di mana?"

**Bersambung...

**Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kubalas Madu Dengan RacunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang