"Huh, hujannya belum reda nih," Ghea menggerutu kesal.
Dari kejauhan Ghea melihat seorang laki-laki yang berlari kearahnya dengan tas yang dia jadikan payung menutupi kepalanya.
Tak lama laki-laki itu menghidupkan sepeda besarnya.
"Ayo naik, buruan." Orang itu adalah Fano
"Hah, aku?" Ghea merasa kebingungan dengan hal itu.
"Iya lo bego, udah tahu gaada orang masih nanya."
Dengan kebingungan Ghea menghampiri Fano yang sudah berada disebelah timur parkiran.
Tak lama Ghea pun menaiki motor besar milik Fano. "Sabar Ghea, ini ujian." Batin Ghea
"Rumah lo, dimana?" Tanya Fano memulai pembicaraan.
"Rumah aku di jalan mawar nomer 10."
Dengan kecepatan tinggi Fano melesat begitu saja membawa Ghea yang sudah ketakutan diboncengi olehnya.
"Maka–sih."Bahkan Ghea tak sempat mengucapkan terima kasih, Fano langsung meninggalkan Ghea di depan rumahnya.
"Dasar cowok aneh." Gerutu Ghea
"Assalamualaikum Bunda!" Ghea langsung masuk kedalam rumahnya dengan mengucap salam kepada bundanya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, baru pulang kak?" Tanya bundanya.
"Iya nih bun, capek banget." Dengan lesu Ghea menjawab pertanyaan dari bundanya itu.
"Yasudah sana makan, habis makan langsung istirahat aja kak!" Perintah bundanya yang tak bisa diganggu gugat.
"Iya bunda." Ucapnya
"Kringggg." Bel berbunyi menandakan jam pelajaran akan segera dimulai.
"Karena hari ini guru mata pelajaran bahasa indonesia gak masuk, jadi kelas kita disuruh membuat puisi." Ucap laki laki yang dia ketahui sebagai ketua kelasnya.
"Eh Lo tau gak ,kemaren ada yang dibonceng kak Fano dari kelas kita." Bisik bisik terdengar ditelinga Ghea.
"Hah anjir!beneran?" Fika menanyakan hal itu.
"Iya bener, coba aja tanya temen lo itu, bener gak Ghe?"sindir salah seorang siswi.
"Lo beneran pulang bareng kak Fano Ghe?" Tanya Fika dengan menghadap ke Ghea yang sedang menulis puisinya.
"Aku gatau, tiba tiba disuruh naik motornya kak Fano gitu aja." Ucapnya.
"Mending Lo jangan berurusan sama kak Fano deh biar hidup Lo tentram," Ucap Putri yang juga temannya.
"Iyaa." Ucap Ghea menanggapi hal itu.
"Aku ke kamar mandi dulu ya bentar aja." Ucapan Ghea yang diangguki oleh temannya.
Sesampainya di kamar mandi, dia langsung membasuh mukanya dengan air, melihat pantulan dirinya yang ada di cermin.
"Masalah apa lagi yang harus aku hadapi?" Ucapnya mengingat perkataan dua temannya tadi.
Bel berbunyi menandakan waktu untuknya pulang. Namun, belum sampai dia di gerbang sekolah, dia sudah ditarik begitu saja kedalam gudang yang gelap gulita.
"Oh ini, cewek yang kemaren Fano bonceng!" Ya, dia adalah Risma Salsabila cewek cantik primadona sekolah yang digadang gadang sebagai pacar dari seorang Fano.
Suara tepuk tangan memenuhi ruangan itu.
"Dasar Lo cewek gatau diri, mau jadi perebut pacar orang lo?" Tambah Risma.
"Cewek gatel kayak dia mending habisi aja Ris, gak guna juga mending mati aja apalagi juga udah mau ngerebut pacar Lo." Ucap seorang gadis yang juga teman dari Risma.
"Maaf kak, aku gaada niatan buat ngerebut pacar kakak." Ghea tertunduk mendengar hal itu.
"Kalo gaada niatan ngerebut, ngapain kemaren Lo dibonceng cowok gue Hah!" Tanya Risma kepadanya.
"Denger ya, Lo gaada apa apanya dibanding gue yang cantik, mending jauhi Fano sebelum gue bertindak lebih jauh lagi!" Titah Risma kepada Ghea, dengan mencengkeram leher Ghea hingga menyulitkan Ghea untuk bernafas.
"Yaudah yuk cabut, biarin aja si cewek murahan ini disini." Ucap Risma menyuruh temannya untuk meninggalkan Ghea sendirian di dalam gudang itu.
Tak terasa dia meneteskan air mata yang kini jatuh di pipinya. Badan yang sudah merosot ke lantai membuat dia semakin merasa tidak aman dengan keadaan sekarang.
Jangan lupa bantu vote, kritik dan saran sangat dibutuhkan 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
REYFANO
Teen FictionMungkin hanya aku yang berjuang. Namun, tidak denganmu " Ghea Aulia Zhabiranisa" Rasa lelah tentu dirasakan oleh Ghea sudah tiga tahun dia berjuang untuk mendapatkan hati seorang "Reyfano Alfarizqy Pratama" lelaki yang dulu dia kagumi selama masa se...