Perpisahan Sekolah Menengah Pertama/Sekolah Tsanawiyahku berlalu baru seminggu, namun Ibuku sudah tidak lagi menginginkanku di rumah.
Ibu : Mel, besok kamu harus berangkat ke Semarang ya?
Meli : Lho bu kenapa? Untuk apa pergi ke Semarang?
Ibu : Ya masuk pesantren lah, ngaji disana, kamu juga ndak sendirian kok Mel
Meli : Tapi bu. Baru saja aku lulus sekolah seminggu yang lalu, dan aku baru saja mendapat tawaran kerja dan besok langsung disuruh berangkat kerja
Ibu : Hahaha.. Mel.. Mel.. kamu itu mbok mikir badan gapunya tenaga gitu kok mau kerja, siapa yang mau nerima kamu jadi karyawan?
Meli : Ibu ga asik ah, masa ngatain anak sendiri begitu, Bu aku itu ingin kerja biar dapat uang banyak dan ga nyusahin ibu lagi
Ya, waktu itu keadaan ekonomi keluargaku memang sedang kritis, tetapi keluargaku selalu merasa tidak pernah ingin melibatkan anak yang masih belum cukup umur untuk memikirkan keadaan ekonomi keluarga. Ibuku selalu menginginkan aku bisa masuk pesantren untuk mencari ilmu dan menjadi anak yang bisa ngaji, sekaligus pesantren yang aku tempati kelak bisa membiayaiku ke Sekolah Menengah Atas.
Sebelum aku berangkat ke pesantren, sempat ada perdebatan antara aku, Ibu, dan kakak-kakakku. Sebab kakakku menginginkan aku berangkat ke pesantren tidak besok hari, melainkan setelah hari raya Idhul Fitri yang sebentar lagi akan tiba. Ya, seminggu lagi akan datang bulan Ramadhan yang akan aku habiskan untuk kujalani di pesantren bersama orang-orang baru dan kegiatan baru.
Aku merasakan sesak didada dan kebingungan harus membuat pilihan seperti apa ? Namun akhirnya aku pun mengikuti keputusan Ibuku, yang harus berangkat ke pesantren besok pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dila Manusia Kulkas
Teen FictionDila adalah seorang laki-laki yang pernah aku temui pada masa putih abu-abu ku di Semarang. Dila sosok laki-laki yang sangat cerdas dan memiliki banyak pengetahuan dalam bidang teknologi. Bangga sih bisa mengenal Dila. Tetapi ada satu sifat Dila yan...