Teman dengan keuntungan !
━━━━━━━━───────────── ・・・✦' Bruk '
Anna melempar beberapa tumpukan buku yang sama tebalnya, keatas meja dengan kertas berlabel kan nama "Andrean" di atasnya. Membuat beberapa orang diruangan itu serempak mengetarkan bahu mereka, karena merasa sedikit terkejut dengan kehadiran Anna disana.
"Buku itu ilmu, jangan lo banting begitu," Rean menegur sembari berdiri dari duduknya. Sementara disisi lain, Anna sibuk melempar pandangan mata setajam elang kearah Rean.
"Lo bilang gue ditunggu di lapangan basket, tapi ternyata gue yang nungguin lo disana dan konyolnya lagi lo malah ada disini. Lo kira bercandaan kayak gini lucu?,"
Rean menghela nafas panjang kemudian menggelengkan kepalanya perlahan. Melihat rival nya ini menderita memang selalu menjadi kesenangan tersendiri bagi Rean, jadi jangan terlalu sering menyalahkan Rean atas tingkah laku buruk atau sikap jail nya kepada Anna.
Toh gadis itu juga sangat mudah terpancing emosinya, membuat Rean tentu saja merasa sangat puas dengan keberhasilan nya dalam menggangu kehidupan serta waktu berharga milik Anna, disekolah ini.
"Emang siapa yang bercanda? Gak ada."
"Gue emang nungguin lo dilapangan, tapi tadi. Ya sekitar 15 menitan lah gue disana nungguin lo, berhubung lo kelamaan yauda gue pergi."Anna menarik sudut bibir kanan nya, merasa semakin tidak terima dengan pernyataan yang baru saja keluar dengan entengnya, dari mulut Rean.
"Lo nunggu 15 menit aja ngeluh, gue nungguin lo 17 menit biasa aja tuh." Rean melipat kedua tangannya didepan dada kemudian tersenyum.
"Beda 2 menit doang Anna cantikk,"
Anna menarik nafas panjang, kemudian menghembuskan nya dengan sedikit kasar.
"Lo marah sama gue?," Anna menolehkan kepalanya, memandangi wajah Rean yang terlihat seakan tidak merasa bersalah sedikitpun.
"Ngapain lo manggil gue?," Rean menggeleng.
"Jawab dulu, lo marah sama gue?," Tangan Rean terulur seakan sedang berusaha untuk menarik pergelangan tangan Anna, namun gadis itu sudah lebih dulu memberi jarak antara keduanya.
"Apaan sih? Gue ga marah. Lagian lo jadi cowo sikap nya gajelas amat sih, kadang brengsek setengah mampus, kadang sok clingy, sok baik."
"Siapa yang sok baik?,"
Anna mengangkat jari telunjuk nya, mengarahkan nya kearah Rean. Membuat Rean terkekeh gemas untuk kesekian kalinya.
"Yaoke gue sok baik. Maaf oke?," Anna berdehem sebagai jawaban.
"Dimaafin ga?," Anna menganggukkan kepala nya, membuat Rean bisa kembali terduduk sembari menepuk pelan kursi kosong disamping kirinya.
"Duduk."
"Buat? Gue males kalau yang dibahas ini ternyata gak penting."
"Protes mulu, ntar cantik lo ilang,"
Anna menggedikkan bahu nya dengan acuh, kemudian menggelengkan kepalanya perlahan.
"Gue gak merasa cantik, makanya gue protes terus."
Rean kembali terkekeh sembari menarik pergelangan tangan Anna untuk duduk tepat, disamping kiri nya.
"Bagi gue lo cantik tapi kalau gak berisik,"
✦ ✦ ✦
Anna menganggukkan kepalanya berulang kali, mencoba untuk memahami beberapa hal yang baru saja disampaikan oleh Rean kepadanya.
"Ohh jadi maksut lo kita bakal kerja sama di kegiatan kali ini?,"
Rean menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kalau gue terima, keuntungan buat gue dan anak pmr lainnya apa?,"
Raut wajah keduanya seketika berubah menjadi sedikit lebih serius, daripada sebelumnya.
"Simple sih, lo sama tim pmr lo itu bisa healing bareng kita tanpa harus repot repot izin sama pihak sekolah karna pihak osis yang bertanggungjawab untuk itu. Satu lagi tim pmr lo itu gak perlu mikirin biaya apapun selain biaya makan karna semuanya udah di tanggung sm anak osis. Jadi, deal ga?."
Anna terlihat tengah berfikir sejenak, tidak begitu lama setelahnya Anna mengangguk tanda setuju.
"Tapi itu buat tim gue, buat gue? apa keuntungan nya?,"
"Yaelah perhitungan banget si lo, lagian masa keuntungan buat lo double?," Rean menaikkan nada bicara nya, membuat Anna refleks memukul pelan bahu Rean.
"Jangan nyolot, kan yang butuh bantuan disini lo bukan gue."
"Yaelahh frustasi gue kalau gini ceritanya." Rean menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal dengan sedikit kasar, merasa gila mendadak.
"Yaudah si gue bercanda, deal deh deal."
' brakk '
Rean memukul meja nya exited, membuat seisi ruangn kembali menatap kearah keduanya dengan pandangan mata bingung sekaligus terkejut.
Tak terkecuali dengan Anna, gadis manis itu bahkan merasa detak jantung nya seketika berpacu dua kali lipat lebih cepat daripada biasanya.
"Makaasihh Anna, lo paling cantik semuka bumi deh, paling baik juga deh intinya."
Anna bersemu, wajahnya memerah tanpa aba-aba. Tangan anak tergerak untuk meraih lengan Rean secara paksa, agar anak itu kembali terduduk.
"Makaasi banyak, makasi makasi - "
"Rean mulut lo bisa diem gak sih?,"
"Gue malu." cicit Anna perlahan.Rean terdiam seketika, namun didetik selanjutnya anak itu kembali tersenyum.
"Tapi ini tulus, makasi bantuan nya, Anna."
Anna menganggukkan kepalanya, sebagai jawaban.
"Anggep aja untuk kegiatan kali ini status kita berubah sementara, semula rival. Tapi khusus kegiatan kali ini, kita teman." Sambung Anna memberi jawaban.
"Teman dengan keuntungan?," goda Rean didetik selanjutnya.
"Iya, teman dengan keuntungan. Tapi sementara, kelar kegiatan ini gue sama lo tetep rival, persaingan kita belum selesai."
Rean tertawa kecil, kemudian mengulurkan lengan nya, mencoba untuk menjabat tangan Anna sebagai bukti persetujuan untuk topik yang baru saja mereka bicarakan sebelumnya.
"Oke, nanti kalau lo butuh gue sebagai bayaran atas bantuan lo di kegiatan osis kali ini, lo bisa cari gue kapan pun gue bersedia bantuin lo."
Anna ikut mengulurkan lengan nya, menjabat tangan Rean tanpa paksaan. Kemudian tersenyum.
"Nah gitu dong senyum. Siapa tau abis ini gue jatuh cinta sama lo, terus kita jadi temen hidup."
✦ ✦ ✦