01. Bangku sekolah dasar

144 11 7
                                    

Ketika papanya harus pindah ke kota lain akibat suatu pekerjaan, Rena dan juga sang mama harus diboyong pergi untuk ikut pindah pula. Padahal siang itu mamanya tengah berbincang dengan ibu-ibu dari blok perumahan lain untuk memasukkan anak mereka ke sebuah sekolah dasar disekitar lingkungan. Bahkan sudah berencana akan memasukkan anak-anaknya ke sekolah yang sama, agar sepulang sekolah nanti bisa pergi jalan-jalan menghilangkan penat. Namun, malamnya papa Rena mengatakan, kantor ditempat ia bekerja akan memindahkannya ke kota lain. Dengan itu, rencana ibu-ibu perumahan tetap berjalan, namun tanpa mama Rena.

Seminggu setelah mengatakan kepindahan, mereka berangkat menggunakan mobil kantor yang diberikan untuk papa Rena. Rumah yang sudah mereka tempati sejak pasangan tersebut menikah hingga memiliki anak berusia enam tahun seperti Rena ini, tentu saja menyisakan banyak kenangan. Suara tangisan bayi yang memekakkan telinga tiap tengah malam, hingga anak usia enam tahun yang tiap pulang bermain akan merengek manja akibat dijahili teman seperumahan masih tersimpan dengan sangat baik. Belum rela melepas rumah minimalis bercat putih dan abu-abu itu, namun lebih sayang lagi jika melepas pekerjaan yang tiap bulannya akan diupah dengan nominal dua digit.

Jarak dari kota lama ke kota baru memakan waktu yang lumayan lama, Rena merasa bosan dan meminta papanya untuk berhenti membeli sesuatu yang dapat menghilangkan rasa jenuhnya. Papanya mengiyakan dan membelikannya beberapa jajanan ukuran besar serta sebuah ice cream vanilla kesukaan Rena agar anaknya tidak merusuh saat ia tengah menyetir. Pengalihan yang diberi tersebut hanya sebentar, karena nampaknya Rena memang lelah karena hanya duduk diam selama lima jam lamanya. Perjalanan seperti ini bukan hal yang bisa ia nikmati, biasanya papanya akan membawanya berjalan-jalan dengan mobil paling lama setengah jam. Mengunjungi rumah neneknya pun biasa memakai pesawat dan kalaupun harus melanjutkan dengan mobil, paling-paling hanya butuh waktu dua puluh menit saja. Untuk anak berusia enam tahun dan masih aktif seperti Rena, perjalanan ini benar-benar membatasinya dalam bergerak. Rena yang ingin berlonjak-lonjak di atas tempat tidurnya, menjadi mengganggu mamanya bolak-balik menuju kursi depan dan belakang. Serta merusuhi papanya dengan mencoba duduk di pangkuan pria tersebut selagi menyetir.

Pukul dua puluh dua lebih beberapa menit mereka tiba di kediaman yang baru. Rena yang tertidur sejak satu jam yang lalu diangkat masuk menuju kamar barunya. Dekor kamar masih belum terisi sama sekali, karena mereka memang baru diberikan rumah ini tiga hari yang lalu. Serta rumah yang masih kosong karena truk pengangkut barang masih belum sampai hingga pagi ini.

Besok siangnya, mama dan papa Rena mengajaknya untuk mendaftar di sekolah dasar terdekat. Gedung yang cukup luas terlihat mencolok sekali bahwa sekolah ini terisi untuk golongan masyarakat menengah keatas. Keluarga Rena memang tak terlalu kaya, namun menyekolahkan anak mereka selama enam tahun lamanya disini juga bukan masalah besar-papanya juga mendapat gaji lebih tinggi sekarang. Tempat ini dikenal dengan pengajaran terbaiknya, jadi ini adalah pilihan yang tepat meski harus mengeluarkan kocek yang lumayan besar untuk membayar SPP tiap bulannya.

Hari pertama masuk sekolah, Rena diantar mamanya hingga sampai ke kelas. Bukan hanya Rena saja, murid-murid yang lain sama halnya dengan dia. Ada orang tua yang memilihkan bangku untuk anaknya, ada juga yang masih akan ditemani hingga pulang sekolah. Pemandangan tersebut bertahan hingga satu minggu lamanya, sebab pihak sekolah kemudian melarang para orang tua untuk terus-menerus berdiri diam memperhatikan buah hati mereka di pintu masuk kelas. Ini juga jadi pelajaran untuk melatih kemandirian murid-murid baru tersebut.

Rena tentu saja harus bertahan, meski berat karena ditinggal mamanya selama jam sekolah berlangsung, Rena bertekad untuk jadi anak yang mandiri. Setidaknya setelah ia mendapat teman baru bernama Hikari, Rena lebih senang berada di sekolah dibanding bermain barbie-barbie-annya di rumah sendirian.

Mereka berdua sekarang sudah akrab meski dulu Rena harus mati-matian memastikan jika dia bukan teman yang jahil. Hikari anak yang cukup cengeng dibanding kawan sekelas lainnya, ketika salah seorang mengejek Hikari dengan panggilan raksasa karena ukuran badannya yang lebih tinggi dari murid lain, ia akan segera menangis hingga sipengejek ikut menangis pula karena diprovokasi teman yang lain karena membuat teman sekelas menangis. Lalu kelas Rena dinasehati oleh wali kelas mereka untuk berteman dengan baik serta tidak boleh saling mencemooh.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang