Seorang pemuda dengan lebam diwajah dan lengannya berjalan tertatih-tatih keluar dari sebuah rumah. Sebuah tas ransel tersampir dipundaknya. Berjalan dengan tatapan lurus kedepan tanpa perduli pada pandangan aneh atau prihatin yang ia dapat dari orang sekitar karena kondisinya yang menyedihkan.
Noda ungu kehitaman yang menghiasi wajah dan lengannya tampak kontras dengan kulitnya yang pucat. Itu bukan luka baru, ia mendapatkannya dua hari lalu. Jika ia membuka kaus tipis yang ia kenakan, maka akan terlihat cukup banyak lebam lain yang ia dapatkan hampir disetiap harinya.
Penganiayaan yang ia dapatkan dari ayah kandungnya sendiri.
Perlakuan seperti itu bukan yang pertama ia alami. Hal ini sudah terjadi bahkan sejak dirinya masih diusia anak-anak. Memiliki seorang ayah pecandu alkohol yang gemar melakukan kekerasan rumah tangga adalah salah satu dari sekian banyak derita yang ia dapatkan.
Langkah kakinya ia bawa menuju halte terdekat. Mendudukkan diri dibangku yang tersedia, pikirannya menerawang pada nasib buruk yang menyertai di setiap helaan nafasnya.
Orang tuanya bercerai ketika ia mesih duduk dibangku sekolah dasar. Sang ibu tak tahan terus mendapat kekerasan fisik dari suaminya dan memilih berpisah. Kondisi ibu yang mengalami depresi dan menganggur hingga tak bisa membiayai sekolahnya dan sang kakak membuat hak asuh keduanya jatuh pada sang ayah yang gemar menyiksa mereka.
Sebelumnya, sang kakak selalu ada untuk melindunginya dari perlakuan buruk ayah mereka. Namun kakak yang lahir dua tahun lebih dulu darinya memilih menyerah pada hidup setelah gagal mengikuti ujian masuk Universitas yang diidamkan.
Oh. Itu tentu hanya salah satu dari sekian banyak alasan dari sang kakak memilih bunuh diri dengan terjun ke lautan. Saking banyaknya kemalangan yang menimpa keluarganya, Sehun sampai melupakan sebagian besarnya.
Kini Sehun berniat mengunjungi ibunya yang memilih tinggal bersama neneknya di pulau Jeju. Ini adalah libur musim panas. Selain karena merindukan sang ibu, alasannya pergi adalah untuk menghindar dari penganiayaan yang akan ayahnya lakukan setiap pulang kerumah dalam keadaan mabuk.
Sehun ingin menjalani hidup dengan damai meski hanya sebentar. Sebelum nanti ia kembali ke Seoul untuk melanjutkan pendidikannya. Sehun tak punya pilihan selain menahan semua siksaan dari ayahnya jika tak ingin putus sekolah.
Keluarga kakeknya bukan berasal dari kalangan berada. Kurang malah. Karena itu ibunya merantau ke Seoul dan bertemu ayahnya yang baru terkuak kelakuan buruknya setelah mereka menikah.
Kakek Sehun meninggal sejak ia masih duduk dibangku Junior High School. Sementara neneknya yang berusia sepertiga abad tak mampu lagi bekerja. Ibunya yang mengalami depresi tak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Beliau hanya mampu mencari uang dengan menjual hasil kebun yang tak seberapa banyak untuk bertahan hidup bersama sang nenek.
Niat hati ingin mencari ketenangan dengan menghabiskan waktu libur dirumah nenek bersama ibunya, tapi begitu sampai di desa tempat dua wanita tercintanya tinggal, Sehun mendapati dirinya dipandang aneh oleh penduduk desa.
Sehun lupa. Tak ada tempat yang tenang untuknya. Berasal dari keluarga broken home, memiliki ayah yang pecandu alkohol serta suka melakukan kekerasan rumah tangga, ibu yang depresi, juga kakak yang mati bunuh diri, sukses membuat Sehun menjadi baham gunjingan di desa tempat kelahiran sang ibu. Belum lagi kabar mengenai dirinya yang penyuka sesama jenis.
Terima kasih pada teman sekolahnya yang juga memiliki keluarga didesa ini, dia begitu baik menyebarkan gosip panas itu untuk membuatnya menjadi bahan olok-olokan. Alasannya simple, si teman iri karena Sehun selalu mengalahkannya dalam bidang prestasi dan berhasil merebut beasiswa yang hanya diberikan oleh yayasan yang menaungi sekolahnya pada siswa dengan peringkat satu disekolah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
FanfictionBias cahaya senja menjadi saksi bisu. Deburan ombak seolah menjadi musik pengiring. Di pantai ini, kau mengumandangkan janji. Yang mungkin sulit terealisasi. Tak apa, aku akan terus menunggu, tanpa batas waktu. Bahkan jika hanya tersisa jiwaku ditem...