05

2.9K 432 12
                                    

Jennie Pov

Kadang Lisa mampu meluluhkan hatiku dengan sikap sederhananya. Contohnya di perjalanan menuju ruang kerjanya, dia tidak melepas pegangan tanganku. Bahkan kami bercanda sampai senyuman tidak mau undur diri dari wajah kami. Tidak peduli dengan karyawan yang menaruh perhatian lebih. Dan aku tahu, banyak gadis yang merasa iri denganku.

"Sist, tahu tempat please" dari belakang, Jisoo merangkul kami. Entah apa yang dia lakukan di sini sepagi ini.

"Jisooyaaa, apa yang kau lakukan di sini?" Tanganku terlepas dari Lisa, aku memeluk kakakku dari samping. Partnerku berjalan mendahului kami kemudian berbalik, sehingga dia berjalan mundur supaya bisa mengamati interaksi kami.

"Bicara dengan adik ipar tentu saja! Tapi apa aku perlu membuat janji temu?" Dia bercanda, sontak Lisa tertawa.

"Oh come on sist, Kim bersaudari adalah istimewa untukku" Lisa mengerling,

"Presdire, investor dari Prancis menunggumu di tempat meeting" suara Rose berhasil menghentikan langkah kami, Lisa mengangguk dia mendekatiku, mencium keningku sambil berkata

"Cleo Umma, temani Jisoo di kantor, ini tidak akan memakan waktu terlalu lama"

Aku mengangguk, tapi pipiku jelas memerah. Bagaimana tidak, jika aku mendapati hampir semua orang menjadikan kami pusat perhatian. Lisa pergi bersama Rose, Jisoo tertawa lepas.

"Cleo Umma.. Cleo Umma.. kalian sangat norak"

"Sist, come on! Kau hanya iri"

"Aku tidak!"

"Ya kau iri!"

"Tidak!"

Aku dan Jisoo tertawa, merutuki kelakuan kami yang tidak dewasa. Tidak butuh waktu lama untuk kami berada di lantai paling atas. Dan di sana aku merasa tidak enak begitu melihat sosok Han So Hee duduk santai di sofa tunggu di luar kantor Lisa.

"Annyeonghaseo Mrs. Manoban, kita bertemu lagi dan Miss. Kim.." Gadis itu membungkuk singkat lengkap dengan senyuman ramah.

"Annyeonghaseo Miss. Han" Jisoo menanggapi, aku tersenyum "Kau menunggu Lisa?" Aku bertanya, So Hee mengangguk dia mengibaskan berkas di tangan kananya. 

"Ya, dia membatalkan meeting kemarin. Sedangkan waktuku tidak banyak untuk mendapat tanda tanganya"

Aku mengerti, meski masih kesal dengan gadis ini tapi menunjukan kecemburuan yang gamblang tidaklah bijak. Itu justru akan membuatku terlihat lemah.

"Jadi ayo tunggu dia di dalam"

Aku menyuguhkan cemilan dan teh untuk So Hee dan Jisoo. Mereka sepertinya mengenal satu sama lain. Atau mungkin pernah punya pesta yang melelahkan bersama. Entahlah. Kakakku tidak mau menjalin suatu hubungan yang serius, dan dia adalah seorang bisexual. Dia menyukai one night stand dengan gadis cantik, ketimbang harus memiliki seks dengan nama hubungan yang jelas.

"Sist, jadi kau ingin apa dari Lisa?" Akhirnya aku bertanya tujuan Jisoo kemari.

"Sebenarnya bukan aku, tapi Appa. Kau tahu dia tidak akan meminta Lisa secara pribadi. Hahahahaha"

Bisa dimengerti, Ayahku adalah pria dengan harga diri tinggi. Dulu dia menghina Lisa, merendahkannya bahwa partnerku tidak akan bisa memberiku makan. Bahkan dia dengan lantangnya berkata "Jennie, aku akan melihat berapa lama kau tahan menjadi miskin"

Dan sekarang semua kalimatnya dipatahkan oleh Lisa, dia sangat mampu memberiku makan bahkan kehidupan yang sangat layak. Ayah jarang bicara dengan Lisa, kecuali Lisa yang memulainya. Dan seringnya itu adalah pertengkaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Million ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang