"Jika iya, baguslah. Jadi kami tidak perlu menutupinya darimu."
Zovana terdiam. Suasana menjadi hening. Bahkan tidak terdengar hembusan angin di sekitar mereka. Sebelum Aladar pergi, ia memandang Zovana dari samping. "Aku kesini hanya untuk mengatakan bahwa, jangan terlalu berharap dengan status barumu nanti dan jangan coba-coba untuk mengusik hidupku."
Kini tinggal dirinya sendiri yang berdiri di tepi danau. Cuaca perlahan mendung, Zovana mengabaikan rintik hujan yang mulai membasahi gaunnya. Tidak lama sudut bibirnya terangkat. "Kalau memang begitu, baiklah akan ku turuti."
Saat dirinya hendak pergi, sebuah kilauan dari dalam danau berhasil mengalihkan perhatiannya. Matanya memicing. Karena diliputi rasa penasaran, Zovana menceburkan diri ke danau dan berenang ke dasar. Pergerakannya jadi terbatas karena gaun panjang yang ia kenakan. Namun meski demikian, Zovana berhasil mengambil benda tersebut kemudian membawanya ke permukaan. Bentuk benda yang ada di tangannya terlihat tidak asing.
"Karambit?"
Segera maniknya menyusuri pegangan pada senjata tersebut. Kedua alisnya menukik tajam. "Siapa kau sebenarnya?" desis Zovana dengan menatap benda di genggamannya.
☆ ☆ ☆
Sepasang tangan muncul dari belakang, memeluk dan menyandarkan kepalanya pada punggung tegap Aladar. Aladar tahu betul siapa orang yang ada di belakangnya ini. Ia berbalik dan otomatis pelukan tersebut terlepas. Caroline mendongak, tersenyum manis menyambut pelukan hangat Aladar.
"Biarkan tetap seperti ini," ucap Aladar, dengan menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik calon pemimpin Parker di masa depan. Ia meletakkan dagunya di atas kepala Caroline dan menikmati semilir angin.
Selama beberapa waktu, mereka hanya berpelukan tanpa ada yang memulai percakapan. Caroline menikmati rengkuhan dari pria yang beberapa tahun ini telah menjalin kasih dengannya. Tidak lama seorang pengawal datang dan memberi hormat kepada mereka. Keduanya langsung menjauhkan diri. "Maaf jika saya mengganggu aktivitas kalian. Untuk Pangeran Aladar, kereta anda sudah siap, Your Highness."
Aladar mengangguk sekilas. Ia menatap Caroline dengan penuh arti. "Aku akan kembali ke Nozland. Kau jaga diri baik-baik." setelahnya Aladar pergi diikuti oleh pengawal menuju kereta miliknya.
Apa yang baru saja mereka lakukan, sepertinya tidak luput dari penglihatan orang tua Caroline. Dari balik jendela keduanya saling bertukar pandang, lalu Ratu Jane menghela nafas. "Kurasa kita telah jahat dengan memisahkan mereka berdua, Your Majesty."
Raja Sebastian mengangkat sebelah alisnya. "Tidak, Ratuku. Apa yang telah terjadi memang akan tetap seperti ini dan keputusanku tidak akan pernah berubah." Raja Sebastian melenggang pergi.
"Anda tega memisahkan Putri Caroline dengan Pangeran Aladar demi Putri Zovana? Kenapa anda pilih kasih, Your Majesty?"
Langkah Raja Sebastian seketika terhenti. Tanpa berbalik ia berkata, "aku tidak pilih kasih seperti yang kau ucapkan, Ratuku. Keduanya adalah putriku dan sebagai seorang Ayah, aku berhak memberikan kebahagiaan untuk putriku yang lainnya. Putri Caroline telah mendapat banyak perhatian dan kasih sayang dari kita berdua, karena sedari kecil sampai dewasa dia tetap bersama kita."
"Sedangkan Putri Zovana, setelah lulus akademi dia harus tinggal terpisah, lagipula kita jarang mengunjunginya, bukan? Berkat dia juga, wilayah Parker meluas dan tidak ada salahnya memberikan Putri Zovana hadiah yang sangat berharga. Jadi, jangan bahas tentang ini lagi, Ratuku."
Sosok Raja Sebastian perlahan menghilang dari balik pintu. Kedua tangan Ratu Jane secara tidak sadar terkepal kuat hingga kuku-kukunya menusuk telapak tangan.
☆ ☆ ☆
"Kau beristirahatlah lebih dulu. Aku akan pergi keluar," ucap Zovana lalu berdiri, setelah ia dan Leah menyelesaikan makan malamnya.
Leah mengangguk patuh. Perempuan bertubuh mungil itu seketika menghilang dari pandangan Zovana. Ia berpesan kepada para pengawalnya untuk berjaga di luar kastil selagi Zovana pergi. Ia tidak ingin kejadian yang sudah-sudah terjadi lagi. Meski jumlah pengawalnya kurang dari lima puluh orang, namun Zovana percaya bahwa mereka bisa melindungi diri mereka sendiri dan orang lain jika ada hal buruk yang terjadi.
Karena putri bungsu Raja Sebastian itu tidak memilih mereka secara sembarangan. Tentu saja semua sudah terlatih sebelum Zovana merekrutnya. Mengingat bahwa lokasi tempat tinggalnya yang strategis, karena berada di tengah-tengah antara tiga kerajaan besar yaitu, Parker, Nozland dan Damron. Ketiga kerajaan itu kerap kali melewati hutan tempatnya tinggal untuk urusan perdagangan ataupun diplomatik. Maka dari itu, kemungkinan-kemungkinan buruk bisa terjadi karena pihak luar bebas keluar-masuk wilayahnya.
Lalu, Zovana pergi ke istal untuk mengeluarkan kuda miliknya. Sebelum menunggangi kuda tersebut, Zovana sempat berpesan kepada penjaga istal untuk membawa Leah pergi jika ada sesuatu yang buruk. Entah mengapa firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu yang tidak pernah terbayangkan olehnya. Karena itu, untuk berjaga-jaga ia telah memberikan banyak pesan kepada seluruh bawahannya.
Zovana mendongak menatap rembulan yang bersinar terang menandakan bahwa cuaca malam ini cukup cerah. Dengan begitu Zovana cukup terbantu untuk melanjutkan perjalanan. Niatnya pergi untuk mencari jejak para pelayannya yang menghilang. Sangat terdengar mustahil jika berhasil, karena ia sendiri belum ada persiapan, namun Zovana tetap nekad mencoba peruntungannya.
Ia membiarkan kudanya berjalan dengan santai, sembari menikmati suasana malam. Angin berhembus menerbangkan helaian rambutnya yang terurai. Zovana terlalu larut dalam menikmati ketenangan, hingga tidak menyadari bahwa beberapa orang kini telah mengintainya dari balik pohon. Salah satu dari mereka menembakkan anak panah dan mengenai kaki kudanya. Sontak kuda tersebut meringkik, membuat Zovana kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Ketika ia mencoba bangkit, beberapa orang sudah mengepungnya dengan mengacungkan senjata kearahnya.
Suasana berubah tegang, sampai tidak ada satupun orang yang mengeluarkan sepatah kata termasuk Zovana. Tak lama kemudian terdengar langkah kaki dari arah belakang. Saat mencoba berbalik, sesuatu tiba-tiba menusuk lehernya. Zovana seketika merasa lemas dan perlahan pandangannya mengabur. Hal terakhir yang dapat ia lihat adalah, sesosok berjubah dengan lentera di tangannya. Setelah itu kesadarannya mulai menghilang.
☆ ☆ ☆
Thank's for reading
Have a nice day.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Of Parker
FantasyMenghilangnya para pelayan tanpa jejak, membuat Zovana kelimpungan mencari keberadaan mereka. Namun, ia tidak menyadari bahwa hal tersebut merupakan salah satu rencana untuk menghabisinya. Semakin jauh ia melangkah, maka Zovana akan semakin terjerum...