Jeyeon merengkuh tubuh Jay, membantu lelaki itu untuk berjalan kedalam rumahnya. rumah yang bertema sederhana nan rapih itu menjadi tempat tinggal lelaki tampan tersebut selama ini.
Jay perlahan terduduk disofa rumahnya, menyandarkan tubuhnya yang berat dan terasa lemas itu. sedangkan Jeyeon terus menatap khawatir pemuda bermarga Park tersebut.
Jeyeon benar-benar mengantarkan Jay sampai kerumahnya, walaupun tadi mereka sempat berdebat karena Jay yang tidak mau gadis itu membantu dirinya.
Jeyeon menatap sekitar, membiarkan lelaki itu yang tengah mengatur nafasnya. rumah Jay terlihat sangat rapih, mungkin inilah kepribadian dalam dirinya. tapi mengapa rumah ini begitu sepi? kemana orang tuanya pergi? apa ia tinggal sendiri? pikir gadis itu.
"em.. ada kotak obat ga? biar gue obatin luka lo." Jeyeon membuka suara membuat Jay menatapnya sekilas lalu kembali memejamkan matanya.
"gausah, mending lo pulang sana. tadi janjinya cuma nganter doang, kan?"
Jeyeon terdiam, perkataan Jay benar. saat mereka berdebat tadi, Jeyeon memaksa untuk mengantarkan lelaki tersebut dan Jay mengizinkannya hanya sekedar mengantar saja tidak untuk apa-apa lagi.
"yauda kalo gitu gue telpon Yuna, ya? biar dia kesini terus obatin lukaㅡ
"gausah."
baru saja Jeyeon ingin mengambil ponselnya disaku, pergerakannya terhenti mendengar Jay yang memotong cepat omongannya.
Jay menegakan tubuhnya, menatap datar Jeyeon yang berdiri dihadapannya.
"mending lo pulang, urusannya udah selesai 'kan?"
gadis itu terdiam sambil menggaruk tengkuk lehernya yang sebenarnya tak gatal, ia menunduk takut menatap wajah datar Jay disana.
"gue maㅡ
ceklek!
dengan bersamaan Jay dan Jeyeon menoleh kearah pintu yang terbuka sedikit kencang. dapat mereka lihat seorang lelaki tinggi yang masuk kedalam dengan wajah herannya.
"Jay? ngapain kalian berdua?!"
wajah Jay dan Jeyeon ikut panik mendengar penuturan orang tersebut. ini salah paham, tidak mungkin mereka melakukan hal aneh sejauh itu.
"e-engga kok kita gak ngapa-ngapain, cuma tadi saya nganterin dia karna luka dijalan." jelas Jeyeon mencoba meyakinkan orang itu.
lelaki itu langsung mendekat pada Jay, melihat keadaan temannya yang penuh dengan darah di wajahnya.
"kok bisa temen gue begini? lo apain?!"
hampir saja lelaki itu maju untuk mendekati Jeyeon, tetapi Jay lebih dulu mencegah lengannya.
"udah Hoon, ini bukan ulah dia."
"terus siapa?"
Jay menatap Jeyeon sebentar, ia berpikir. apakah Jeyeon tahu kalau yang memukulinya tadi adalah Riki? tapi sepertinya gadis itu tidak mengetahuinya, dari cara ia menolongnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Phase : Dilemma
Teen FictionKeputusanku adalah memilihmu dan merelakannya. ©𝐌𝐈𝐋𝐊-𝐓𝐈𝐄 November 2021.