“ Untuk menjadi pohon yang kokoh, pohon itu mengalami banyak sekali kesulitan saat dalam proses tumbuh. Namun sekarang ia mampu berguna dan dapat tumbuh dengan baik, sama halnya Kamu.”
-
Happy reading
Sekolah
Hari ini begitu cerah, matahari bersinar seperti tengah berbahagia. Canda tawa terus terdengar dari setiap sudut sekolah saat aku melangkah masuk ke area sekolah, hari ini hari pertama ku di SMA setelah seminggu MOS dilaksanakan, suasana SMA begitu asing tapi menyenangkan banyak wajah-wajah baru yang berlalu lalang. Senyum ku mengembang, aku berjalan cepat menuju kelasku dari gerbang aku lurus terus melewati lapangan menuju koridor, koridor tak seramai di lapangan aku mengambil jalan ke kanan naik ke lantai 2 lalu menuju ruangan 12 mudah bukan haha.
Suasana kelas ku begitu ramai, “GABI!!!”, Aku kaget bukan main mendengar teriakan itu, teriakan kencang itu menyebabkan keheningan beberapa saat di kelas sebelum semua orang kembali ke aktifitasnya masing-masing. Orang yang berteriak itu melambaikan tangan ke arah ku dan menyuruhku untuk mendekat.
“Lo duduk di samping gue, oke?” tanpa pikir panjang orang itu menarikku untuk duduk bersebelahan dengannya, Oh ya namanya orang ini atau gadis itu Kaitlyn Chessy, sangat tak seiras dengan arti nama belakang yang penuh kedamaian Kaitlyn atau Kai ia lebih seperti seorang gadis yang bersemangat dan berisik namun menyenangkan.
“Kai jangan panggil gue Gabi kurang nyaman tau, panggil gue Ren aja.” Ia menatapku lalu mengangguk dengan singkat lalu membuat tanda oke untuk menyetujui permintaanku
“Gue susah banget buat akrab sama anak-anak kelas ini selain lo.” Aku hanya bisa menatap Kai dengan bingung. Padahal dari awal MOS kemarin dia ngobrol panjang lebar dengan banyak orang.
Kai terus berbicara tentang banyak hal dari Adele yang baru mengeluarkan lagu baru, tren pakaian hari ini, dan masih banyak lagi, aku hanya bisa menanggapi dia seadanya.
Hari ini KBM belum terlaksana secara efektif karena guru masih melakukan rapat dan murid dipulangkan, Setelah berpisah dengan Kai di depan lapangan, Aku pergi ke tempat parkir sepeda dan mengambil sepeda, lalu membawa keluar gerbang dan mengayuhnya dengan kecepatan yang lambat. Rasanya malas sekali pulang kerumah, tapi kalo gak pulang malah timbul masalah baru.
Matahari belum terlalu menyengat udara masih cukup sejuk untuk dinikmati dan yang paling penting jalanan masih sangat lenggang.
Ini masih cukup pagi dan mama pasti belum berangkat ke tokonya, mungkin sebentar lagi, Pikir ku
Aku menyusun banyak kegiatan yang akan ku lakukan saat dirumah sendiri. Pasti menyenangkan
Di Rumah
Loh mobil papa kok ada di rumah sih? Mungkin ada barang yang tertiggal.Aku memarkirkan sepedaku di bagasi dan pergi masuk kerumah, tapi saat memasuki rumah teriakan-teriakan memuakkan terdengar lagi ,
“KAMU BISA GAK SIH JADI ISTRI YANG BECUS, GIMANA BISA BERKAS PENTING ITU HILANG HAH? SEBELUMNYA MASIH ADA DI RUANG KERJA SAYA.”
“LOH, KOK KAMU MALAH NYALAHIN SAYA, SEHARUSNYA KALO MEMANG BERKAS ITU PENTING JANGAN CEROBOH MENARUHNYA.”
“DASAR KURANG AJAR YA KAMU, BERANI SEKALI KAMU MEMBENTAK SAYA.”
Aku berlari menuju mereka saat melihat papa bersiap melayangkan tamparannya ke mama, “ BERHENTI PAH.” Papa sejenak berhenti setelah melihat ku dan menghempaskan tangannya turun.
Aku berbalik menatap mama, “Masuk ke kamar Ren, kamu jangan ikut campur urusan kami.” Mama dengan paksa menyuruhku pergi secara verbal, dengan langkah berat aku pergi menjauhin ruang keluarga, setelah pintu kamarku tertutup teriakan-teriakan itu kembali terdengar lebih mengerikan dan sepertinya ada benda pecah.
Aku membenci ini situasi ini, aku berjalan ketempat tidur dan menyalakan musik dengan volume penuh. Aku menatap langit-langit kamar dengan tatapan penuh air mata. Hancur sudah semua rencana yang telah ku susun tadi, hancur semua dengan sia-sia
Sial sekali hari ini
Karena lelah menangis, tanpa sadar aku terlelap. Saat terbangun teriakan itu sudah menghilang
Mungkin mereka sudah pergi bekerja, pikirku
Aku pergi melangkah kaki ku keluar kamar untuk mengecek keadaan, aku melewati cermin yang terpasang dengan apik di dekat pintu kamarku dan mendapati pantulan wajahku yang begitu menyedihkan, mata memerah dan muka yang sangat berantakan. Aku hanya bisa menghela napas
Keadaan di bawah tak begitu kacau seperti yang aku bayangkan sebelumnya. Tapi ada vas bunga yang pecah di sudut ruangan tak jauh dari pintu, tanah nya berserakan dilantai, tanpa pikir panjang aku segera membersihkannya supaya pecahan kaca tersebut tak melukai siapa-siapa
Setelah selesai aku pergi ke duduk di sofa di depan tv, aku hanya bisa menghela napas dan kembali mengingat kenangan yang ada di ruang ini semua begitu indah pada saat itu. Ruangan ini menjadi saksi bisa kebersamaan kami, tanpa sadar mata ku kembali memanas rasanya baru kemarin aku merasakan kebahagiaan itu.
Aku melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 12 siang, " Mau jalan-jalan deh, tapi kayaknya di depan panas banget." Pada akhirnya aku hanya bermalas-malasan dengan menonton tv.
Tanpa sadar waktu menunjukkan pukul 4 sore hari, aku pergi kedalam kamar dan bersiap untuk mencari udara segar.
Aku mengayuh sepeda ku berkeliling disekitar lingkungan rumah rasanya bebas sekali, aku sesekali menyapa orang-orang yang ku kenal.
Aku pergi ke taman didekat sana lalu melihat banyak sekali orang di sana ada yang berlari sore, menemani anaknya bermain, dan ada pula sekumpulan laki-laki yang sedang bersiap-siap bermain basket. Di antara laki-laki itu aku melihat sosok yang familiar.
Mungkin karena merasa di perhatikan sosok laki-laki itu menoleh ke arah ku dan melambaikan tangan sembari memanggil namaku
" REN....
Gabino Arenia
Kaitlyn Chessy
-
Hallo lagi semua makasih udah mau kembali buat baca cerita ini, jangan lupa tinggalin jejak dengan vote+comment makasih❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow
Teen FictionUntuk menjadi dewasa, butuh beragam proses yang perlu di lalui. Walaupun sesulit apapun teruslah melangkah. Happy reading-