9 Desember 2016
"yo, nanti jam 7 malem jemput ya"
pesan pendek ini ku kukirimkan ke Rio, padahal di sini waktu baru menunjukkan pukul 13:00 WIB. ya, ini masih jumat siang.
kurang lebih tiga minggu sudah berlalu sejak kejadian mengejutkan itu, dalam beberapa minggu ini aku sudah memberitahukan kepada Alex kalau Rio akan membantu memberikan alasan ketika aku dan dia berencana untuk check in ke hotel yang sampai menginap. dan hari ini adalah hari tersebut, karena ada long weekend yang disebabkan oleh libur Maulid Nabi SAW pada hari Senin depan.
Alex setuju dan sangat antusias untuk merasakan sensasi menginap yang sebenarnya tanpa harus dibatasi oleh jam sore. Makanya alex rencananya baru akan landing ke bandara terdekat sekitar pukul 8 malam. dan untuk kali ini, aku yang berangkat duluan ke hotel.
Sore hari ini terasa sangat cepat, tiba-tiba sudah jam lima sore dan akupun berusaha "tenggo", sampai rumah dan bersih diri.
sesampainya dirumah, justru aku dikejutkan dengan keberadaan si Rio yang sudah dengan nikmatnya menyantap makan malam di ruang makan rumah ku.
"eh Mbak Din dah pulang..." celetuknya sambil menghabiskan gorengan lauk makan malam dia"...??" aku saking terkejutnya sampai hanya mampu melihat kanan-kiri tanpa mengeluarkan kata-kata sama sekali
"Din, kamu ini nggak bilang kalo ternyata udah janjian mau nginep di rumah Ibuk buat nemenin Rio sekalian belajar komputer?" tanya papa kepadaku
"hehe, anu pah... itu... lupaak" jawabku singkat sambil menatap tajam kearah Rio yang ternyata sudah memulai memberikan alibi tanpa koordinasi terlebih dahulu.
"yaudah sana buruan bersih diri trus makan, biar bisa makan bareng sekalian, lauknya keburu dingin juga" lanjut papa
aku yang masih diselimuti rasa tidak percaya atas apa yang berusan terjadi, melangkah pelan menuju kamar dan melanjutkan bersih diri, makan dan sholat magrib
"wah udah jam tuju aja ini" oceh Rio sesaat setelah ia melihat jam pada layar smartphonenya.
"mbak din, ayok, keburu maen game dulu aku" lanjutnya
setelah berpamitan dengan mama dan papa, aku menggendong sebuah tas hitam ukuran agak besar dan dengan motor Satria FU milik Rio, kami berdua berangkat menuju hotel yang harusnya cuma berjarak 20 menitan dari rumah.
Selayaknya motor Satria FU pada umumnya, yang sangat kebetulan sekali Rio ini mempertahankan bentukan fisik original motornya, joknya sangat curam yang mengharuskanku untuk berpegangan pada handle jok motor itu untuk menjaga posisi.
"duh mbak, jauh amat, bahaya lho bawa tas gede gitu diujung belakang" ucap Rio setelah melewati gapura perumahan tempatku tinggal.
"bahaya gimana?" tanyaku pura-pura polos, karena aku tau dengan jelas tujuan kenapa motor ini dia beli, dan bagaimana biasanya dia memboncengkan teman-temannya.
"gini lho" sautnya singkat dan menggeber motornya sampai aku agak terpelanting kebelakang dan benar saja aku hanya jadi sangat kencang memegang handel jok motor itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik, Jebakan, dan Kesalahan
Short StoryKisah Diny yang terjebak dalam keadaan yang serba salah gara-gara sebuah foto. bagaimana diny melewati dan mengakhiri ini semua?