One

14 5 6
                                    

Happy Reading!!!

...

Mengalami hidup sulit dan menyakitkan, semua kesulitan bukan hanya tentang uang, berkecukupan uang namun kekurangan ketentraman, sedari kecil yang dapat di dengarnya hanya sebuah keributan di dalam rumah yang katanya adalah surga. Mendengar dan melihat pekikkan dan dentuman benda keras yang sengaja di jatuhkan dengan begitu kerasnya. Hinata memeluk lututnya dan memejamkan matanya memendam rasa takut.

Namun kini ia sudah beranjak dewasa, tidak ingin mengambil pusing soal keluarganya yang damai hanya sesaat, hidupnya lurus-lurus saja, dengan wajah cantik dan otak cerdas, tidak sedikit yang menyukai Hinata, sayangnya setiap ada yang menyatakan perasaan pada gadis itu, Hinata tak segan menolak mentah-mentah laki-laki yang menyukainya, di tambah dengan wajah datar dan angkuhnya.

Tetapi satu pria yang membuatnya tertarik. Awalnya ia bertemu di sebuah mall, Hinata kehilangan dompetnya, saat itu dirinya tengah gelagapan di depan kasir karena belanjaannya lumayan mahal dan sangat malu jika tidak jadi beli. Lalu tanpa basa basi pria itu menyodorkan blackcard begitu saja ke kasir karena ia peka melihat gelagat gadis di depannya itu.

Sesudah membayar barang yang Hinata beli dan juga dirinya, pria itu langsung pergi setelah mendengar ucapan terimakasih dari Hinata, terlihat buru-buru padahal Hinata ingin mengembalikan nominal uang yang di keluarkan dengan meminta no rekeningnya.

Tak ingin ambil pusing Hinata melupakan kejadian tersebut sampai dimana ia tak sengaja menabrak laki-laki di koridor kampusnya. Pria yang sama, yang menolongnya di mall saat itu, akhirnya ia berkenalan dan beberapa minggu sering bertemu juga mengobrol, Hinata mulai menaruh rasa, tapi sayangnya seorang gadis menghampiri Dylan.

Dylan memperkenalkan kekasihnya pada Hinata, saat itu juga senyumnya memudar, ia sempat menyesal menaruh rasa secepat itu pada seorang pria asing yang baru di temuinya selama beberapa minggu belakangan ini.

Bertepuk sebelah tangan. Ya itu kata yang menggambarkan keadaan Hinata saat ini.

Mencintai tidak harus memiliki bukan? kata ini yang sedari tadi terus terngiang-ngiang di dalam benak dan fikiran seseorang yang sedang duduk termenung, seorang gadis tengah mendudukan dirinya seraya memeluk lututnya sendiri dan memasang tatapan kosongnya, memikirkan kembali awal bertemu pria itu.

Hari semakin larut malam, bahkan sudah menginjak pukul 12.30 pm, namun gadis ini masih saja meladeni kegelisahan di hatinya. menghela nafas pelan gadis itu bergumam.

"huftt ingin berada di posisi wanitanya, but i mean this is just in my dream"

Ruangan bernuansa cream cerah itu kini menjadi gelap gulita, karena memang sengaja gadis pemiliknya mematikan lampu kamar tersebut. Gadis itu, Hinata Jenner, berusia baru 18 tahun dan berstatus sebagai mahasiswi.

Dengan tanpa sadar hinata menjatuhkan dirinya di kasur, ia masih termenung dan bergelung dengan fikirannya, lambat laun mata cantik itu mulai terpejam dengan sendirinya dan berakhir gadis itu tertidur lelap.

'Keesokan harinya--

"Hinata sayang bangun, sudah pagi nak" Ucapan lembut di sertai dengan usapan di kepala gadis itu, dapat di dengar dan di rasakannya, perlahan mata cantik yang terpejam itu terbuka lebar.

Memancarkan senyum manisnya, hinata memegang lengan maminya kemudian bangun terduduk di kasur.

"Morning mii, iya ini bangun, hina mandi dulu ya, mami sama papi makan duluan, hina mau bawa bekal aja, bungkusin itu nasi di tupperware" Ucap hinata seraya meregangkan otot-otot tubuhnya.

Maminya hanya menggeleng pelan. "Yaudah, mandi yg bersih sayang" Ucap maminya dan melenggang pergi dari kamar anaknya.

Dengan sedikit malas hinata bangkit dari tempatnya bersemayam alias kasur. Dan menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya lalu segera membersihkan dirinya.

HINATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang