Andin di bawa ke dalam mobil dan seluruh orang yang menjaga Andin pun tidak sadar,. Iya, mereka pingsan karena di lemparkan gas air mata.
Andin menghilang dalam sekejap tanpa jejak. Lalu bagaimana keadaan Andin?
***
TOLONGGGG!
TOLONG...
Itu teriakan Andin sekarang saat ia sudah sadar dari pingsannya tapi nihil tak ada yang mendengar. Andin di bawa ke satu kamar yang cukup luas dan sangat sepi. Hanya terdapat beberapa peralatan saja.
Andin sangat takut tapi ia tak bisa apa-apa, tangan dan kakinya di ikat. Untung saja mulutnya tidak di tutup.
"Hfttt kayanya ruangannya kedap suara deh, makanya gak ada yang denger." Gurau Andin yang mencoba mencari jalan keluar.
Lalu disisi lain, Al yang baru saja selesai meeting terus teringat kepada Andin. Pergelangan tangan dan kakinya terasa nyeri dan tak lama ia mendapat telfon dari bodyguard Andin.
On call;
"Halo."
"Apa? Ko bisa si?"
"Saya pulang sekarang!"
Off call.
Al segera mengemudi mobilnya dan ia juga sudah mengerahkan anak buahnya untuk mencari Andin. Sungguh ia sangat kalang kabut sekarang.
"SIAL-SIAL. INI GUE YANG SALAH, KENAPA SI AL BISA-BISANYA LO KECOLONGAN GINI DAN BISA-BISANYA LO KASIH ANDIN PERGI GITU AJA TANPA ADANYA GUE!" Kesal Al yang memukul stir.
Sungguh air mata Al sudah tak dapat di bendung lagi, kini ia menangis. Al sangat takut kehilangan Andin apalagi Andin sedang mengandung anak ketiga mereka.
Mobil Al kini sudah masuk kedalam Pondok Pelita. Ia juga sudah mengumpulkan bodyguard Andin untuk menceritakan kejadiannya dan menanyakan di bawa kemana Andin. Tapi nihil, tak ada yang tau kemana Andin.
Seketika Al memukul keras kaca mobil miliknya dan tentu pecah. Tangannya juga berdarah dan ada beberapa serpihan kaca yang menusuk tangannya.
"SIAL! SAYA SURUH KALIAN JAGA ISTRI SAYA!" Marah Al.
Al segera mengambil mobil miliknya satu lagi dan langsung pergi mencari Andin. Mobil Mercedes Benz S-Class, ber plat B 4 BRN pun melesat dengan cepat. Kecepatan yang hampir 150 itu membuat dirinya benar-benar lepas kendali. Bahkan tadi ia sempat menyerpet truck hampir saja ia dapat mengerem.
Ia berhenti sejenak untuk menenangkan dirinya agar dirinya dapat berfikir kemana Andin. Sembari ia menenangkan Andin, ia terus berdoa dan tak lama ia mendapat telfon dari nomor yang tidak di kenal.
On call;
"Halo."
"Siapa kamu?"
"Gak perlu tau, sekarang istri lo akan di miliki oleh laki-laki lain. Hahahhaha."
Off call.
Telfon terputus dengan cepat ia melacak keberadaan nomor itu dan untungnya penculik itu bodoh jadi Al bisa cepat menemukannya. Al mengendarai mobilnya itu menjuju lokasi Andin.