Nisa pun sudah pamit dan sudah pergi bersama supir keluar. Andin melanjutkan siram menyiramnya, tapi belum lama Nisa tinggal, Andin sudah...
Brughh!
Andin pingsan dan tersungkur di tanah.
Kebetulan sekali, tak ada orangjuga disana. Dari sebrang sana ada Al yang sedari tadi kepikiran Andin terus menerus hingga tadi bicara dengan kepala sekolah juga tak fokus.
Al pun memutuskan untuk menelefon Andin. Tapi nihil tak ada jawaban.
"Ko gak jawab-jawab si Andin." Resah Al.
Ia memutuskan untuk mengecek CCTV, karena perasaannya benar-bebar tidak enak. Ia mengecek seluruh area dalam rumah, Andin tak di temukan.
Akhirnya Al mengecek area luar rumah dan di dapati kalau Andin telah tertidur di atas aspal dengan genangan air, karena selangnya sedari tadi masih menyala.
"Ya Allah, Andin." Sahut Al.
Ia panik dan langsung menarik Varo untuk pulang dan tak lupa pamit dengan kepala sekolah itu. Selama perjalanan, Al bena-benar kalang kabut dan frustasi melihat Andin tadi.
"Dadd, ada apa si?" Tanya Varo yang bingung.
"Mommy pingsan!" Jawab Al.
"Loh, ko Nisa gak kasih tau si?" Tanya Varo lagi.
Mendengar pertanyaan Varo, Al teringat kalau di rumah itu ada Nisa. Ia mencoba menghubungi Nisa, bukan... maksudnya Varo yang menelefon.
"Halo Nis." Panggil Varo.
"Iya kenapa?" Tanya Nisa.
"Lo di rumah kan?" Tanya Varo.
Tak ada jawaban dari Nisa hanya terdengar suara deru nafas Nisa dan juga suara kendaraan yang sangat berisik.
"Shitt, ko Nisa berisik banget si disana?" Tanya Varo pada dirinya sendiri.
Telfon terputus dan Varo benar-benar tak mendapatkan info apapun.
"Gimana Va, apa kata Nisa?" Tanya Al.
"Nisa gak jawab dad, aku cuman denger suara motor yang berisik gitu." Jawab Varo.
"Ck, Nisa kemana lagi." Kesal Al.
***
Mobil Al sudah memasuki pekarangan rumah Pondok Pelita. Dengan cepat Al berlari dan menghampiri Andin ke taman belakang. Tentu Al menemukan Andin masih tergeletak di tanah.
"Ya Allah Andin." Sahut Al sembari menggendong Andin dan membawanya ke mobil untuk menuju rumah sakit.
Varo pun ikut dan mereka bertiga menuju rumah sakit. Hari ini, Jakarta cukup padat hingga jarak ke rumah sakit membutuhkan waktu 20 menit, yang seharusnya hanya 10 menit.
Andin pun di tangani oleh dokter di UGD. Al dan Varo menunggu di depan ruang UGD sembari berdoa agar istri dan mommnya itu tidak apa-apa.
"Var." Panggil Al memutus keheningan sedari dati.
"Ya dad." Jawab Varo.