[0] Prolog

506 26 2
                                    

Kuku panjang bermanikur gadis itu menyentak permukaan meja cafe. Berulang kali ia mengecek jam mahal yang mengalung indah di pergelangannya.

Gadis itu menggerutu kesal lantaran orang yang ditunggunya belum juga muncul ke permukaan. Berulang kali pelayan Invio Cafe datang ke meja 15 tempat gadis itu duduk untuk menanyakan pesanannya, namun hanya ucapan "Bentar ya Mas, tunggu teman saya dulu." yang menjadi balasan gadis itu.

Suara bel cafe yang berdering ke penjuru ruangan membuat gadis itu mengangkat kepalanya melihat siapa yang datang.

Laki-laki itu. Rambutnya sudah semakin panjang semenjak pertama kali mereka bertemu. Badannya terlihat semakin kekar, tapi semua orang pasti menyadarinya, menyadari lelaki itu tidak sekuat tampangnya.

Mata mereka bertemu, langkah kakinya menghampiri meja 15 semakin lambat. Alunan Bach di Invio Cafe seakan berubah menjadi klimaks instrumen yang menegangkan.

Rahang lelaki itu yang awalnya mengeras perlahan melunak sembari menarik kursi dihadapan gadis yang sudah lama tak dijumpainya.

Telapak kiri lelaki tegap itu terbalut perban di taruh di atas meja dengan santai. Mereka kaku, namun tatapan satu sama lain mengungkapkan perasaan masing-masing.

Rasa terluka, bahagia, sedih, dan berbagai rasa lainnya yang bercampur aduk menjadi segaris senyum tipis.

"Aku rindu kamu, Katya. Bisakah kita membangun semua dari awal?"

Fight For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang