Let Her Go, then.

455 52 6
                                    

Mungkin sudah 4 bulan setelah kejadian Karina yang tiba tiba datang ke rumah Wina. Seperti bayangan Wina, kini dirinya dan Karina menjauh, menjadi asing kembali. Sudah tidak kaget dengan keadaan ini, bahkan ini bukan pertama kalinya mereka berdua menjadi asing.

Sudah beberapa kali keadaan akan kembali seperti semula, muak? Benar. Wina merasa muak dan lelah, tapi apa boleh buat? Dia sendiri lah yang mau dan mampu untuk mendekap Karina jika gadis itu kembali kepadanya.

Bodoh, memang. Tapi di lain sisi, sungguh. Perasaan Wina masih sama, tak berubah barang satu persen pun.

"Wina, jangan bengong" Suara berbisik mengalihkan dunianya, Wina menoleh. Mendapati Nichole yang tersenyum manis kepadanya

"Hm?" Nichole tau betul apa yang sedang mengganggu pikiran si gadis berambut hitam pendek ini.

Dia tersenyum lagi, kali ini berbeda dari sebelumnya. Ada rasa belas kasihan dalam senyuman Nichole, hatinya teriris melihat kehancuran sang sahabat. Terhitung sudah 6 bulan Wina tidak mempunyai semangat hidup.

"Jangan bengong, lo lagi ada masalah?" Usapan lembut ia layangkan pada punggung si gadis. Memberi ketenangan agar Wina merasa baik baik saja.

Hembusan napas kasar terdengar, jujur saja. Jika Wina membiarkan dia menghantam muka cantik Karina, sudah sedari dulu Nichole lakukan. Ya sahabat mana yang membiarkan sahabat nya terluka? Tidak ada. Begitu pula dengan Nichole.

"Karina, lagi?" Tanya Nichole memastikan, Wina hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu sunyi, hanya ada suara riuh piuh caffee dan dentingan bel pintu menghiasi.

Kali ini Nichole memulai obrolan kembali, disertai dengan usapan di punggung tangan Wina.

"Wina, gue tau ini berat buat lo. Ditinggal tanpa kejelasan, lalu dipermainkan bak layangan. Tapi Win, let her go, please. Dengan sikap dia yang begitu udah sepatutnya lo lepasin, Karina gak pantes buat lo tangisin. I know gue gak berhak buat ikut campur masalah lo, tapi sebagai sahabat udah sepatutnya gue memberi arahan, kan?" Nichole menjeda ucapannya, membiarkan Wina menimbang setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Hidup enggak melulu soal cinta, masih banyak hal yang bisa dilakukan. Hidup cuma satu kali loh, Win. Jangan terus terusan terpuruk dalam keadaan, lihat kedepan. Ada pelangi yang nunggu lo di sana" Nichole melanjutkan, menepuk punggung Wina sebagai dorongan agar gadis mungil itu tergerak hatinya, lagipula Wina ini pintar. Dia tau mana yang benar dan mana yang salah. Nichole percaya bahwa Wina bisa melakukan semuanya

"Gue percaya lo bisa kok" Jujur saja, Wina sedikit tertegun dengan ucapan Nichole. Mungkin benar, dia tidak seharusnya terus terusan seperti ini. Untuk apa menangisi orang yang memang sudah memilih untuk pergi? Jika Karina bisa, Wina juga bisa.

"Nic" Panggil Wina kepada Nichole

"What happen? Ada lagi yang mau dikeluarkan? Keluarkan aja, biar hati lo lega"

"Thank you" Alis Nichole terangkat, raut wajahnya menandakan kebingungan.

"Thanks for what?" Tanya Nichole memastikan, Wina hanya menggeleng yang membuat dironya semakin kebingungan.

Dipeluklah tubuh Nichole oleh Wina, pelukan persahabatan yang erat dan tulus. Entah, Wina tidak tau harus apa jika tidak ada Nichole di sisinya. Tuhan memang maha adil, Ia memberikan rasa sakit namun juga memberikan penguat kepadanya. Nichole lah contoh gampangnya.

Oh God, Wina sangat beruntung mengenal Nichole. Walau terkadang sahabatnya ini sangat berisik, tapi jujur. Wina sangat menyayangi Nichole. Bahkan sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri

"Everything, Nic. Gue gak tau harus apa kalau gak ada lo" Pelukan terlepas, Nichole meninju perut Wina pelan. Iya kok pelan, hehe

"Sakit anjing, gak bisa diajak romantis" yang terkena pukulan hanya meringis sambil memegangi perutnya

"Bacot lo orgil. Udah sadar belum lo? Hah?" Sudah Wina bicarakan sebelumnya, kan? Lihat. Sifat Nichole yang asli kembali lagi, seperti nenek lampir.

"Ini nih, disini. Masih ada otaknya kan? Hello? Any body's home?" Nichole menepuk nepuk kepala Wina, ah memang perkataan tentang kebaikan Nichole harus Wina cabut semuanya. Dia tidak punya rasa kemanusiaan

"Lu kok tega banget anjir, sakit. Udah dong stop elah" Ditariklah tangan Nichole lalu lagi lagi, bibir Wina yang sekarang jadi korban sentilan. Hadeh gws gede buat lo ya, Win.

"Asu" umpatan demi umpatan sudah keluar, okay sip. Sudah dipastikan jika Wina sudah waras kembali. Huft! Tidak sia sia segala ceramahan yang selama ini Nichole semburkan kepada Wina sampai mulutnya berbusa.

"Oh udah balik ternyata, syukur deh"

"Sialan lo"

Mereka berdua tertawa lepas, kemudian meninggalkan cafe dengan Nichole yang dirangkul oleh Wina. Kedua gadis itu sangat menikmati kebersamaan mereka, ugh sangat harmonis sekali ya.







....

To Be Continue

sorry ya ini part sedikit banget, lagi gagu banget :( dan maaf kalau ada typo yah. have a nice day yall. ily

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRAITORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang