EP3: Peringatan

11 2 0
                                    

Winter keluar dari perpustakaan pada sore hari, hari ini memang Winter ingin menyelesaikan tugasnya, maka dari itu selesai jam kuliah Winter langsung duduk di perpustakaan dan baru keluar sore hari setelah tugasnya selesai.

Suasana kampus pada sore hari cukup sunyi, hanya ada beberapa mahasiswa yg lalu lalang karena baru saja menyelesaikan kelas kuliahnya atau karena urusan organisasi.

Winter berjalan melawati koridor-koridor kampus. Sampai di depan pintu sebuah ruangan tangannya tiba-tiba ditarik kecang oleh seseorang.

Terkejut,. adalah hal pertama yg dirasakan Winter. Detik berikutnya entah bagaimana tubuhnya kini sudah menempel dibalik pintu dengan kedua tangan memenjaraknnya dikedua sisi kepalanya.

Winter sedikit meringis merasakan sakit di punggungnya karena sepertinya seseorang itu menghempaskan tubuhnya cukup kencang untuk menutup pintu dibelakangnya dengan tubuhnya.

Winter menatap wajah yg kini ada dihadapannya. Wajah yg asing baginya. Seorang laki-laki. Siapa laki-laki itu? diruangan itu hanya dirinya dan laki-laki itu saja, apakah laki-laki itu ingin berbuat jahat padanya? Itulah hal pertama yg dipikirkan Winter. Seseorang tolong aku. Cicit Winter dalam hati.

"Winter?" Tanya orang itu menunduk untuk menatap Winter. Bagaimana laki-laki itu tahu namanya? Ah, tidak penting dari mana dia tahu, yg pasti siapa orang ini? Dan ingin apa dia?

"Si-siapa kau?" Cicit Winter.

Laki-laki menyeringai.

"Gue? lo nggak kenal gue pastinya," laki-laki itu mengedikan bahunya santai.

"Tapi, lo kenal Cessa kan?" Tanya laki-laki itu sambil menatapnya tajam.
Cessa? Lagi?

"Kenalin gue Yongki sahabatnya Cessa, gue sahabatan dari kecil sama Cessa. Tapi gue nggak bakal ceritain gimana kisah persahabatan gue sama Cessa" laki-laki itu, Yongki mengubah mimik wajahnya menjadi serius,

"Tapi yg harus lo tau, siapapun yg gangguin Cessa, dia akan berurusan sama gue". Tekan Yongki disetiap kalimatnya dengan penuh ancaman.

"Dan gue dengar lo mencoba merebut Alec pacar Cessa agar kembali sama lo. Benarkan? cih dasar penganggu"

Melupakan ketakutannya Winter mendorong Yongki dari hadapannya, dia benar-benar sudah muak terus disangkut pautkan dengan Cessa.

"Gue nggak ada urusan sama Cessa, Alec apalagi lo" Winter termasuk orang yg sopan dalam berbicara, kebiasaannya selalu menggunakan aku-kamu pada lawan bicaranya, juga pada Maya sahabatnya yg biasa menggukan gue-lo Winter tetap pada kebiasaannya. Tapi jika Winter berbicara melawati batas kesopanan menurutnya, itu artinya lawan bicara tidak disukainya. Dan kini Winter benar-benar marah pada lelaki yg mengaku namanya Yongki itu.

"Munafik"

Winter berusaha menahan amarah yg membumbung didadanya. Lelah, dia benar-benar lelah. Terlebih dirinya baru saja menyelesaikan tugas yg cukup menyakiti kepalanya. Sekarang ada orang gila tiba-tiba muncul dihadapannya.

Winter berpaling dan ingin nembuka pintu tapi ditahan oleh Yongki.

"Lo pikir lo siapa? beraninya mengabaikan ancaman gue! gue nggak main-main". Yongki mulai marah pada Winter.

"Terserah kalian mau lakuin apa, gue nggak peduli" teriak Winter frustasi.

"Dan bilang sama sahabat lo, simpan aja Alec sana, kalo perlu jangan pernah nunjukin muka dia dihadapan gue lagi" tambahnya.

Yongki berdecih,

"Gue tau lo mau ngerebut Alec dari Cessa, lo bener-bener cewek Mu-na-fik". Kata terakhir diucapkan Yongki semenyebalkan mungkin ditelinga Winter.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CALL ME YANG (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang