Pernahkah kau, punya mimpi yang sederhana saja, hanya sebatas melalui hidup dengan bahagia? Satu yang terlampau sederhana buat jadi cita-cita yang tinggi. Pernahkah kau, tidak ingin apa pun dalam hidup, selain tenang, selain damai saja semua di dada?
Kalau kau punya, harapan-harapan yang kecil itu, menyimpannya karena kau tak mau ditertawakan dunia, kau sama sepertiku.
Aku tak mau terima sebenarnya, saat aku tak berbuat salah apa pun, tidak kecil, apalagi kesalahan yang besar, tapi orang-orang berbuat padaku seakan aku melakukan tindakan paling kriminal sedunia. Saat aku, diberi balasan atas yang tidak tanganku kerjakan. Balasan-balasan yang menyakitkan, seakan aku bukan manusia yang punya perasaan.
Berkali-kali menatap langit, ribuan pertanyaan yang sama, "Kenapa dari tujuh miliar semuanya, harus aku?" Perasaan yang tidak sembuh dengan pelukan orang-orang. Orang-orang hari ini adalah patung, begitu palsu. Tidak mendengarkan, mereka hanya melihat dengan tatapan yang .... kau tahu sendiri, memuakkan. Patung-patung yang lupa kodratnya bahwa seharusnya untuk apa pun, mereka diam saja. Tapi mereka berisik sekali seperti lebah yang kau usik sarangnya.
Aku lahir, sempurna sebenarnya. Siapa pun dulu yang melihat barangkali akan bilang aku cantik. Tapi cantik tak cukup agar seluruh orang menyukaimu, kan? Kau harus secerdas Einstein, kau harus bersuara sebagus Celine Dion, saat kau besar nanti kau harus kuliah di Harvard. Kau tahu? Harapan yang tidak mungkin. Harapan yang bahkan jika itu dilimpahkan kepada mereka, mereka tak mampu capai.
"Orang-orang begitu, Ta, kau tak bisa lakukan apa pun selain berusaha sabar,"
"Orang-orang begitu? Jadi? Harus dinormalisasi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Kita Harus Memeluk Semua Kesakitan Kita Sendiri?
General Fictioncerita tentang kesakitan yang harus kau peluk sendiri.