Benar saja, aku dan beberapa rekan yang lain, kini tengah di beri pengarahan oleh wanita yang kami panggil dengan sebutan mami.
Mucikari yang selalu menjadikan aku sebagai anak emasnya.“Div, hari ini kamu yang tawarkan belakangan, ya. Takutnya mister Lee datang, dia akan kecewa kalau kamu udah booking orang duluan,” ucap wanita berambut emas dengan tinggi lebih dari seratus enam puluh lima senti meter.
“Iya, mam.” sahut ku dengan sopan
Aku tau, ada beberapa dari kami yang tidak begitu menyukai ku. Namun, mereka tidak berani mencelakai ku.
Pernah sekali terjadi, salah satu teman mereka dengan sengaja mendorong ku hingga jatuh dan keseleo.
Rekaman cctv menampakkan penjelasan yang kuat dengan alasan ku tak masuk kerja kala itu.
Dan apa yang terjadi setelah itu?
Ya, wanita itu di pecat tanpa hormat.
Ia di jamin tidak akan mendapatkan pekerjaan seenak di tempat ku saat ini.
Karena mami memiliki banyak channel penting dalam bisnisnya, hingga ia dapat dengan mudah meminta agar siapapun yang mengusik karyawannya akan mendapatkan resiko yang merugikan
“Beruntung yah kak Div, pelanggan tetapnya orang tajir melintir. Makanya jadi kesayangan mami,” ucap salah seorang rekan yang usianya jauh di bawah ku.“Kata siapa aku enak? Buktinya, mister Lee nggak nikahin aku,” sahut ku saat kami tengah berada di ruang make up.
“Bukannya kak Div yang nggak mau jadi sugar babynya mister Lee? Kalau aku yang dapet tawaran gitu mah, jangan dua kali ngomong,” Kekeh wanita dua puluh tahun yang menamai dirinya Barbie.
“Sugar baby, kan? Artinya aku cuma jadi simpenan doang. Ogah lah. Mending di sini. Aku bisa bebas. Nggak tergantung sama dia. Beda cerita kalau dia nikahin aku,”
Ku lihat beberapa pasang mata melirik. Ada yang menganggap beanr, tak jarang ada pula yang menganggap aku tengah mimpi di siang bolong.
“Girls! Tamunya udah dateng. Kalian harus majang sekarang,” perintah algojo mami yang sedikit melambai. Rocky.
Dan dengan cepat, para gadis sexi yang menjajakan tubuhnya berlari kecil menuju ruang khusus untuk menunjukkan kemolekan tubuhnya.
Aku yang masih menatap wajah di hadapan cermin besar dan bergegas menyelesaikan make up sendirian, mendengar suara pintu yang tertutup cukup kencang.
Siapapun itu, pasti akan kaget mendengar suara pintu yang di banting dan memadamkan lampu.Sungguh, aku benar – benar merasa ketakutan.
Bagaimana tidak, bayangan besar menjulang tinggi tampak sedang datang ke arah ku.
Rocky? Apakah itu Rocky?
Tapi, tidak mungkin Rocky melakukan ini.
Batin ku terus mengucapkan asma Allah yang tak pernah lekang dari hati ku.
Hingga sampai tubuh itu berada tepat di hadapan ku terlihat jelas, ketika cahaya ponsel yang sedari tadi kugenggam di arahkan kepadanya.
Aku menarik nafas sedikit lega.
Mister Lee.
Pria asal Tiongkok yang memiliki salah satu bisnis besar di Indonesia ini, selalu datang dengan gayanya tersendiri.
Ya, pria empat puluh enam tahun yang masih memiliki pesona di usia yang tak lama lagi menginjak angka lima puluh ini, selalu mendahului para priayang mau memilih ku.Pria yang di sebut – sebut mirip dengan aktor sekaligus penyanyi asal Mandarin Jimmy Lin ini, tak membuat ku berpaling dari Jannah, yang lebih memberikan kenyamanan.
“Tonight, as usual. I want you here.” suara paraunya membuat ku tak mampu berbuat lebih.
***
Jam empat pagi setelah lelah dengan pekerjaan, aku dan beberapa rekan sudah siap untuk pulang.Seperti biasa, Jannah selalu datang tanpa ku minta dan tidak pernah telat.
Jannah benar – benar seperti pasangan idaman setiap orang.
Andai ia adalah seorang laki – laki, maka aku akan siap untuk menikah dengannya saat ini juga.
“Kak Div, maaf nih sebelumnya,” ucap Barbie sembari kembali memakai hijabnya.
Barbie atau dengan nama asli Anisah, adalah anak dari seorang janda yang menderita asma akut.
Di jaman yang serba sulit seperti saat ini, menuntutnya untuk menjadi tulang punggung keluarga sejak usianya delapan belas tahun.
Aku hanya menoleh kearahnya dan mengangguk, untuk menjawab pertanyaan gadis yang mengenakan jilbab sehari – harinya.
“Kak Div jangan marah, ya. Udah berapa kali aku denger pembicaraan orang – orang tentang kak Div, yang mengatakan bahwa kak Div ... lesbi,” Barbie tampak ragu mengutarakannya
Di sini, Barbie sudah ku anggap seperti adik sendiri. Begitu pula dirinya yang menganggap ku seperti kakaknya sendiri.Gadis lugu itu selalu siap memasang badang, ketika Liz dan temannya mengolok – olok ku dari belakang.
“Liz? Pasti Liz yang bicara, kan?” tebakan ku sepertinya tepat sasaran
Barbie hanya mengangguk pasrah. Ia sepertinya takut, aku akan mengamuk dan mendatangi Liz yang selalu iri kepada ku.“Kak Div udah janji nggak akan marah, loh.” Barbie yang memang memiliki paras imut seperti boneka – boneka pada umumnya ini, memastikan aku tidak akan marah
“Kamu tau, kan. Aku adalah seperti apa penilaian mereka. Jika mereka nilai aku adalah orang seperti itu, ya berarti aku begitu dimatanya, dong,” aku tersenyum menanggapi ucapan Barbie
“T – tapi ... apakah itu juga alasan kak Div nggak mau nerima mister Lee?” lagi, gadis yang sudah siap untuk pulang ini melanjutkan pertanyaannya
“Anisah Maharani. Ya, aku dan sahabat ku Jannah memiliki hubungan tak wajar. Semua orang dapat menilai itu tanpa harus bertanya dengan ku seperti ini. Tapi, aku masih normal. Aku masih mau menikah. Aku masih memimpikan pulang kerja di sambut oleh anak – anak ku. Aku dan Jannah, adalah hubungan yang berdasarkan kenyamanan. Siapa yang mampu menolong ku seperti Jannah? Siapa pria yang siap melakukan hal yang sama seperti Jannah? Aku tau ini salah, tapi apapun itu selagi menyangkut kebahagiaan orang tua dan keluarga ku, aku rela bertaruh nyawa sekalipun.” jelas ku panjang lebar kepada gadis yang saat ini tampak menyeka sudut matanya
“Aku kira, kehidupan yang ku alami saat ini adalah kehidupan yang paling sulit. Ternyata, aku punya temen. Kak Div, kita harus sama – sama berjuang demi keluarga, ya. Aku akan selalu mendo’akan kak Div, agar bertemu dengan pria baik dan siap menanggung segala kebutuhan kak Div agar tidak harus banting tulang dan mengorbankan diri seperti ini lagi,” do’a tulus Barbie membuat air mata ku jatuh tanpa terasa
Aku tersenyum kepada Barbie yang sangat tulus mendo’akan hal terbaik untuk ku.
Hingga tanpa ku sadari, wajah Jannah yang sudah sedikit memerah menatap ku dengan tatapan tajam.
Entah sejak kapan ia sudah berada di ruang ganti kami.
Aku yang juga sudah selesai, bergegas mengejar Jannah yang tampak menahan emosi setelah mendengar obrolan ku dengan Barbie barusan.“Jack, tunggu!” seru ku memanggil perempuan yang sering membuat ku nyaman.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Aku Kembali
FantasyGenre : Religi Mendapatkan cinta dari seseorang adalah sebuah keberuntungan bagiku. Namun, cinta yang didapatkan memang sedikit berbeda. Ya, aku mendapatkan cinta dari sahabat sendiri. Jannah. Cinta Jannah membuat diri ini berpaling dari qodrat se...