Prolog

18 1 0
                                    

DUM... DOR DOR DOR...

"Tembak mereka, Jangan sampai ada yang tersisa!"

"Evakuasi mereka yang tidak terluka, cepat!"

"Waktu kita tinggal sedikit, kita harus pindahkan mereka yang sehat/tidak terluka dari sini. Tempat ini sudah semakin kacau, dan akan semakin susah jika terlalu lama disini!"

"Para pengungsi sudah berada di bus, sebaiknya kita pergi dari sini dan membawa mereka ke tempat penampungan supaya mendapat pemeriksaan"

"Baik. Seluruh prajurit mundur, kita kembali!"

"Jangan tinggalkan kami... jangan tinggalkan kami"

"Biarkan kami ikut"

"Tolong... Tolong... Tolong kami"

Teriakan para warga yang tidak bisa dievakuasi bersahutan. Keputusasaan, kekecewaan, ketakutan sangat jelas terlihat di wajah mereka. Tangisan mereka bagaikan lagu menuju kematian.

"Bodoh, lemah." Ucap seseorang yang berada tidak jauh dari mereka, iya tidak jauh hanya saja dia dibawah reruntuhan dengan kondisi kaki terjepit, badan lusuh, bercak darah hampir di sekujur tubuhnya. Entah dia sudah tergigit dan menunggu dirinya berubah, atau hanya sekarat tanpa gigitan... Jika begitu nasib baik masih memihaknya, tinggal menunggu orang baik yang sudi menolongnya.

DING DONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang