Rania seorang gadis yang baru saja lulus SMA. Ia bersama keluarganya tinggal di sebuah kota kecil yang damai penduduknya. Rania anak yang periang dan petualang, hingga suatu hari petualangannya membawanya ke perjalanan kehidupannya yang terbilang tidak mudah. Ia bertemu dengan Azri dan beberapa teman yang menjadi awal dari kisah perjalanan itu.
"Bruukk..."
"Aduh sakitnya.." teriak seorang gadis bermata coklat itu, sambil memegangi lututnya yang terbentur aspal jalan.
"Sakit kak?.." tanya seorang lelaki berbadan tegap itu sambil mengulurkan tangannya.
Rania yang kaget melihatnya bukannya segera meraihnya, tetapi malah sibuk mengamati siapa sosok tersebut. Azri yang bingung melihatnya, segera berjongkok dan membantu Rania berdiri.
"Perasaan tadi yang terbentur lututnya ya? kenapa jadi kepalanya yang error nih!!" seloroh Azri yang masih heran melihat Rania terpaku tanpa sepatah kata pun.
"Enggak gitu.. tapi aku heran deh, kamu datangnya dari mana sih? perasaan jalanan sepi deh.." seru Rania.
"Harus banget ya diceritain?"
"Ya enggak juga sih, tapi sebaiknya iya aja kak hehe..."
"Ini ada plester luka buat kakimu, dibersihin dulu lukanya habis itu dipakai plesternya ya.. kamu ada tissue kan?"
"Ada kak.."
"Oiya tadi soal kenapa aku bisa lewat sini tuh, ya karena jalanan lebar gini, tempat umum juga.. siapapun bisa lewat dong. Kebetulan aja tadi pas lewat sini"
"Kirain arah rumah kita sama kak?"
"Emang rumahmu lewat jalan ini?"
"Iya kak.. makasih ya kak udah ditolongin.."
"Yaudah, lain kali hati-hati kalau jalan ya..!!"
"Siap kak.."
Setelah percakapan singkat itu, Rania segera berlalu untuk pulang. Azri pun segera melanjutkan langkahnya untuk pulang.
"Kok aku tadi gak nanya kenapa dia bisa kepleset di aspal ya? apa mungkin lagi bengong anaknya? tadi aja pas disamperin malah bengong tuh... heran deh.." gumam Azri tentang Rania.
"Sebenarnya malu sih... lukanya gak seberapa tapi ada yang liat, trus disamperin pula.. eh, gapapa deh daripada sendirian..." gumam Rania.
Syuuuuttt... Wuushh...
Suara angin mulai bertiup dengan kencang. Rania segera membuka payung di tangannya, khawatir jika ia sampai kebasahan. Ia tidak ingin alerginya kambuh lagi."Hujannya cukup deras, ya... rasanya ingin sekali berjalan tanpa payung" gumam Rania.
Rania menjulurkan tangannya dibawah rintik hujan sore itu. Pikirnya terpaku pada tetesan air hujan yang mengalir melalui celah jemari tangannya. Dingin.. tapi rasanya melegakan. Rania menurunkan payungnya dan menengadahkan wajahnya ke langit. Matanya terpejam dan kedua tangannya ia bentangkan diantara rintik hujan itu.
"Tidak.. tidak.. lutut ku sedang sakit..!!" Teriak Rania yang membuyarkan lamunannya.
Ia melihat tangannya yang mulai kedinginan terkena air hujan. Lalu refleks tangannya ia masukkan ke saku jaketnya itu. Rania segera mempercepat langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Payung Rania
Teen FictionRania seorang gadis yang baru saja lulus SMA. Ia bersama keluarganya tinggal di sebuah kota kecil yang damai penduduknya. Rania anak yang periang dan petualang, hingga suatu hari petualangannya membawanya ke perjalanan kehidupannya yang terbilang ti...