~3~

21 2 0
                                    

Rania segera membuka coklat dari adiknya tersebut. Arya tersenyum memperhatikannya yang sedang memakan coklat tersebut.

"Gimana kak.. udah baikan sekarang?"

"Lumayan... Coklatnya bisa bikin relax.. makasih ya dek.."

"Oke kak, aku mau lanjutin menggambar nya ya.."

"Oiya... kamu mau ngga coklatnya?!"

"Buat kakak aja deh, aku gasuka coklat kak.."

Ceklekk...

Arya kembali mengunci pintu kamarnya dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Rania pun beranjak menuju ke kamarnya. Coklat yang baru saja Ia makan sepotong, diletakkannya di atas mejanya. Rania membaringkan tubuhnya di kasur. Matanya kosong menatap ke arah langit - langit kamarnya. Hari ini merupakan hari yang cukup berat bagi Rania. Memori tentang hari itu terus berputar di kepala Rania.

"Aaarrgghh... sakit kepala ku" teriak Rania sambil memegangi kepalanya.

Air mata yang sudah Ia tahan sejak tadi, kini mulai mengalir dari pelupuk matanya.

"Kak... Are you okay?"

Ceklekk..

Terdengar suara pintu terbuka, Arya melihat dari luar. Kakaknya yang kini tengah duduk terdiam di samping tempat tidur, dan ternyata sedang menangis. Dia pun menghampirinya dan bertanya.

"Kak... Kenapa kamu kamu nangis?"

"Gapapa dek, cuma capek aja.. tadi kan jalannya agak cepat karena hujan dek..."

Mendengar hal tersebut, Arya pun segera duduk di samping Rania. Kakinya di sejajarkan lurus ke depan, lalu punggungnya menempel pada pinggir tempat tidur. Kepalanya Ia tempelkan di kasur, sedikit mendongak ke atas sambil memejamkan mata. Perlahan Ia mengatur nafas dan mulai berbicara lagi dengan Rania.

"Sesederhana ini ya kak, cara buat tenang.." ucapnya sambil tersenyum.

Rania menoleh ke arahnya sambil mengernyitkan dahinya. Berusaha untuk memahami perkataan adiknya tersebut.

"Kakak itu cuma kecapekan kok dek..."

"Iya kak, maksudku gini lho.. duduk bersandar di pinggir ranjang sambil ngeliatin langit - langit kamar, sesekali pejamin mata sambil coba mengatur nafas.. itu bisa buat tenang lho kak.."

"Coba aja dulu kak.."

"Oke deh..."

Rania pun melakukan seperti yang dikatakan oleh adiknya tersebut. Tetapi bukannya tenang yang didapat nya, melainkan air matanya yang semakin deras mengalir.

"Lho... bukannya tenang tapi malah nangisnya semakin jadi dek.."

"Berarti kakak lagi sedih itu, bukannya kecapekan jalan cepat gara - gara hujan..."

"Ya emang lagi capek aja sih dek..."

"Nah, kalau gitu kakak cerita ya sama aku... siapa tahu bisa agak baikan kak.."

"Ini cuma sedikit masalah di sekolah kok dek..."

"Sedikit masalah ya kak? nyatanya yang sedikit itu bisa buat kakak nangis gini kan? Ayolah kak, cerita sama aku dong.."

"Iya deh cerita dek.. jadi gini dek, tadi pagi tuh jadwal kakak piket di kelas. Pas mau ngisi tinta spidolnya ada yang nyenggol tangan kakak dan gak sengaja numpahin tinta di kertas guru. Nah itu kakak disuruh gantiin ketikannya buat lusa hari Senin dek. Sama piket ngisi tinta spidol selama seminggu dek.. kalau gak mau harus gantiin jadi petugas paskibra sampai selesai dek..."

"Jadi gitu kak? Kamu nangis gara - gara kena hukuman kak? Yaudah ayok aku bantuin ngerjainnya kak, biar cepat selesai kak.."

"Iya dek makasih ya.. tapi nangisnya bukan gara - gara itu dek, tapi karena tadi pas pulang sekolah papasan sama orang yang buat kakak kena hukuman. Dia lagi ngobrol lama banget sama guru yang gak sengaja dokumennya kena tinta sama kakak. Berasa dikerjain aja dek.."

"Yang itu biarin aja kak, gausah dipikirin. Keburu habis waktunya kak. Mending waktunya buat kerjain tugas hukuman kakak aja, nanti aku bantuin kak.."

Melihat semangat adiknya tersebut, Rania segera mengusap sudut matanya yang basah karena air mata.
Ia mulai menyunggingkan senyum di bibirnya.

"Baiklah... Ayo kita mulai..!!"

Payung RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang