25 Desember 2012
Kaki kecil itu berlarian ke sana dan ke mari, nampak bingung akibat sang ibu tak kunjung bangun. Tangan kecilnya menggapai tangan sang ibu, matanya membola. Ibunya sakit, dia panik.
Dia berlari keluar Rumah cukup lama dan setelah melihat ada segerombolan orang di Hadapannya tanpa basa-basi Ia langsung menarik tangannya.
"Apa sih, ngagetin aja bocah."
Bibir si Kecil bergerak seolah bicara tapi tidak mengeluarkan suara sekalipun, entah apa yang dikatakannya yang jelas yang dia lakukan sekarang adalah memastikan orang di hadapannya ini ikut dengannya.
"Apa sih, ganggu lo ah!" dengan kasarnya Ia mendorong si Kecil.
Meski sudah didorong, meski tangan dan kakinya terluka, si Kecil tetap menarik ujung baju pria tadi. Bibirnya tidak berhenti bergerak absurd, tidak terbaca sama sekali.
"Apasih bocah. Bisu lo?!" bentaknya melihat gerakan tangan aneh yang dilakukan bocah di hadapannya ini,
'Tidak ada waktu, tolong Bunda saya. Tolong kakak, tolong bunda saya.' Batinnya menjerit, andai saja Ia bisa melontarkan kalimat itu sekarang. Jika saja dia lebih dewasa, jika saja Ia bisa menggendong Ibunya, jika saja dia menjadi sedikit lebih berguna. Ibunya pasti sudah dibawa ke Puskesmas sekarang.
Tarikannya semakin kuat, menuntun pria tadi ke dalam Rumah dan membawanya melihat sang Ibu.
Ditunjuknya seorang wanita paruh baya yang terbaring di Kasur dengan lemah.
"BUSET CIL, BUNDA LO SAKIT. AYO BAWA KE PUSKESMAS." dengan sigap diangkatnya wanita paruh baya itu ke Puskemas.
'Tuhan. Tolong bunda, tolong kebahagiaan Pasha. Tuhan, Pasha tidak meminta banyak, tolong bunda. Pasha mohon ya Tuhan.' jari jemarinya dikepal semakin erat, dia takut. Dia takut kalau satu-satunya kebahagiaan yang dia punya akan direnggut.
Puskesmas
Kaki kecilnya bergerak cepat saat sang suster bilang kalau Ibunya sudah siuman. Tanpa basa-basi dia membuka pintu UGD dengan kedua tangannya.
Saat netranya berpapasan dengan netra sang Ibu, Ia berlari dan kemudian menyerbu sang Ibu dengan sebuah pelukan yang hangat,
"Pasha, kenapa kaki dan tangannya luka?" tanya sang Ibu
Yang ditanya hanya menggeleng, tidak berminat untuk menjawab.
"Maaf bu, itu salah saya." interupsi Pria yang tadi menghantarkannya ke Puskesmas.
"Saya tadi ngedorong anak Ibu, ya abisnya dia kayak anak aneh iseng gitu buk, hahahaa." Tanpa rasa bersalah sedikitpun Pria yang menolong sang Ibu sekaligus Pria yang mendorong Pasha karena dikira bocah aneh itu pun pergi.
"Pasha, kenapa gak biarin aja Bunda mati tadi?" suara sang ibu bergetar.
Pasha menoleh, tatapan matanya terlihat terluka karena pertanyaan sang Ibu dan seolah bertanya, 'kenapa?'.
"Bunda malu, soalnya Pasha bisu."
Ah.. Kado apa ini? Harusnya kadonya tidak menyakitinya seperti ini. Padahal hari ini kan natal dan juga hari ulang tahunnya..
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
PASHA DAN BUNDA
Teen Fiction"Bunda, ayo ajak Pasha ngobrol. Pasha kesepian...." 16 Tahun kehidupannya, yang ia ingat dari definisi 'keluarga' hanyalah kesunyian tak berujung. Linglung, ketakutan, sunyi, kesepian dan sibuk memikirkan alur hidupnya yang penuh tanda tanya adalah...