25 Desember 2016
Seorang anak kecil duduk di Bangku Taman sendirian, menatap langit malam yang penuh dengan bintang. Hari ini adalah malam natal dan sekaligus hari ulang tahunnya. Dia tersenyum lebar sambil menatap beberapa keluarga yang baru saja pulang Gereja bersama-sama.
Iri
Keluarga itu tampak sangat bahagia, sedangkan dia? Dia hanya bisa melihat orang lalu lalang dan melewatinya sendirian di Taman. Dia adalah Pasha. Entah apa yang ia lakukan sendirian di Taman pada malam hari yang dingin ini.
"Adek, kenapa sendirian di sini?" Pasha menoleh ke sumber suara, senyumannya merekah melihat seorang gadis berdiri di hadapannya.
'Pasha, ada yang peduli sama kamu.' batinnya.
Tak lama bibirnya yang tadi tersenyum, melengkung ke Bawah. Tidak, harusnya tidak ada yang boleh peduli pada dirinya.
Pasha menggeleng menjawab pertanyaan gadis tadi, berharap gadis itu akan cepat pergi karena akan bahaya kalau Ia terlalu lama mengobrol bersamanya.
"Kakak duduk di sini ya." tanpa mendengar jawaban Pasha, gadis itu duduk di sampingnya.
Pasha cukup kebingungan, akan menimbulkan masalah jika Ibunya melihat dia berinteraksi dengan orang asing.
"Nama kamu siapa?" Pasha tidak menjawab, dia kebingungan.
"Kamu umur berapa?" Pasha terdiam sejenak, kemudian mengangkat jarinya. Jari tangan kanannya terangkat 1 dan jari tangan kirinya terangkat 2.
"12 tahun?! Loh kita seumuran, kok kamu kecil banget." Gadis itu menepuk-nepuk kepala Pasha, membandingkan tinggi mereka berdua.
"Ih kecillll, mau jadi temenku gak? aku juga gak punya temen." Pasha menatap uluran tangan gadis itu, 'Gadis kecil, Pasha ingin menjabat uluran tangan itu. Pasha ingin menjabat uluran tangan itu dan kemudian menggenggamnya erat, apakah Pasha bisa?' tangan Pasha terulur, ingin menjabat dan menggenggam tangan gadis tadi.
"PASHA!" Pasha menghentikan pergerakannya setelah mendengar suara yang familiar, tanpa perlu menolehpun Pasha tahu siapa yang memanggilnya. Tanpa ragu Pasha berdiri dan berjalan mendekati sumber suara, tidak lupa sebelum pergi Ia membungkukkan sedikit badannya pada gadis tadi.
'Kenapa teriak-teriak?' Pasha kembali menggerakan tangannya. Menggunakan bahasa isyarat adalah kegiatan sehari-harinya.
"Bukannya bunda bilang diam di Kamar? Kenapa malah keluar rumah?" Sisi menatap anaknya, memperhatikan dari ujung kepala sampai kaki.
'Rumah ramai, ada teman-teman Bunda. Pasha tidak suka.' lanjutnya.
"IZIN KE BUNDA PASHA, APA SALAHNYA KAMU IZIN KE BUNDA DULU? 'Bunda, Pasha izin keluar ya.' CUMA 5 KATA LOH." bentaknya.
Pasha menghembuskan nafasnya kasar, Ia sudah tahu ini akan terjadi. Tangan pasha bergerak perlahan, 'Kalau Pasha bilang, teman-teman Bunda jadi tahu kalau Pasha bisu. Nanti bunda malu.' kemudian Pasha tersenyum lebar seperti biasa.
Natalnya selalu berakhir dengan ending seperti ini.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
PASHA DAN BUNDA
Novela Juvenil"Bunda, ayo ajak Pasha ngobrol. Pasha kesepian...." 16 Tahun kehidupannya, yang ia ingat dari definisi 'keluarga' hanyalah kesunyian tak berujung. Linglung, ketakutan, sunyi, kesepian dan sibuk memikirkan alur hidupnya yang penuh tanda tanya adalah...