Two

76 9 0
                                    

Harusnya tadi ia bunuh diri saja.

Suara pukulan itu kini masi terbayang di pikirannya, kala saat ia pulang rentenir yang sering menagih utang keluarganya tengah memukuli ibu dan ayahnya.

Jongin yang tak terima tentu saja menolong keluarganya, bukannya berterimakasih ibu dan ayahnya malah memarahinya karna memukul para rentenir itu dengan kayu.

"Harusnya kamu biarkan saja!"

Begitulah kira-kira teriakan sang ibu padanya. Untuk sesaat Jongin hanya bisa tertawa saja mengingat kejadian tadi, sungguh itu lucu. Memang benar, harusnya ia biarkan saja orang tuanya kena pukul, toh jika mereka mati ia akan mendapat uang duka.

Dibandingkan mempertahankan nyawa mereka, menerima uang duka bukankah pilihan yang baik?

Tak mau berdebat lebih banyak, Jongin memilih untuk kembali pergi keluar dari rumahnya. Bisa gila ia jika berada disana lebih lama. Kaki kurusnya ia langkahkan tanpa tujuan. Hari sudah semakin larut dan ia tak tahu harus pergi kemana.

Lama memikirkannya, langkah kakinya malah membawanya ke Taman tempat ia duduki pagi tadi. Tempat dimana ia sibuk memikirkan dimana tempat yang bagus untuk mengakhiri hidupnya.

Tanpa ragu kini Jongin langsung mengambil tempat di bangku taman dan segara memposisikan tidurnya. Baru sebentar ia memejamkan kedua matanya, suara peluit kini merusak segalanya. Ia tahu itu siapa, dengan secepat kilat kini ia berlari berusaha untuk menghindari tangkapan petugas gila itu.

Dulu, ia pernah tertangkap sekali oleh petugas itu, kasusnya sama, ia yang tidur di tempat umum. Jadilah ia dibawa oleh petugas, awalnya ia kira akan dikurung seperti yang biasa ia lihat di Tv resto tempat ia bekerja, tahunya sama sekali tidak. Ia bahkan dijadikan pesuruh petugas disana sampai pagi.

Negara menyebalkan. Kenapa juga orang gila seperti itu harus dijadikan satgas keadilan di negeri ini. Cuih bahkan gaji mereka saja dibayar oleh rakyat.

Jongin masih berlari dengan sekuat tenaga untuk menghindari petugas itu, sungguh dirinya hanya ingin tidur tenang malam ini.

"Hei!"

Jongin menoleh, tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seorang laki-laki kecil yang entah muncul darimana. Jongin yang tak mau terkangkap oleh petugas itupun kink dengan cepat mengikuti langkah kecil laki-laki yang menarik tangannya.

Saat sinar lampu jalan kini sudah mulai terlihat, cahaya lampunya kini menyinari keduanya, disaat itulah Jongin baru tersadar ternyata itu adalah Kyungsoo.

Laki-laki yang malam tadi sempat mengganggu acara bunuh dirinya. Jongin kini berhenti kemudian berbalik arah pergi meninggalkan Kyungsoo. Tanpa sepatah katapun, Jongin kini pergi begitu saja.

Ia malas bertemu dengannya. Karna dirinya, ia masih merasakan ini semua. Itu karna dirinya yang mencoba menghentikannya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Kyungsoo saat tahu bahwa Jongin pergi meninggalkannya. "Kamu mau kemana?" Ucapnya lagi.

Tak ada jawaban apapun darinya. Kyungsoo yang merasa penasaran kini langsung mengejarnya dan menarik tangannya secara paksa.

"Kamu jangan kesana,"

Jongin berhenti kemudian berbalik. Muka datarnya seolah bertanya kenapa pada Kyungsoo. "Kau akan tertanggkap." lanjutnya pelan. 

"APA PEDULIMU?! JIKA KAU TIDAK MENGGANGGUKU TADI, AKU MUNGKIN TIDAK AKAN MERASAKAN KESIALAN INI LAGI!" Disisi lain, Jongin yang sudah merasa penat dengan semua ini bahkan berteriak dihadapan lelaki kecil itu. Membuat Kyungsoo secara reflek terdiam mendengar perkataannya. 

"Tolong... jangan mengangguku lagi..." lirih Jongin pelan kemudian pergi begitu saja.

Kyungsoo yang menyaksikan punggung Jongin yang semakin menjauh kini hanya bisa mendesah kecil. Pria itu, pria keras kepala itu, kenapa juga tadi ia membantunya? benar yang ia bilang, harusnya tadi ia biarka saja dia loncat dari atas jembatan itu.

Harusnya begitu.


....


Sweet Dream - KaisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang