pertemuan

4 0 0
                                    

Waktu itu, adalah dimana kedua kalinya kita bertutur sapa setelah di depan kelas. Nama ku Kaiza. Aku memiliki sahabat yang bernama Nabil.

☆☆☆

Lima tahun yang lalu masih terlihat jelas saat kamu menawarkan tumpangan saat aku hendak berjalan menuju penginapan, dan aku menggeleng kemudian teman-teman memaksa, karena posisinya saat itu hanya aku yang tidak memiliki tumpangan. Aku bertanya "boleh?" dengan sedikit nada tertahan, dan kamu hanya mengangguk dengan senyum mengembang di bibirmu.

Seiring berjalannya waktu, kita semakin dekat. Hingga kita berada pada fase harus memilih. Awalnya aku hanya menganggap perkataanmu padaku adalah guyonan sekedar menggoda sahabat, bahkan sedikitpun aku tidak pernah menggubrisnya.
Beberapa bulan kemudian aku baru sadar that you are serius, tetap saja i can't karena aku sudah tahu bahwa pacaran dalam Islam itu dilarang. Setiap kali kamu membicarakan hal itu, aku selalu mengalihkan tapi kamu sedikit pun tak pernah marah padaku. Meski pun aku selalu menganggapmu sahabat, kamu selalu menemaniku pada masa rentan karena saat itu aku mengidap penyakit serius. Saat aku sedikit membaik aku sibuk dengan aktivitasku, saat aku drop aku sibuk mengganggumu. Serasa tidak adil bukan!

Tetap saja kamu tidak marah hanya menggerutu, karena aku hanya menelphone kamu saat diri ini terkulai lemas. Bahkan saat aku telephone pun, bukan kata (hai lagi apa?, apa kabar?, hai kemana saja?) sebagai pembuka tapi (sakit lagi?, sakit?, atau sejak kapan sakitnya kenapa baru menelphone?) Kalau sudah nanyak semacam itu mana mungkin aku bisa menjawab, aku hanya tertawa penuh kemenangan.
Hahaha rindu.

Tiga tahun yang lalu, kamu menanyakan hal yang sama namun sedikit nada tegas, dan sekali lagi aku masih dengan jawaban yang sama. Setelah pertanyaan itu hubungan kita masih baik-baik saja.

Beberapa bulan kemudian, aku mendengar kabar bahwa kamu sudah bertunangan. Bagaimana dengan HATI? Aku bahagia akhirnya kamu mendapatkan wanita yang lebih baik dari pada aku, dan tidak sakit-sakitan seperti  aku. Namun ada rasa lain rasa takut kehilangan.

Dibalik Motor SUPRA XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang