4

1.2K 173 3
                                    

Selama berhari-hari Atsumu selalu berusaha untuk dekat dengan Osamu tapi Osamu selalu menghindari nya dan menyuruhnya untuk tidak mendekati nya lagi.

"Samu.. Buka pintunya."

"Kubilang jangan mengganggu ku."

"Dengar.. Entah kenapa ayah dan ibu menyuruh ku untuk tidak mendekati mu.."

"Kenapa aku tidak boleh bermain dengan Osamu?"

"Pokoknya tidak boleh! Jangan pernah mendekati nya!"

"Tapi bu.."

"Dengar kan ibumu Atsumu. Dia bukan adikmu."

"Hiks.. Hiks.. Hik.." Osamu menangis, tapi dengan pelan.

"Jika aku bertanya tentang dirimu mereka selalu menghindari pertanyaan ku, disaat aku berusaha mendekati mu mereka selalu ada menghalangi ku."

"Tapi kenapa sampai sekarang kau tidak pernah menghampiri ku?"

"Itu.. Aku sibuk dengan pekerjaan ku.."

"Kalau begitu jangan pedulikan aku dan urusi saja pekerjaan mu itu."

"Osamu.. Osamu!"

"Pergi.. Kumohon pergi.. Keluar.."

"Dasar anak lemah! Aku menyesal sudah melahirkan mu!"

'Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan..'

"Aku tidak akan membiarkan putra kami dekat dengan anak seperti mu!"

'Tapi aku juga anak kalian...'

"Kuharap kau segera mati!"

Deg!

"I-ibu?"

"Jangan panggil aku ibu!"










"AAAAAAARGHH!!"

BRAK!

"OSAMU!!"

"Kyaa! Tuan muda!"

Disaat Atsumu mendobrak pintu itu, dia melihat Osamu dengan tangannya yang berlumuran darah dan sedang menangis.

Para pelayan dengan cepat membersihkan darah dari tangan Osamu dan melilitkan perban dan memberinya obat penenang.

"A-apa..?" Atsumu masih mematung.

Terushima yang menggendong Osamu dan berniat membaringkan nya dikasur langsung diambil oleh Atsumu dan dibawa keluar kamar.

"Tuan! Anda mau kemana?"

"Kekamar ku."

.
.

Dengan pelan Atsumu membaringkan tubuh Osamu dengan pelan dan menyelimuti nya lalu duduk dikursi samping kasur.

"Maaf.. Maaf kan aku... Kakak macam apa aku yang membiarkan adiknya seperti ini? Maaf..."

Atsumu terus mengucapkan kata maaf tanpa henti hingga tertidur dengan tangan Osamu sebagai bantalan kepalanya.

Keesokan paginya Osamu terbangun karena merasa berat ditangan kiri nya.

"Ughh.. Kepala ku sakit... Eh?"

"Hmm? Samu? Kau sudah bangun ya.."

Dengan cepat Osamu turun dari kasur dan berlari kembali kekamar nya meninggalkan Atsumu yang terus memanggilnya dan menyuruhnya untuk berhenti.

Blam!

"Ukhh!"

"Osamu! Buka pintunya!"

Karena Osamu tidak menjawab panggilannya terpaksa Atsumu kembali kekamar nya dan meninggalkan Osamu yang menangis.

"Hiks.. Hiks.. P-padahal aku sangat.. Hiks.. Berharap k-kau tetap berusaha membuka pintu ini.."

Berjam-jam Osamu menangis, dia sudah tidak kuat lagi bahkan air matanya mungkin sudah habis.

"Apa aku hanya dilahirkan untuk menderita saja? Aku ingin bahagia juga..."

Osamu berdiri dari tempatnya dan bersiap untuk keluar, tentu seorang diri. Dia meminta untuk tidak ditemani, walaupun awalnya sempat berdebat dengan pelayan nya.

.
.

Ditaman yang sepi, Osamu terus berjalan dan berhenti didepan seseorang yang sedang duduk dibangku dan mengenakan pakaian serba hitam.

Orang itu menatap Osamu dengan senyuman yang sulit dijelaskan.

"Kenapa anda berpakaian seperti itu?" Osamu

"Hmmm.. Bagaimana kalau kubilang aku ini malaikat maut?"

"Kalau begitu bisa bunuh aku sekarang?"





TBC.

Take My Life - Miya Osamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang