Haechan berlari masuk ke kamarnya, bersembunyi di dalam lemari, lelaki itu menahan mulutnya agar tidak mengeluarkan suara dengan tangannya.
"...8, 9, 10! siap atau tidak I'm coming Haechan!" Mark membuka matanya, berjalan menyusuri apartment untuk menemukan dimana kekasihnya itu bersembunyi.
"Chanie, open the door, aku tahu kamu di dalam." Mark menyeringai saat mengetahui kalau kamar Haechan terkunci rapat.
"Chanie." Panggil Mark.
"Lee Haechan." Kesabaran Mark mulai habis.
Air mata mulai mengalir dari mata Haechan, dia takut dengan pria itu, kekasihnya sendiri, a cruel psychopath.
Tubuh Haechan menegang saat mendengar pintu kamarnya di dobrak paksa, lelaki itu bisa merasakan langkah kaki berjalan dari sudut ke sudut.
"Cukup main-mainnya, i miss you already, your lips, your body, your face, your voice..." Mark mendekat ke arah lemari tempat Haechan bersembunyi.
"...i miss you, Lee Haechan." Mark tersenyum saat membuka lemari, iris coklatnya menatap ke arah Haechan yang sedang meringkuk di dalam lemari.
"PERGI! PERGI KAMU!"
Senyuman di wajah Mark luntur saat Haechan mendongak ke arahnya.
"No, no, no, don't be afraid, jangan nangis sayang." Mark duduk, memegangi wajah Haechan yang sudah kacau.
"PERGI, YOU CRAZY PSYCHO!"
"Babe,-"
"I HATE YOU."
Rahang Mark mengeras, tatapan lembutnya kini digantikan dengan tatapan tajam, tangan Mark beralih ke leher Haechan, mencekik kuat pria itu.
"Don't ever say that again, you love me Haechan, you MUST LOVE ME." Mark meninggikan suaranya.
"M-mark, lepas." Berontak Haechan, tetapi tenaganya tidak sebanding dengan pria yang sedang mencekiknya itu.
Mark melepas cekikannya saat Haechan sudah tidak sadarkan diri, lelaki itu menggendong Haechan dan membaringkannya di kasur.
Mark tersenyum, dia berbaring di samping Haechan, mengelus lembut pipi kekasih kesayangannya itu.
"Beautiful, i fancy you very much Love." Katanya kemudian menautkan bibirnya dengan bibir Haechan lalu menatap lelaki itu dengan tatapan memuja.
"You're only mine, Chanie."
