"Haechan!" Mark menggenggam erat tangan Haechan ketika pemuda manis itu sudah bangun dari tidurnya.
Haechan dengan cepat menepis tangan Haechan, berteriak dengan histeris dan melemparkan apa yang ada di sekitarnya kepada Mark.
"Chanie! calm down! kenapa?" Mark mencoba menenangkan Haechan, mencoba meraih pemuda itu.
"PERGI!"
"Akh." Mark mendesis ketika wajahnya tergores pecahan vas.
"Sebaiknya anda keluar dulu, pasien mungkin masih mengalami shock karena baru bangun dari koma." Kata dokter sambil mengarahkan beberapa suster untuk menenangkan Haechan.
"Koma?" Haechan mengerutkan dahinya bingung.
"Benar, anda koma selama satu bulan lebih setelah terlibat dalam kecelakaan beruntun yang mengakibatkan anda kehilangan setengah ingatan anda."
"Hah?" Haechan semakin bingung, kecelakaan apa? terakhir kali dia pingsan di apartemen Mark dengan Mark yang mencekiknya, ah, badan Haechan bergetar mengingat hal itu.
"Haechan..." Mark kembali berusaha meraih Haechan, namun reaksi Haechan tetap sama, menjauhkan dirinya dari Mark.
Mark tersenyum kecut, menatap Haechan dengan tatapan sendu.
"Take your time dear, panggil aku kalau ada apa apa ya?" Lelaki berdarah Canada itu keluar dari ruangan Haechan, dia tidak mau menakuti lelaki kesayangannya itu.
Setelah Mark keluar, dokter tadi tersenyum, dia duduk di samping Haechan.
"Apa anda mengalami lucid dream selama koma?"
Haechan mengerutkan dahinya, dia bingung, dia masih tidak dapat mencerna apa yang sebenarnya terjadi kepadanya.
"Saya yakin anda bingung, tidak apa apa, tubuh anda akan kembali normal setelah beberapa hari, apa pun yang anda alami sebelum anda bangun dari koma itu hanya mimpi, jangan khawatir ataupun takut." Dokter itu menepuk pelan punggung Haechan.
"Dan anda tidak perlu terlalu takut kepada tunangan anda, dia menjaga anda selama satu bulan non stop, saya permisi terlebih dahulu." Kata Dokter itu sebelum keluar, disusul oleh suster tadi, meninggalkan Haechan sendiri di ruangannya.
"Jadi itu semua cuma mimpi?" Gumam Haechan.
