•Ejawantah•

295 32 11
                                    

Seharusnya hari ini mereka melihat salju pertama dengan tenang, tetapi mereka harus berlarian di bawah kelabunya langit. Menjauhi keramaian menuju sepinya pepohonan. Wang Yibo menatap bingung ke arah pria kacamata.

"Si-siapa mereka?" Mengeratkan tautan tangan, dia takut akan kejadian lama. Semua orang menghina dan melempari bebatuan karena ulahnya berbicara dengan tumbuhan. Lalu, keluarga yang ia kasihi pergi entah ke mana.

Yibo sama sekali tidak mau memiliki kemampuan ini. Hanya saja, hal itu mengalir sendiri dan tidak bisa ditahan.

"Mereka adalah Raule si Bayangan Hitam dari Dimensi Laxafier." Xiao Zhan memegang kuat pundak kecil. "Aku bukan bagian dari bumi. Negeriku jauh menembus dimensi."

Surai pendek memanjang, kacamata dan mantel berganti. Pakaian putih kukuh menyilaukan pandangan. Xiao Zhan tersenyum dan mengecup dahi Yibo. "Berjumpa denganmu membuatku senang wahai titisan Liliach si Pengembala Pohon."

Dengan begitu Xiao Zhan melesat melompati rimbun pohon, meninggalkan si surai kuning dalam kebingungan tak berujung.

"Ma-maksudnya apa?"

Yibo berlari mengikuti arah pergi sang adam. Hingga tubuhnya ditahan oleh tangan kekar. Di sana Xiao Zhan bersimpuh penuh luka. Bahkan, orang-orang itu tampak puas.

"Oh! Ini titisan Liliach. Haruskah kita habisi?"

Deru napas memburu, ketakutan merasuki. Manik hitam menggelap, kemudian pepohonan bergerak meliuk. "Jangan sentuh aku!"

Teriakan menjadi perintah. Cabang tajam menusuk para pelaku, hujan darah mengguyur tanah. Tubuhnya terduduk, energi besar meluap-luap.

Xiao Zhan mendekati si pemuda dan mendekap. "Terima kasih sudah mau menitis kekasihku, Liliach." Raganya memudar seiring salju pertama turun.

Yibo membisu menatap liontin yang menyembul.

Liontin yang menghubungkan takdir dua dimensi.

End

Sneeuw Spreekt ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang