PPM 1

171 18 12
                                    

Pagi ini cuaca sangat cerah. Anak gadis dari pasangan Pak Aji dan Bu Sekar yang bernama Milie Ayu Sekartaji sudah siap untuk berangkat ke kampus. Dia adalah anak yang rajin dan pintar. Selalu ingin mendapatkan nilai terbaik agar dia tetap bisa mempertahankan beasiswa yang ia dapat.

"Selamat pagi Milie." sapa Bapak Milie. Milie adalah nama panggilan dari Milie Ayu Sekartaji.

"Selamat pagi pak."jawab Milie dengan ceria.

"Tumben anak ibu ini penuh semangat pagi ini. Memang ada apa sih?"tanya Bu Sekar kepada anak semata wayangnya itu.

"Memangnya Milie setiap hari tidak semangat ya Bu?"tanya Mikir balik.

"Ya semangat. Anak ibu ini kan terkenal dengan anak yang penuh semangat. Tapi hari ini semangatnya berbeda."jawab Bu Sekar.

"Mungkin Milie dapat turunan dari ibu ya. Ibuku ini wanita yang cerdas bisa membaca dari raut wajah orang. Betul sekali Bu. Milie bahagia karena Milie dan grup Milie ditunjuk untuk membantu suatu riset tanaman yang akan dibudidayakan di suatu desa. Karena anak ibu ini pintar dan sangat ulet, jadi kampus memberi kepercayaan kepada tim Milie untuk ikut bergabung Bu."kata Milie yang berusaha menjelaskan kepada ibunya.

"Anak bapak satu ini memang tidak pernah mengecewakan ya Bu? Bapak selalu bangga sama kamu nak. Tidak hanya pintar, rajin, dan ulet. Tapi juga cantik seperti ibunya..hahahaha."puji Pak Aji untuk anak dan istrinya.

"Bapak bisa saja. Ibu jadi malu, pak."kata ibu sambil malu-malu.

"Ibu kayaknya mau nih nambah momongan."kata Pak Aji menggoda istrinya.

"Duh bapak dan ibu. Pagi-pagi sudah begini. Inget pak,Bu! Milie ini sudah besar masih saja mesra-mesraan di depan Milie."timpal Milie yang sudah tidak kuat kalau melihat bapak dan ibunya itu saling mesra.

"Hahahaha... Oh ya, Milie. Nanti malam bapak sama ibu ingin berbicara denganmu."kata bapak kepada Milie. Mereka bertiga sedang berada di ruang makan untuk sarapan.

"Ada apa sih pak? Tidak bisa cerita sekarang saja?"tanya Milie sambil mulutnya dipenuhi makanan.

"Bapak kan akan cari penumpang. Mau cari uang yang banyak. Ibu juga mau jualan makanan. Kamu juga mau berangkat kuliah kan? Jadi nanti malam saja kita bicarakan."kata bapak kepada Milie.

Ayah Milie dulunya adalah orang yang terpandang di daerahnya. Karena sesuatu hal, bisnis yang dijalani oleh bapaknya mengalami kebangkrutan. Usaha itu bangkrut sejak Milie baru menjadi mahasiswi baru di kampusnya. Meski mengalami kebangkrutan dan hidup sederhana, mereka tidak pernah malu dengan apa yang mereka punyai sekarang. Yang paling penting keluarga mereka masih utuh dan bisa hidup bersama melalui hal yang sulit ini.

Sisa-sisa kekayaan mereka, masih dimiliki Milie. Baju, sepatu, dan tas bermerk milik Milie masih tersimpan. Bapak dan ibunya masih bisa menyelamatkan itu untuk Milie. Meski kadang Milie ingin menjualnya agar bisa membantu keuangan dari orang tuanya. Tetapi orang tua Milie tidak ingin anaknya juga ikut berkorban banyak untuk mereka.

"Ya sudah kalau begitu. Nanti kalau kita sudah kumpul semua, kita bisa bicarakan lagi ya pak, bu! Milie buru-buru mau bertemu dosen Milie untuk membicarakan kerja sama bersama tim Milie tadi. Milie berangkat dulu pak,bu!" pamit Milie kepada kedua orang tuanya dengan terburu-buru keluar rumah.

"Hati-hati Milie! Tidak usah berlarian. Nanti jatuh."kata Bu Sekar kepada anaknya tetapi suaranya sudah tidak bisa didengarnya.

"Pak kira-kira bagaimana tanggapan Milie ya?"tanya Bu Sekar.

"Milie meski begitu, dia anak yang penurut bu. Bapak juga tahu dia akan menentang tetapi ini semua demi dia juga Bu."jawab Pak Aji kepada istrinya.

Pura-Pura MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang