Usia pernikahan 3 tahun 6 bulan 10 hari
Jika orang lain melihat keluarga Nam, keluarga itu tampak seperti keluarga harmonis nan bahagia. Kehadiran buah hati di tengah kehidupan rumah tangga adalah suatu anugerah terbesar yang pernah ada. Tujuan orang untuk menikah tak lain adalah untuk meneruskan keturunan. Menjadi sebuah keluarga bahagia sebagai rumah utama setiap orang.
Kehidupan rumah tangga Nam Dosan dan Seo Dalmi nyatanya berubah drastis setelah kehadiran buah hati mereka, Nam Daeho. Meskipun awalnya mereka menikah karena saat itu Dalmi tengah mengandung Daeho.
Dalmi dan Dosan cukup lama berpacaran, kurang lebih sekitar 5 tahun menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Kemudian karena ketidak hati-hatian Dosan, Dalmi hamil dan membuatnya harus menikahi Dalmi. Pernikahan mereka bukanlah pernikahan 'terpaksa'. Pernikahan mereka murni dari hati dan karena cinta antarkeduanya.
Awal kehidupan berumah tangga mereka begitu manis dan mesra. Dosan setiap saat akan selalu siap sedia di sisi Dalmi. Begitu pula dengan Dalmi, selalu bersikap manja dan lembut pada Dosan. Namun, semua kehidupan manis mereka berubah begitu pesat dalam waktu singkat yakni setelah lahirnya Daeho di dunia.
Mereka menyambut kelahiran Daeho dengan suka cita dan air mata bahagia. Mereka saat itu belum menyadari bahwa kehadiran seorang bayi di rumah mereka membuat mereka harus bersiap dengan perubahan yang ada. Dimulai dengan berubahnya jam tidur, jam makan, hingga jam 'kemesraan' mereka berdua sendiri.
Satu bulan pertama setelah kelahiran Daeho, Dalmi mulai merasakan dampak perubahan itu. Dia menjadi mudah lelah dan rasa kantuk yang harus selalu ditahan saat merawat bayi Daeho. Apalagi jika Daeho tiap dua jam sekali harus terbangun untuk sekadar meminum susu ataupun minta digantikan popok.
Belum lagi rasa kesal Dalmi yang tiap kali muncul melihat Dosan yang begitu pulasnya tidur di saat Daeho menangis kencang di tengah malam. Dalmi merasa seakan-akan Dosan tak ingin berkontribusi membantu Dalmi dalam merawat Daeho. Dalmi merasa lelah, ia butuh Dosan untuk membantunya namun Dosan tampak tak acuh.
Rasa lelah Dalmi membuatnya menjadi sensitif dan mudah marah. Pernah sekali Dalmi marah besar lantaran Dosan langsung tertidur dan tak membantunya untuk menenangkan Daeho yang sedang rewel. Dalmi marah dan menangis. Dalmi berteriak dan menyalahkan Dosan serta Daeho yang sudah membuatnya lelah fisik maupun batin.
Hati Dosan mencelos dan menyadari bahwa istrinya mengalami baby blues saat itu. Berusaha tenang dan berkepala dingin, Dosan tak ingin membuat Dalmi semakin marah. Dosan memberi Dalmi kesempatan untuk self healing sementara waktu sedangkan dirinya sendiri yang akan merawat dan menjaga Daeho.
Seorang ibu yang mengalami baby blues bukanlah hal sepele. Oleh karena itu, Dosan memberikan Dalmi hadiah berupa liburan ke Pulau Jeju selama dua Minggu. Dalmi awalnya cukup senang dengan hadiah yang didapatkan dari suaminya itu. Namun, ketika Dalmi baru tiba di Pulau Jeju, rasa bersalah dan penyesalan menggerogoti hatinya. Dalmi saat itu merasa bukanlah istri dan ibu yang baik. Dalmi kembali bersedih dan malah langsung pulang menemui suami dan anaknya.
Dosan sungguh tak menyayangkan baby blues yang dialami Dalmi. Sebagai suami, Dosan juga merasa bersalah karena sudah membuat Dalmi seperti itu. Dosan sangat terkejut saat menjumpai istrinya pulang ke rumah padahal istrinya itu baru berangkat ke Pulau Jeju beberapa jam yang lalu.
Dalmi berlari dan memeluk suaminya yang kala itu sedang mencuci piring. Dalmi menangis dalam dekapan Dosan yang masih kebingungan dengan kepulangan istrinya.
"Sayang, kenapa kau pulang sekarang?" Tanya Dosan lembut.
Dalmi mencoba tenang di tengah tangisnya, "A-aku tak bisa meninggalkanmu dan Daeho..hiks..ma-maafkan aku yeobo." Jawab Dalmi sesenggukan.
Dosan mengelus punggung Dalmi, "Kenapa kau minta maaf? Ini bukan salahmu."
Dalmi mendongak menatap suaminya yang jangkung, "Ma-maafkan aku, aku bukanlah istri dan ibu yang baik."
Dosan menghapus air mata yang membanjiri wajah Dalmi, "Kau adalah seorang ibu yang hebat dan seorang istri yang keren, Dalmi-ah."
Dosan tersenyum lembut, "Jangan pernah salahkan dirimu. Kau tahu kan, aku sangat mencintaimu dalam keadaan apapun."
Tiga tahun berlalu dan kini Nam Daeho tumbuh menjadi balita yang sehat, tampan, pintar, dan aktif. Di usianya yang sudah menginjak tiga tahun, Daeho sudah bisa mengucapkan beberapa kosakata untuk berkomunikasi dengan teman seumurannya ataupun dengan orang dewasa.
Siapa pun yang melihat dan berjumpa dengan Daeho, pasti tidak akan tahan dengan kegemasan balita itu. Di usianya yang penuh dengan perkembangan, Daeho mulai cerewet dengan menanyakan berbagai hal kepada orang tuanya.
"Appa, itu apa?" Daeho menunjuk layar tablet yang dipegang Dosan.
"Oh, ini ayah sedang melihat grafik algoritma aplikasi yang ayah ciptakan."
Daeho yang tak paham dengan kata-kata rumit Dosan hanya memandang ayahnya itu dengan mata bulatnya yang lucu.
Dalmi yang mendengar jawaban Dosan hanya mendengus, "Jangan jawab seperti itu, Daeho belum mengerti."
Dalmi mendekati Daeho dan memangkunya, "Ayah sedang bekerja, sayang." Dalmi menciumi pipi Daeho berulang kali sehingga membuatnya kegelian dan tertawa.
Melihat istrinya yang menciumi Daeho membuat Dosan sedikit iri, "Appa juga mau, dong." Dosan menyentuh pipi kanannya dengan jari telunjuknya, memberi kode.
Bukannya mencium pipi suaminya, Dalmi malah mencubit pipi kanan Dosan. "Dasaaar."
****
TBC
Hai hai~
Bagian 1 series Neighbour Life akhirnya terpublish setelah sekian purnama stuck di draf 🥲
Jika kalian merasa bagian ini pendek memang ini short fic, jadi dalam cerita ini terdapat bagian-bagian kisah pendek tiap pasutri yang bakalan ditulis satu per satu. Soooooo, kemungkinan bakalan ada banyak bagian nanti. Kira-kira kalian berkenan tidak?Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak yaa. Please vote and comment, thank youu 😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Neighbour Life
FanficAda pepatah "rumput tetangga lebih hijau" artinya kita selalu menilai bahwa milik orang lain lebih baik daripada milik kita sendiri. Sepertinya ungkapan itu sangat pas untuk ketiga pasutri ini. Hanya sebuah cerita tiga pasutri yang hidup berdamping...