Halo Lalo!

593 64 6
                                    




"Kak?"

"Iya aku melempar boneka jeleknya ke atas lemari. Tapi dia yang menggangguku lebih dulu mama! Jangan menyalahkanku!"

"Iya kak. Taengie juga sudah jujur kok tadi pada mama. Tapi sepertinya kakak harus lebih bersabar jika bersama adik. Kan kakak tau adik sedang sakit. Demamnya jadi semakin tinggi karena menangis terlalu lama." Yeo Bin mengelus lembut kepala Yoongi.

"Iya iya! terus saja salahkan aku!"

Yeo Bin tersenyum. "Kakak harus bisa mengerti adik. Harus bisa menjaga adik. Harus menyayangi adik."

Yoongi ingin menyela, namun lebih cepat Yeo Bin yang melengkapi kalimatnya. "Begitu juga adik harus menyayangi kakak. Harus menghargai kakak. Harus bisa mengerti kakak juga. Mama sudah bilang itu pada adik juga kok kak. Bukan ingin menyudutkan kakak. Kakak akan selalu jadi anak-anak untuk mama tapi kakak memang harus lebih dewasa untuk adik, mengerti kak?"

Yoongi mendengus "untuk apa bicarakan itu? Aku kan tidak punya adik."

Tepat setelah mengatakan itu, Yoongi yang memang sudah berbaring di kasur daritadi segera menarik selimut hingga menutupi kepalanya, pertanda tidak ingin membahas hal itu lebih lanjut.

Yeo Bin mengerti, makanya dia hanya bisa menghela napas dan beranjak dari kamar si sulung. Sebelum benar-benar pergi, Yeo bin sempat menyuruh Yoongi untuk menurunkan selimut dari kepalanya agar tidak sesak.

❄️

❄️

❄️

"Mama... Ma! Mamaa~"

Sayup-sayup Yeo Bin mendengar rengekan si bungsu. Yeo Bin berusaha untuk membuka matanya, karena sungguh dia masih amat mengantuk.

Benar saja. Setelah benar-benar membuka mata Yeo Bin melihat jam yang masih menunjukkan pukul 3 dini hari. Yeo Bin melihat pada putranya yang terus meracau dalam tidurnya. Pasti mimpi buruk.

"Ssssttt cup cup. Tidak apa-apa mama disini. Ssshhh sudah ya nak. Jangan begini, nanti demamnya semakin tinggi."

Yeo bin terus menimang-nimang dan menepuk-nepuk punggung si bungsu yang masih gelisah dalam tidurnya. Setidaknya sekarang singa nakalnya sudah tidak menangis lagi.

Setelah dua jam berjuang untuk menenangkan sang putra. Pukul 5 subuh Yeo Bin baru dapat meletakkan putranya kembali ke tempat tidur. Yeo bin ingin tidur lagi, tapi sudah sangat tanggung. Melanjutkan tidur hanya akan membuatnya terlambat nanti. Oleh karenanya Yeo Bin memutuskan untuk mulai bersiap dan membuat sarapan untuk kedua putranya.

Tepat pukul 6.30 semua siap. Yeo Bin bahkan sempat membereskan rumah dan mengepel lantai. Perlahan Yeo bin masuk ke kamarnya dan si bungsu. Dapat dilihat si bungsu yang masih sangat nyenyak dalam tidurnya. Yeo bin tidak tega membangunkannya. Apalagi jika sudah bangun nanti sang putra pasti akan bersikap seolah dia baik-baik saja.

Setelah memastikan suhu badan si bungsu setidaknya tidak bertambah parah, Yeo bin pergi ke kamar si sulung. Membangunkan si sulung untuk sarapan dan menitipkan sang adik padanya. Yoongi tidak sekolah hari ini karena Yeo Bin belum sempat mencari sekolah baru untuk putranya. Ya, Yoongi dikeluarkan atas perintah orang tua korban tendangan maut Yoongi kemarin.

Meskipun harus dengan perdebatan yang alot, akhirnya Yoongi bersedia untuk menjaga sang adik. Meskipun dalam kesepakatan akhir Yoongi hanya bertugas memastikan adiknya makan dan minum obat, tapi bagi Yeo bin itu sudah lebih dari cukup untuk meringankan pekerjaannya.

"Mama berangkat, titip adik ya. Terimakasih kak!"

Itu kata terakhir yang mama ucap sebelum menghilang di balik pintu.

Crystal Snow [Discontinoued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang