Chapter 2

11 3 0
                                    

Winter Stemwert melangkahkan kakinya keluar dari kamar hotel dengan experesi menahan amarah.
Winter merasa terhina akan sikap gadis yang sudah mengusirnya bagitu saja. Selama ini sudah ribuan gadis mencoba mendekatinya tanpa diminta dan Winter yang akan meninggalkan mereka setelah bercinta. Tapi ini justru sebaliknya membuat harga diri winter tersakiti.

Winter mengambil ponsel yang berada di saku celananya dan menghubungi Marcel Davis orang kepercayaannya.

"Cari tau data lengkap gadis yang barusan aku tiduri." Tanpa menunggu balasan dari Marcel, Winter memutuskan sambungan teleponnya.

Winter Stemwert anak kedua dari keluarga Stemwert salah satu keluarga terkaya di dunia. Sesuai namanya Winter begitu dingin dan terkesan arogan. Dibalik sikap dinginnya tak urung membuat semua orang begitu enggan berurusan dengannya.

Winter pembisnis yang begitu sukses bergerak di bidang pertambangan berpusat di kota New York. Selain pembisnis yang sukses wajah tampan didukung postur tubuh yang begitu perfect membuat para wanita terkesima akan ketampanannya. Dan ketampanan itu winter jadikan modal untuk kebrengsekannya.

Suzy terbagun dari tidurnya setelah mendengar ponselnya berbunyi.

"Kau kemana saja, kenapa tidak pulang kemarin." Suara dari sebrang sana begitu khawatir akan Suzy

"Mom, Aku menginap di rumah Jessica."

"Kenapa tak memberi kabar, Malam ini acara tunangan kakakmu cepat pulang dan jangan berulah."

Suzy memutar bola matanya yang tak dapat dilihat ibunya. "Iya, aku akan segera pulang."

Suzy menatap langit kamar, mengingat ngingat kejadian semalam. "Pria asing itu, Kesucianku  Aakkhhh." Suzy berteriak sekencang kencangnya. Meluapkan emosi dan amarah.

"Brengsek kau Samuel Ford, aku akan membunuhmu."

Suzy meraih ponsel dan menghubungi Jessica.

"Jess, tolong jemput aku di loby club."

"What, Are you crazy." Suara nyaring Jessica membuat Suzy menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Semalam aku, Samuel dan yang lainnya mencarimu kemana-mana. Apa yang terjadi? "

"Ceritanya panjang, Cepat jemput aku 10 menit lagi."

Panggilan berakhir, Suzy memunguti dress yang berserakan dan mencari-cari celana dalam yang Suzy kenakan tapi tak kunjung Suzy temukan.

Suzy memakai dress, melupakan celana dalamnya yang entah ada dimana, mengamati  kamar hotel yang jadi saksi malam bergairahnya untuk yang pertama dan terakhir kalinya. " Aku harap kita tak bertemu lagi." Menghela nafas kasar dan meninggalkan kamar hotel begitu saja.

Suzy menuju loby hotel dimama Jessica sudah menunggu dengan mobilmya di didepan loby. Sesampainya masuk kedalam mobil Jessica langsung mengintrogasi Suzy.

"Kemana kau tadi malam, apa yang terjadi."

"Samuel mencampuri minumanku dengan obat perangsang"

"Fuck, kau serius."

Suzy hanya diam, tangisan sudah tak dapat dicegahnya. Jessica sedih akan apa yang terjadi pada sahabatnya. Ketidakperawanan di kota yang mereka tinggali memang hal yang sudah biasa. Tapi bukan bagi sahabatnya ini. Jessica tahu betul dibalik perilaku liar Suzy, Suzy begitu menjaga kesuciannnya.

"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja." Ucap Jessica lembut.

"Antarkan aku ke apartemen Samuel dulu, aku benar benar ingin membunuhnya."

"Iya, akan aku antar."

Jessica melajukan mobilnya menuju sebuah apartemen di tengah kota New York. Setelah memarkirkan mobil Jessica dan Suzy bergegas menujur lantai 25 dimana apartemen Samuel di tinggali.

Suzy memasukan pasword unit apartemen, masuk dan membuka kasar pintu kamar Samuel.

Betapa teekejutnya Suzy mendapati seoarmg pria yang masih berstatus pacarnya tidur dengan seorang perempuan di balik selimut tanpa sehelai benang pun.

"Suzy". Samuel tersentak kaget melihat kedatangan suzy.

"Sayang siapa Suzy, namaku Rachel." Racau wanita di sebelah Samuel yang juga terbangun.

Suzy mengepalkan kedua tangannya dan melangkahkan kakinya menuju ranjang Samuel, Samuel melilitkan selimut di tubuhnya beranjak dari tempat tidur, Meninggalkan Rachel yang tanpa sehelai benang.

PLAK, tamparan keras mengenai pipi kanan Samuel, sampai Samuel terhuyung ke samping.

"Kau benar-benar brengsek, belum puas kau memberi obat prangsang pada minumanku dan sekarang aku mendapatimu kau tidur dengan jalang."

Samuel mencoba meraih kedua pundak Suzy seketika ditepis oleh Suzy

"Percalah, ini tidak seperti yang kau lihat."

PLAK

Tamparan kedua begitu keras sampai Samuel hampir terjatuh. Samuel memeganngi pipinya yang begitu panas.

"KITA PUTUS."

Suzy dan Jessica keluar begitu saja meninggal kan Samuel yang begitu marah akan sikap Suzy padanya.

"Oh Shit."

"Sayang, kemarilah." Panggil Rachel sambil mengulurkan tangannya.

Samuel menyambut uluran tangan rachel menciuminya dengan rakus dan memasukinnya tanpa pemanasan. Rasa marah menyelimutinya tak dipungkiri Samuel begitu mencintai Suzy. Samuel sengaja memberi obat perangsang pada minuman Suzy untuk mengikatnya. Tapi smua itu gagal justru berujung pada berakhirnya kisah cinta mereka.

"Ah .. ah.. sakit, ku mohon jangan kasar." Teriak Rachel.

"Kau jalang rachel, kau tak berhak memohon."

Jessica yang tak terima Suzy di sakiti sebelum masuk pintu lift Jessica kembali masuk ke apartemen menuju kamar Samuel dengan sebuah Vas bunga yang dia ambil di ruang tamu apartemen dan melemparkannya pas dikepala Samuel yang sendang bergelut di atas  tubuh Rachel.

"Disgusting." Teriak Jessica, lari keluar dari apartemen Samuel menyusul Suzy.

Samuel menghentikan hentakanya, Rachel bernafas lega. Rachel mendapati darah bercucuruan dari  kepala Samuel.

"Oh shiit, Tunggu pembalasan ku kalian berdua." Geram Samuel.

🍀🍀🍀



SUZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang