Pertemuan

4 4 16
                                    

5 Maret 2020

Putri bersama 2 temannya sedang mengikuti pertemuan dengan Dekan kampus.

Ia merupakan mahasiswa semester 3 jurusan ilmu budaya di salah satu kampus ternama di Bali.

Pertemuan itu membahas mengenai keberangkatan mereka sebagai mahasiswa yang terpilih mengikuti program pertukaran pelajar ke salah satu kampus ternama di Yogyakarta.

"Baik anak-anak itu tadi beberapa penjelasan kegiatan pertukaran pelajar yang akan kalian ikuti. Besok kalian sudah berada di bandara Ngurah Rai pukul 09.00 WITA."

"Ibu harap kalian bisa mengikuti program ini dengan baik, terima kasih."

Saat hendak keluar ruangan Putri ditahan untuk tinggal sebentar di ruangan oleh dekan kampus.

"Putri, ibu mohon sekali kamu bisa membantu mengawasi dan membimbing teman-teman mu selama mengikuti program ini."

"Tapi bu," belum selesai ia berbicara ibu dekan dengan cepat memotong ucapannya.

"Saya sangat yakin dengan kemampuan kamu," ucap nya meyakinkan.

Gadis itu hanya membungkuk kecil sambil tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Kenapa aku lagi? ucapnya dalam hati.

Saat keluar ruangan sudah terlihat 4 temannya tengah menunggu Putri di depan pintu.

"Jadi gimana?" tanya gadis berkacamata di depan Putri.

"Ya gimana lagi paling Dekan pilih Putri buat jadi ketua kita," jawab temannya yang lain.

Putri menghela napas berat dan mengangguk pelan.

"Apa kata ku. Aku heran saja sih ya, kenapa selalu dia yang di pilih. Kamu bayar berapa?" ucap nya.

"Gita kamu gak boleh ngomong gitu, gak sopan. Itu kan sudah keputusan Dekan mau pilih siapa, lagian menurutku Putri pantas kok buat jadi ketua," bela gadis berkacamata itu.

Gita yang tak terima dengan jawaban itu melirik tajam ke arah mereka berdua. "Tch. Bel gini yah, kita ber 3 ini udah sering banget ikutan lomba kemana-mana. Tapi kenapa cuma Putri yang terus-menerus jadi ketua? Memangnya kita gak pantas?"

"Git, kalau memang kamu mau mengajukan diri buat jadi ketua ayo kita ketemu balik ke dalem lagi. Ini juga bukan keinginan ku buat jadi ketua lagi dan lagi," ucap Putri menahan amarahnya.

"Gak usah, aku gak mau terlihat seperti pengemis hanya karena hal ini." Gita pergi ke arah kelas meninggalkan Putri dan Bela.

Ini bukan kali pertama bagi mereka bertengkar karena masalah pemilihan ketua tim. Gita selalu tidak terima jika Putri menjadi ketua tim mereka.

"Udah Put, biarin saja nanti juga Gita baik-baik lagi. Sekarang kita balik aja, persiapan buat besok."

Putri mengangguk pasrah. Benat juga kata Bela besok pasti Gita sudah biasa lagi.

"Oh iya, kamu pulang naik bis?" tanya Bela.

"Iya Bel, soalnya aku gak bisa naik motor," ucapnya sambil mengangguk kecil.

"Loh kan kamu ada sopir kenapa gak minta antar jemput saja?"

Putri menggeleng, "enggak apa, cuma pingin naik bus saja."

Bela mengangguk mengiyakan.

"Kalau gitu aku duluan yah, bye Put," ucapnya sambil melambaikan tangan. Dibalas lambaian oleh Putri.

Putri berjalan menuju halte bus tempatnya biasa menunggu. Setelah bus datang ia langsung masuk dan mencari tempat duduk kosong.

Selama di perjalanan ia memejamkan matanya sambil mendengarkan musik melalui MP3 miliknya itu.
Tanpa ia sadari ada seseorang duduk di sebelah nya sambil memandang nya sekilas dan tersenyum.


Waduh siapa yah kira-kira yang memandang Putri sampai sebegitu nya?

Jangan lupa vote dan share ke temen-temen kalian yah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang