Aku tak pernah sebahagia ini sebelumnya. Dia yang juga sahabat kakakku ternyata diam-diam menyuri waktu sekedar untuk memperhatikanku. Entahlah. Sosoknya sok misterius. Dia seperti orang lain bagiku. Tingkahnya tak dapat di tebak. Kadang baik, kadang juga diam seribu bahasa. Tidak bisa di tebak dengan sebuah tindakan. Bahkan hati nurani pun tak dapat menebaknya. Benar-benar misterius.
"Kamu udah makan?" Pertanyaan yang keluar dari mulutnya seolah mematikan akal sehatku. Entahlah. Aku seperti anak kecil yang jika di berikan balon akan bahagia setengah mati. Ya, mungkin seperti itulah kurang lebih. Ali. Kekasihku yang super duper cuek menanyakan tentang isi perutku. Adakah yang salah dengan pendengaranku? Atau aku hanya sedang bermimpi? Aku lebih sering bertanya dan menjawab sendiri pertanyaanku. Terkadang mengapa terkadang entah. Seperti orang gila yang frustasi dengan hidupnya. Tapi tunggu. Aku bukan orang gila ya.
"Kamu ngomong sama aku?" Tanyaku tak percaya.
"Nggak, ngomong sama tembok! Ya iyalah" gumamnya kesal. Aku tak pernah sebahagia ini, Ali memperhatikanku? Bercandakah dia? Aku menepuk kedua pipiku seolah ingin memastikan, sedang bermpikah aku saat ini? "Awwww" rintihku kesakitan.
"Kamu kenapa sih?" Tanyanya menatapku aneh.
"Ng... Ngaakkk... Hmm aku belom makan" kataku tergagap-gagap.
"Oh..." ucapnya singkat. Whaaatt? Gitu doang? Laki-laki ini memang benar-benar tidak peka sedikit pun. Tidak ada pengertiannya sama sekali. Sebenarnya aku ini siapa sih? Kekasihnya atau musuhnya?
Aku mengedarkan pandanganku ke sembarang tempat, hanya beberapa detik, sosoknya tak lagi di sampingku. Kemana lagi kalau bukan ke kamar Kak Al? Bermain PS bersama Kak Al seolah menjadi prioritas penting baginya. Sedangkan aku? Mungkin aku adalah prioritas terakhir yang tak mempunyai arti apa-apa di hidupnya.
Ali memang berbeda dengan Zain. Mungkin secara fisik mereka tampak terlihat mirip, atau bisa di bilang kembar, tapi sifat dan tingkah lakunya benar-benar berbeda, bagaikan langit dan bumi. Zain dominan lebih peka terhadap wanita, dia tampan, dia baik, dia romantis, dia menarik, dia murah senyum. Sementara Ali? Boro-boro! Untuk senyum kepadaku pun ikhlas tidak ikhlas. Peka? Apalagi peka, aku sakit pun dia sama sekali tidak memperdulikanku. Perhatian? Dia menanyakan aku sudah makan atau belum pun baru sekali selama aku berpacaran dengannya. Romantis? Apalagi romantis. Sangat tidak mungkin. Tunggu monyet berubah menjadi serigala pun tidak mungkin dia akan romantis padaku? Jalan berdua pun tidak pernah, ngobrol seadanya, apalagi kalau nonton berdua dengannya? Mustahil! Entah apa yang membuat hubunganku dengannya bertahan hingga 2 tahun lamanya. Mungkin karna aku yang sangat tidak ingin melepaskannya. Cinta memang membutakan seluruh organ tubuhku. Aku terlalu mencintainya. Sehingga, untuk jauh dalam beberapa jam pun aku sudah rindu padanya. Walau aku tahu, tujuannya kerumahku tak lain hanya untuk menemui kak Al.
Ali. Seorang laki-laki tampan number one di sekolahku. Dia di nobatkan sebagai Pangeran di sekolahku selama 3 tahun berturut-turut. Tak ada satupun yang berani menggantikannya, atau bisa di bilang tidak ada yang lebih tampan darinya. Dan siapakah Ratunya? Siapa lagi kalau bukan Citra Hairani, cewek terpopuler di sekolah, tubuhnya tinggi, badannya berbentuk atau biasa di bilang sexy, rambutnya lurus berwarna kecoklatan, wajahnya cantik, matanya indah dan hidungnya pun mancung. Benar-benar gadis sempurna. Jadi tak heran jika dia terpilih sebagai Ratu di sekolahku. Jika di pasangkan, mereka sangat amat cocok. Yang satu ganteng dan yang satu lagi cantik. Tak sedikit para murid di sekolahku menjuluki mereka sebagai pasangan teromantis. Bahkan mereka sama sekali tak menganggapku ada. Ingin aku memberitahukan kepada seluruh isi di sekolah ini, bahwa aku kekasihnya, bukan cewek bertubuh sexy semampai itu. Tapi semua itu tidak mungkin. Aku tak cukup berani untuk mengatakannya.