Chapter 3 : Renjana.

29 9 2
                                    

Author POV

    Di hari Minggu yang teduh ini, Samudra dan Aruna berencana untuk pergi piknik berdua ke suatu tempat. Aruna sengaja bangun lebih pagi untuk memasak beberapa makanan yang akan ia bawa karena Samudra ingin mencicipi masakan Aruna yang lain. Selain karena itu, tempat yang akan mereka tuju juga cukup jauh dan memakan banyak waktu di perjalanan, agar mereka dapat puas menikmati waktu yang ada.

"Kak..? Jam segini ngapain masak banyak gini?"

Aruna menoleh ke arah Revano yang menghampirinya dengan ekspresi wajahnya yang mengantuk tersebut. "Kakak mau pergi sama Kak Sam. Dia katanya mau nyicipin masakan Kakak, sekalian juga Kakak mau masakin buat makan kalian hari ini selama Kakak tinggal." Ujar Aruna. Revano lalu mengambil gelas dan menuangkan air, ia langsung meneguk habis air yang berada di gelas tersebut.

    "Vano bantuin ya, biar cepet." Revano lalu mengambil wadah yang berisikan udang yang berukuran sedang, ia membawa udang-udang tersebut ke arah wastafel dan membersihkannya. "Kamu bisa kan anter Dimas ke Rumah Sakit buat transfusi darah?" Tanya Aruna. Revano mengangguk kecil tanpa menjawab pertanyaan Kakaknya tersebut.

"Kak.. Sebenernya Kakak tu ada perasaan gak si ama Bang Sam?"

Aruna seketika tersentak mendengar pertanyaan Revano yang mendadak tersebut. "Kenapa nanya gitu?" Tanya Aruna. "Ya gapapa.. Cuman kalian keliat kek saling suka tapi gak ngeliatin secara langsung. Greget aja rasanya.." Jawab Revano. Kini pipi Aruna terasa memanas, bahkan jika Revano kini melihat wajahnya mungkin ia akan meledek Kakaknya tersebut karena pipinya yang bersemu merah seperti tomat.

   "Kalo pun kalian ujung-ujungnya pacaran, Vano harap Bang Sam beneran bisa jaga Kak Una dengan baik dan nerima Kak Una apa adanya." Lirih Revano. Sejak kehilangan kedua orang tuanya, Revano telah bertekad untuk mati-matian menjaga kedua Kakaknya. Baginya tak ada yang lebih penting daripada keluarganya, ia tak mau lagi harus kehilangan keluarganya lagi. Ia bahkan rela menghabiskan masa mudanya dengan bekerja sampingan demi membantu kedua Kakaknya karena ia tak mau menjadi beban.

Sesaat kemudian kini aroma masakan yang dibuat oleh Aruna memenuhi Dapur, bahkan siapa saja yang mencium wangi masakannya akan langsung merasa lapar. Sama seperti apa yang dirasakan Revano saat ini.

"Kamu lapar?"

    Dengan perasaan yang gengsi, Revano menggelengkan kepalanya dan mengalihkan wajahnya. Aruna faham betul bahwa Adiknya kini merasa lapar, ia lalu tertawa dan melanjutkan kembali aktivitas memasaknya. "Sabar ya, ini Kakak lagi bikinin nasi goreng favorit mu. Pake udang kan ya? Siniin udangnya," Aruna merebut wadah yang berisi udang dari Revano. Ia lalu memasukkan empat buah udang ke dalam nasi goreng yang ia masak dan mengaduknya.

Suasana diantara mereka berdua kini terasa hening, yang terdengar hanyalah suara-suara yang ditimbulkan oleh beberapa peralatan masak saja. "Nih," Aruna menaruh piring yang berisikan nasi goreng yang telah ia buat. Ia lalu kembali melanjutkan aktivitas masaknya dan kemudian pergi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum bersiap-siap.

***

    Tak lama setelah Aruna selesai bersiap-siap, Samudra pun datang dengan mobil yang biasa ia gunakan. Samudra lalu turun dari mobilnya dan membantu Aruna untuk menyimpan kotak bekal yang ia siapkan ke jok belakang mobil. Meskipun saat awal-awal ia merasa segan untuk menggendong Aruna, kini ia tak lagi merasakan hal itu lagi. Begitupun dengan Aruna, diam-diam sejujurnya kini ia merasa nyaman ketika ia berada di samping Samudra.

Samudra lalu menggendong Aruna dan memasukkannya ke dalam mobil. "Makasih.." Ucap Aruna. Samudra hanya terkekeh dan kemudian ikut masuk ke dalam mobil.

[✓] 1001 Kisah Untuk Aruna ¦¦ Sakusa Kiyoomi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang